Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sisi Lain Kaum Buruh Indonesia, Program Kuliah BMI Taiwan

21 Juni 2011   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:18 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Program Kuliah BMI Taiwan

Kerja Sama Persatuan Pelajar Indonesia, Universitas Terbuka dan KDEI

[caption id="attachment_115332" align="alignleft" width="300" caption="coming soon :-) Dok. UT Taiwan"][/caption]

Diantara bisingnya pembicaraan kasus BMI (Buruh Migran Indonesia yang dikenali juga sebagai TKI; TKW) yang mendapatkan hukuman pancung di Arab Saudi, diselingi sebuah kabar gembira untuk BMI Taiwan berkaitan dengan akan diluncurkannya program kuliah terbuka mulai tahun 2011 dengan pemrakarsa Persatuan Pelajar Indonesia-Taiwan (PPI), Universitas Terbuka (UT) serta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI). Dilatar-belakangi oleh pesatnya angka Buruh Migran Indonesia (BMI) sebagai salah satu asset bangsa di Taiwan, yang mana melalui jumlah devisa yang disumbangkannya telah memberikan kontribusi besar untuk bangsa Indonesia. Berdasarkan data Kompas 2010, total BMI Taiwan adalah 40,26 persen atau 142.983 orang dari total 355.136 Tenaga Kerja Asing (TKA) di Taiwan. Dari jumlah tersebut, ada keinginan dari BMI untuk dapat melanjutkan pendidikan mereka selama bekerja di Taiwan. Hal ini merupakan suatu keinginan positif yang mana setelah mereka selesai dan kembali ke tanah air, memiliki kemampuan (skill) dan ijasah sehingga diharapkan dapat mengembangkan dan mengaplikasikan kemampuannya di kampung halaman. Tidak bergantung kembali menjadi BMI setelah bekal hasil dari bekerja bertahun-tahun di Taiwan habis. Menanggapi hal tersebut PPI Taiwan yang tahun 2011 diketuai oleh Alif Wikarta, bernisiatif untuk memfasilitasi adanya sebuah unit pembelajaran jarak jauh yang dapat menjawab keinginan BMI di Taiwan. Setelah melakukan beberapa pembicaraan informal dengan beberapa organisasi BMI di Taiwan, maka PPI Taiwan melakukan penelitian dan pencarian lembaga apa yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan BMI di Taiwan. Pada kesimpulannya, kebanyakan BMI Taiwan merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang Universitas. Dalam hal ini PPI Taiwan berkesimpulan Universitas Terbuka (UT) merupakan lembaga yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Secara umum, UT sendiri merupakan satu-satunya lembaga pendidikan jarak jauh yang didirikan pemerintah Indonesia dan saat ini sudah memiliki 26 cabang pengelola Luar Negri yang tersebar di seluruh dunia (data UT, 2010). Selanjutnya, PPI Taiwan membuat proposal yang akan membahas proses membuka cabang UT di Taiwan berharap nantinya akan membantu BMI dalam mewujudkan cita-citanya mengenyam pendidikan di jenjang Universitas. Tentang Universitas Terbuka (UT) itu sendiri adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 yang didirikan pada tanggal 4 September 1984. Berdasarkan katalognya UT didirikan dengan tujuan: 1. Memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing, di mana pun tempat tinggalnya, untuk memperoleh pendidikan tinggi; 2. Memberikan layanan pendidikan tinggi bagi mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain, tidak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tatap muka; 3. Mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional sesuai dengan kebutuhan nyata pembangunan yang belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain. UT mengenal sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Jarak jauh berarti system pembelajaran dilakukan tidak melalui proses tatap muka melainkan melalui media cetak ataupun media lainnya. Terbuka berarti tidak membatasi usia, tahun ijasah, masa belajar, waktu registrasi dan frekwensi mengikuti ujian. Dalam hal ini hanya satu syarat untuk mengikuti program UT yaitu menamatkan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat. Sistem belajar mahasiswa UT adalah belajar secara mandiri. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu belajar sendiri ataupun berkelompok tanpa harus dijadwalkan oleh UT. Pihak UT sendiri akan memberikan bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri ataupun berkelompok. Selain itu UT juga menyediakan perpustakaan online, tutorial online dan bahan ajar yang dapat dijalankan di komputer. Mahasiswa dapat meminta informasi tentang bantuan belajar kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) yang nantinya akan dipusatkan (untuk sementara bertempat) di KDEI Taipei-Taiwan. Secara umum keberhasilan seseorang mengikuti program UT bergantung pada kemauan untuk belajar mandiri dan disiplin diri. UT juga mengenal Sistem Kredit Semester (SKS). Satu sks disetarakan dengan tiga modul bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman, sehingga bahan ajar dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman, tergantung pada jenis mata kuliahnya. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan membaca dan memahami rata-rata mahasiswa adalah 5-6 halaman per jam sehingga untuk membaca bahan ajar dengan bobot 3 sks diperlukan waktu sekitar 75 jam. Apabila satu semester mempunyai waktu 16 minggu, maka waktu yang diperlukan untuk membaca bahan ajar dengan bobot 3 sks adalah 75 jam dibagi 16 minggu, atau kurang lebih 5 jam per minggu. Misalnya, mahasiswa mengambil 15 sks/semester, maka yang bersangkutan harus mengalokasikan waktu belajar sebanyak 15 sks dibagi 3 sks kali 5 jam = 25 jam per minggu atau kira-kira 5 jam per hari (1 minggu dihitung 5 hari belajar) (UT, 2010). Tahap Pelaksanaan PPI Taiwan dalam hal ini sebagai fasilitator untuk terwujudnya UT Luar Negri di Taiwan memiliki beberapa tahapan diantaranya: - Tahapan Pertama • Pada tahap ini akan diadakan survey data BMI di Taiwan yang memiliki keinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas. Data ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk UT pusat dalam upaya membuka cabang UT di Taiwan. Selain itu penjajakan peran KDEI sebagai “center” penyelenggara UT di Taiwan (hal ini mengacu kepada penyelenggara UT di negara lain yang ditangani oleh KBRI atau Konsulat Jendral RI). - Tahap Kedua • Penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) antara UT dengan KDEI sebagai penanggung jawab dengan PPI Taiwan sebagai fasilitator. Tercapainya kesepakatan tentang teknis pelaksanaan, biaya yang dibutuhkan mahasiswa dan biaya pihak penyelenggara. - Tahap Ketiga • Angkatan pertama UT di Taiwan. Pada tahap ini dibuka pendaftaran untuk penerimaan mahasiswa baru program UT Taiwan. Mahasiswa diharapkan bisa mengikuti modul pembelajaran UT secara online dan belajar secara mandiri. UT Pusat akan mengirimkan utusan penguji setiap akhir semester untuk melakukan evaluasi belajar mahasiswa UT di Taiwan. Berita ini tentu saja disambut baik oleh segenap BMI. Lubang "kesenjangan" BMI di negara Hong Kong dan Taiwan yang selama ini ternganga sedikit banyak akan mengalami penutupan. "Ya, paling tidak, BMI Taiwan juga kedepannya mempunyai kesempatan untuk bekerja sambil kuliah seperti BMI Hong Kong. Tak ada alasan lagi BMI Taiwan untuk ketinggalan," demikian pendapat Endang, BMI Taiwan yang aktif di organisasi perburuhan. "Sekarang teman-teman banyak yang sudah menggunakan laptop. Jadi kenapa tidak menggunakan kesempatan baik itu sekaligus untuk melanjutkan pendidikan? Terlebih di Taiwan ini banyak pelajar dari Indonesia yang menempuh pascasarjana dan S3, mereka bisa jadi dosen pembimbing langsung. Jadi walau sistem UT, tapi kualitas perkuliahan bisa tetap interaktif dan maksimal." Lanjut Nana aktivis BMI di Taipei bersemangat. Memang seperti respon-respon BMI lainnya, mayoritas BMI mengaku senang dengan adanya terobosan ini. "Hanya saja mungkin kesempatan itu terbatas untuk mereka yang berizasah SLTA. Padahal, banyak juga BMI yang lulusan SLTP dan ingin pula melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Bukan ingin mencontek kehidupan di negara penempatan tenaga kerja lain yang sudah lebih maju dan komplit, tapi alangkah baiknya juga bila di Taiwan dibuka juga sekolah untuk mendapatkan izasah persamaan SLTA." Harapan Ria (22) BMI asal Indramayu ini semoga saja didengar PPI dan mereka mengusahakan pula untuk realisasinya. Informasi lebih lengkap untuk UT Taiwan bisa ditanyakan melalui kontak email: pengurus.uttaiwan@gmail.com Jangan sia-siakan kesempatan untuk belajar sambil bekerja. Uang dapat, ilmu bertambah. Ayo kuliah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun