KPU RI sudah resmi menetapkan nomor urut presiden dan wakil presiden, Minggu (01/6). Prabowo- Hatta mendapatkan nomor urut satu. Sedangkan Jokowi-Kalla nomor urut dua. Ini artinya genderang “perang” sesama kompetitor mulai ditabuh. Lamanya sekitar kurang lebih satu bulan ke depan.
Masing-masing kandidat memiliki keunggulan. Prabowo memiliki sikap ketegasan dan pengalamanan militer. Artinya, dia sudah teruji dalam keorganisasian angkatan bersenjata. Hatta, sebagai pasangan Prabowo selain bisnisman, dia juga seorang ekonom. Ketua Umum PAN itu memiliki pengalaman menjadi menteri dan lobi-lobi dengan DPR untuk merumuskan kebijakan atau melangsungkan kebijakan.
Jokowi memiliki keluwesan dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya. Pendekatan terhadap rakyat dikenal dengan moteda blusukannya. Dia juga pernah dinobatkan sebagai salah satu walikota pilihan edisi majalah Tempo. Sementara Kalla, dia seorang bisnisman. Dia merupakan saudagar dari Makasar. Dia pernah menjabat sebagai wakil presiden. Pengalaman itu sebagai modal untuk dia menjalankan tugas-tugasnya 5 tahun ke depan.
Di tengah persiangan calon-calon yang sama-sama unggul, penulis juga memprediksi kompetisi ini akan sama-sama kuat. Faktanya itu adalah, kedua kandidat didukung oleh partai-partai yang besar. Meskipun ada kalanya dukungan partai tidak mencerminkan terhadap perolehan suara pada Pemilu presiden berdasarkan pengalaman Pemilu Presiden yang sudah-sudah. Tapi secara kasat mata, berbagai sukarewalan pendukung masing-masing kandidat mengalir deras.
Namun dari tulisan ini penulis ini menyampaikan bahwa, sebaiknya para kandidat maupun kepada para pendukung atau pun sukarewalan pendukung kedua pasangan untuk melakukan politik santun. Tidak melakukan black compaign apalagi negative compaign. Sebaiknya kandidat atau pendukung melakukan persuasif yang meyakinkan kepada publik bahwa kandidat yang diusungnya itu benar-benar memang pilihan dengan menyampaikan kebaikan-kebaikan yang dimiliki kandidat. Caranya, terserahlah. Ini tergantung dari kreativitas masing-masing pendukung.
Menyebarkan fitnah atau pun menjelek-jelekan kandidat lain adalah perbuatan yang kurang terpuji. Memang itu terkesan normatif, tapi ada baiknya pula hal normatif itu dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukankan perilaku baik juga berawal dari kenormatifan? Mohon maaf bukan menggurui atau menceramahi. Selamat bertempur kepada dua kandidat! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H