Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Money

Serba Serbi Asuransi: Jaga Diri Ala Orang Kampung

8 Mei 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:15 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431275129425129654

Serba Serbi Asuransi: Jaga Diri Ala Orang Kampung

[caption id="attachment_365322" align="aligncenter" width="991" caption="Halaman website jagadiri.co.id"][/caption]

Sejak aku ikut suami tinggal di daerah perbatasan antara Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung sedikit banyak telah mengenal berbagai karakter penduduk sekitar beserta kebiasaannya. Cukup menyenangkan dengan kondisi alam yang masih alami dan belum banyak tersentuh polusi. Namun cukup menjengkelkan manakala sudah berkenalan dengan “atasan” suami yang berprofesi nyambi sebagai agen sebuah produk asuransi. Sebut saja nama samarannya Bu Asur.

Sebelum aku menegaskan dengan hormat kalau aku dan suami tidak akan bergabung dengannya, Bu Asur yang di kampung kami cukup terpandang jika dilihat dari profesinya sebagai pegawai negeri hampir setiap hari datang ke rumah untuk mengajak aku dan keluarga bergabung menjadi “klien”nya.Bujuk rayunya begitu gigih mengajak supaya gabung ikut asuransi yang ditawarkannya.

Awalnya saya bisa menghadapi Bu Asur meski dalam hati sama sekali tidak tertarik dengan obrolannya yang banyak memberikan iming-iming jika saya bersedia daftar bergabung kepadanya. Namun lama-lama saya jadi kesal dan capek sendiri. Entah dia tidak mengerti kalau saya tidak memberikan respon bagus itu tandanya saya tidak tertarik ikut dengannya, atau dia memang tipe terus maju pantang mundur sebelum “mangsa” yang diincarnya dapat?

Sampai akhirnya ketika saya sudah tidak tahan manakala setiap jumpa Bu Asur selalu ditodong jawaban untuk bergabung, manakala sudah tidak ada jalan untuk menghindarinya apalagi sekadar basa-basi, maka saya disertai emosi mengatakan dengan tegas kepadanya: tidak! Cukup jelas kalau saya tidak tertarik bergabung dengan produk asuransi yang ditawarkan Bu Asur.

Bukan berarti produk asuransinya jelek, bukan pula saya tidak perlu memikirkan masa depan demi menjaga diri, namun yang membuat saya jengkel adalah cara dia mengajak bergabung yang sangat memaksa disertai bualan-bualan yang berlebihan. Dipikirnya mentang-mentang tinggal di pelosok saya buta sama sekali dengan sistem dan tata cara ikut asuransi yang ditawarkannya.

Satu lagi yang telak membuat saya dan suami malas bergabung dengan Bu Asur (bukan dengan asuransinya) ialah karena kami tahu ada tujuan Bu Asur untuk membuat kami sekeluarga sebagai percontohan bagi warga kampung yang kebanyakan masih polos dan lugu (khususnya tentang asuransi) itu. Supaya warga kampung melihat keluargaku (sebagai guru dan pengajar ngaji anak tetangga yang kalau di kampung biasanya dijadikan panutan warga) jika aku dan keluarga ikut asuransinya, warga pun ikut asuransi ajakan Bu Asur.

Banyak ibu-ibu yang ngobrol dan bertanya; yang ditawarkan Bu Asur itu ajakan tentang apa sih? Maksudnya setor uang rutin ke Bu Asur terus nanti kalau kita sakit akan dibiayai berobatnya oleh asuransi itu bagaimana caranya? Asuransi dengan menabung sama tidak? Sebaiknya ikut mana menabung atau asuransi?

Dan masih banyak lagi pertanyaan warga sekitar rumahku berkaitan dengan asuransi. Saya kelimpungan untuk menjawab dan menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana supaya mudah dimengerti mereka. Karena saya juga yakin, bagi mereka jangankan ikut asuransi yang diharuskan membayar premi dan sebagainya, untuk biaya hidup sehari-hari saja mereka cukup kesulitan. Hanya mengandalkan upah dari buruh serabutan, usaha dagang, dan kalaupun memiliki lahan/sawah/kebun, harus menunggu beberapa saat hingga waktu panen tiba.

Menjadi seorang guru sekolah (yang jadi percontohan warga) di kampung, ada beban moral tersendiri jika berhadapan dengan warga sekitar yang mayoritas masih polos dan lugu. Mungkin mereka pikir guru adalah sosok yang patut mereka ikuti. Karenanya menghadapi pertanyaan mereka mengenai asuransi ibarat maju kena mundur kena.Bagaimana tidak, saya dan suami tidak ikut asuransi (yang ditawarkan Bu Asur) sementara Bu Asur yang notabene atasan suami di tempat kerja (sekolah) dia justru sebagai agen asuransi dan terus mengajak warga untuk bergabung dengannya, termasuk keluarga saya.

Masalahnya, warga banyak yang bertanya kepadaku dan suami tentang seputar asuransi. Dan warga sekitar malah mengatakan, kalau aku dan suami ikut dengan apa yang ditawaran oleh Bu Asur, mereka baru mau ikut juga. Sementara jia aku dan suami tidak ikut, mereka juga katanya akan mengikuti jejak langkah kami dengan menolak ajakan Bu Asur.

Bagai buah simalakama saat itu. Bilang tidak ya sama saja dengan membrandingkan kepada warga yang masih pada awam itu kalau asuransi itu tidak baik untuk diikuti. Bilang ya, ya berarti saya dan suami juga harus membuktikannya dengan bergabung ikut asuransi yang ditawarkan Bu Asur itu tadi sementara saya dan suami sama sekali tidak tertarik.

Kenapa saya pribadi tidak tertarik? Padahal saya mengerti betapa pentingnya Asuransi Kesehatan untuk menjaga diri dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa diprediksi. Terlebih saya dalam satu bulan bisa beberapa kali melakukan perjalanan ke luar kota urusan kerja. Saya tidak tertarik ikut karena merasa ribet dengan sistemnya saja, yang harus membayar sekian rupiah dalam periode yang ditentukan, sementara uang kita itu baru bisa diperoleh kembali “entah kapan”. Beda dengan menabung di bank, yang uangnya bisa diambil semau kita pemiliknya. Kondisi di kampung yang serba pas-pasan, lebih mengutamakan kebutuhan hidup sehari-hari juga jadi alasan lain.

Perlu memilih kata serta bahasa yang pantas dan mudah dicerna oleh warga yang kebanyakan masih awam soal asuransi. Saya tidak ikut asuransi yang ditawarkan Bu Asur tetapi saya juga tidak melarang warga untuk ikut. Saya bukan “klien” Bu Asur tetapi tetap menjelaskan bagaimana asuransi itu penting dalam perjalanan kehidupan kita yang tidak bisa diduga dan direncanakan. Meski saya tahu mereka sulit mengerti karena warga kampung terbiasa hanya melihat dan mencontoh.

Tapi kini, saya tidak merasa ragu lagi untuk menjelaskan tentang asuransi yang nyaris tanpa beban kepada warga, setelah mendapatkan informasi secara detail tentang asuransi JAGADIRI pada acara Kompasiana Nangkring bersama Jagadiri, Sabtu, 18 April 2015 lalu.

Sedikit banyak penjelasan dari Pak Reginal dan Mbak Priska telah membuka pemikiran serta cara pandang kita tentang pentingnya perlindungan diri dan secara langsung memberikan pengetahuan dan stigma baru bahwa ternyata kini ada Asuransi Kesehatan yang tidak ribet dalam urusan daftar serta prosesnya, bahkan nyaris tanpa beban.

Dijelaskan Reginal J. Hamdani selaku President Director PT. Central Asia Financial bahwa PT. Central Asia Financial (CAF), perusahaan bagian dari Salim Group (Group bisnis independen industri keuangan terbesar di tanah air yang memiliki rekam jejak terpercaya) kini telah mengeluarkan produk asuransi yang sudah memiliki izin dari Otoritas Jasa keuangan (OJK) dengn brand yang "lokal abis" alias mudah diingat dan namanya sangat "merakyat", bernama JAGADIRI.

Jagadiri adalah bentuk asuransi yang bersifat menjaga kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan. Asuransi Jagadiri menghilangkan kekhawatiran warga terkait momok berasuransi yang merepotkan seperti susahnya urusan saat mengajukan klaim, preminya yang tidak terjangkau, prosesnya yang rumit, ketidaknyamanan saat dihubungi oleh agennya dan ketakutan-ketakutan lainnya.

Jagadiri menjadi sebuah solusi inovatif dalam industri asuransi yang menjawab kebutuhan nyata dengan harga terjangkau. Meski jauh dari kota, untuk warga kampungku ini cocok karena warga banyak yang berdagang ke luar kota dan pembeliannya mudah dan bisa diaktifkan kapan saja sesuai kebutuhan tanpa melalui perantara agen.

Sistem pembelian asuransi Jagadiriyang bisa diketeng dan disesuaikan dengan kebutuhan akan sangat membantu warga. Harga sangat ringan dan terjangkau, mudah mengaktifkannya dalam hitungan menit saja menjadi nilai lebih dan daya tarik tersendiri.

Pak Reginal dan Mba Priska menekankan kalau asuransiJagadiri fokus pada digital marketing (pasar digital) dengan sasaran pasarnya kaum remaja berkarir dan dewasa aktif. Hal ini tidak terlalu bermasalah bagi warga di kampungku karena di setiap desa sudah ada wardes (warung internet desa) dimana warga sudah lama bisa belajar dan mengakses internet.

Selain itu meski sinyal tidak terlalu bagus tapi anak-anak, remaja hingga orang tua di kampung sudah mulai melek internet melalui gadget. Selain memperkenalkan asuransi tanpa beban ini, saya dan warga bisa mengaksesnya sambil belajar bersama-sama mengenai asuransi Jagadiri ini di website Jagadiri: www.jagadiri.co.id Aplikasinya pun sudah bisa diunduh di Google Play Store secara gratis.

Saya pribadi tertarik dan terkesan dengan inovasi baru dari asuransi Jagadiri ini melalui terobosannya Jaga Aman Instan. Keunggulannya dari sisi pembelian yang bisa diketeng sesuai kebutuhan, harganya yang terjangkau mulai dari goceng saja, dan mengaktifkannya bisa dari ponsel di genggaman sudah begitu menarik perhatian saya.

Saya dan suami yang hobi naik gunung serta sesekali panjat tebing semakin merasa aman dengan adanya asuransi Jagadiri Jaga Aman Instan ini. Cukup mengaktifkannya dari smartphone mulai dari waktu akan berangkat hingga nanti kembali pulang dan kami sudah merasa aman terlindungi melakukan olahraga ekstrim ini.

Hem... Sepertinya, tidak lama lagi Bu Asur akan berbalik membeli asuransi Jagadiri Jaga Aman Instan jika akan berangkat ke ibu kota untuk urusan pekerjaannya. Dan saya sudah tidak mempunyai beban moral lagi kepada warga untuk memperkenalkan Asuransi Kesehatan Jagadiri yang nyaris tanpa beban ini.(ol)

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun