Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Surga Petualang Indonesia Itu Di Sini!

12 Oktober 2014   16:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:22 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak bergabung di Kompasiana, banyak teman di jalan yang aku temui saat melakukan karyawisata dengan modal seadanya. Label "Kompasianer Backpacker" yang aku sematkan di profil akun, rupanya membuat pembaca mengira aku 'bekpeker' sejati dan menjadikan tempat bertanya jika akan melakukan karyawisata nekat yang saat ini sedang marak.

Beragam argumen dari sesama Kompasianer dan berlanjut jadi obrolan panjang di group jejaring sosial saat pertama kalinya aku menulis di Kompasiana berseting lokal daerah Flores. Banyak yang bertanya seputar Sikka dan Ende saat aku menyinggung dua Kabupaten tersebut dalam tulisanku. Khususnya tentang Kampung Wologai dan Suku Lio, seputar sejarah pembantaian 1965.

Perdebatan seru pun pernah terjadi di belakang layar alias via pesan pribadi setelah aku menayangkan tulisan berisi rasa kekecewaanku saat bermain ke kota gudeg Yogyakarta. Meski yang aku sorot hanya sarana transportasinya saat itu dan memang tidak ada kaitan dengan lokasi wisata Yogyakartanya, namun dari obrolan itu aku jadi banyak tahu tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang sebaiknya dihindari saat berkunjung ke DIY.

Pengalamanku saat mengunjungi wahana Salju (buatan) di Citylink, Bandung yang aku publish di Kompasiana pun ternyata menjadi sumber informasi bagi Kompasianer lain.  Senang rasanya bisa share pengalaman dan informasi suatu hal yang terbilang langka kita temui di negeri ini.

Demikian juga saat publish pengalaman jalan ala backpacker ke Baduy Dalam, Suku Baduy. Banyak yang tanya nomor kontak Safri, anak Suku Baduy Dalam yang cerdas dan modern ketika aku ceritakan kisah Safri saat aku menginap di rumahnya. Beruntung sampai saat ini silaturahmi aku dan Safri beserta keluarga besarnya di Baduy Dalam masih berlanjut. Setiap kali Safri dan atau saudara lainnya datang ke Jakarta, selalu menyempatkan diri meneleponku!

Jika aku bisa berbagi info seputar pariwisata yang sudah aku lakukan, maka sebaliknya aku juga banyak mendapat info serta masukan tentang pariwisata Indonesia dari Kompasianer lainnya.

Lewat rubrik wisata di Kompasiana, aku jadi mengenal surga tersembunyi di selatan kota Malang, Jawa Timur. Ialah Puau Sempu. Setelah bertanya seputar Pulau Sempu kepada Kompasianer yang menuliskan pengalamannya jalan ke Sempu, ditambah browsing info perjalanan menuju lokasi, aku dan teman-teman akhirnya kesampaian juga 'ngebekpek' ke sana.

Luar biasa, betapa seru perjalanan menuju Pulau Sempu dan betapa indahnya pemandangan di Danau Segoro Anakan. Beruntung pula saat aku ke sana, danau tengah surut, sehingga bisa melihat langsung karang donat yang menjadi 'icon' danau indah tersebut.

Saat mendaki Gunung Papandayan, bulan madu ke Gede Pangrango, ngidam ke Semeru dan Rinjani pun semua aku kisahkan juga di Kompasiana. Banyak yang pro kontra tapi sejauh itu lebih banyakan yang bertanya tentang pengalamanku itu. Untuk pembelajaran dan informasi, begitu kilah para penanya.

Termasuk saat wahana permainan Dunia Fantasi di Taman Impian Jaya Ancol membuka wahana baru Ice Age Artic. Banyak Kompasianer dan teman dari jejaring sosial lainnya (setiap tulisan di Kompasiana selalu aku share di media sosial lain) bertanya-tanya seputar arena bermain yang baru ada dua di dunia itu.

Menyenangkan, saat banyak teman para petualang yang sebelumnya tidak memiliki akun di Kompasiana (bukan Kompasianer) jadi memiliki akun Kompasiana (mereka jadi Kompasianer) karena mereka tertarik untuk (mula-mula) berkomentar dan atau bertanya, lalu lama-lama mereka menulis juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun