Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Seru! Aksi Sopir Travel Soekarno Hatta

7 Desember 2010   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:56 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuh Desember, bertepatan dengan Tahun Baru Islam berharap diawal tahun ini kabar baik dan menyenangkan yang akan diperoleh. Nyatanya tetap, menarik nafas dan terhempas, saat mendapat laporan dari kawan (lagi-lagi) soal pemerasan dan pungutan liar yang dilakukan para sopir travel bandara Soekarno Hata, Indonesia. [caption id="attachment_78896" align="aligncenter" width="300" caption="spanduk di terminal tiga hanya pajangan belaka!"][/caption]

Sebut saja Lina, pulang dari Taiwan lewat penerbangan China Airlines ke Jakarta pada tanggal 4 Desember kemarin. Lina inginnya transit langsung ke Jogyakarta, tapi Lina harus menggigit jari karena kata petugas di bandara yang juga tidak ramah itu (tahu Lina hanya seorang buruh migran) mengatakan tiket pesawatnya habis.

 Saat Lina minta penerbangan Semarang , petugas itu mengatakan tiket penerbangan Semarang juga habis, dan secara setengah dipaksa Lina disarankan menggunakan jasa travel.

 Karena tidak ada pilihan lain, (bayangkan kondisi buruh yang baru pulang dari luar negeri, sepintar apapun juga dia kalau petugas sudah bilang begitu mau bilang apa? Kondisi saat itu juga tidak memungkinkan untuk mengurus ini-itu) akhirnya Lina manut saja, menggunakan jasa travel.

Ongkos travel sebesar Rp. 450.000,00 Seperti biasa pelayanan yang lambat, muter-muter dulu ke beberapa wilayah lain, dan sering berhenti di tempat istirahat meski belum saatnya istirahat (waktu sholat). 

 Yang serunya, di tengah perjalanan, sopir dan teman gantinya meminta kembali uang kepada Lina sebesar Rp. 500.000,00! Dengan ancaman kalau tidak memberi akan diturunkan dijalan.

 Lina yang lugu memilih memberi uang daripada harus berurusan macem-macem. Lina walau tidak rela harus merelakan mengeluarkan uang sekitar satu juta untuk perjalanan Bandara Soekarno Hatta-Jogyakarta.

  Kejadian ini bukan sekali-dua kali. Saya sendiri mempunyai rekaman dan foto-foto bukti. Sayangnya, kenapa harus terjadi menimpa Lina yang lugu dan takut? Masalahnya bukan rugi lima ratus ribu atau tidak ikhlas berbagi rejeki dengan para sopir yang sudah berjasa mengantarkan para buruh dengan selamat sampai ke rumah masing-masing, maslahnya bukan itu, tapi caranya itu!

Andai pemerasan itu menimpa kepada saya, diancam apapun saya jelas tidak akan takut. Mau diturunkan dijalan? Oke! Dengan senang hati saya akan turun daripada harus memberikan uang cuma-cuma dengan jalan meminta secara paksa seperti itu. Bukankah dengan begitu (kalau benar sampai ada buruh yang diturunkan di tengah jalan) malah memperbanyak bukti yang menguatkan kalau para sopir travel itu tidak lebih daripada para pemeras dan penjajah bangsa sendiri??

Kompasianer ada yang punya ide briliant gak, bagaimana nih caranya mengatasi pemerasan dan penjajajahan yang dilakukan bangsa sendiri kepada kaum buruh, kaum saya yang sangat saya perjuangkan ini...?

Kemana atau pada siapa harus mengadu saat pemerintah bangsa sendiri tak memperdulikan lagi...?

[caption id="attachment_78902" align="aligncenter" width="300" caption="di dalam mobil ini para pahlawan devisa (khususnya kaum hawa) menjadi objek pemerasan dan penjajahan bangsa sendiri..."]

12917355801830680592
12917355801830680592
[/caption]

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun