Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jadilah Penduduk yang (Sedikit) Cerdas untuk Menunjang Terciptanya Kota Cerdas

22 Mei 2015   02:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski tidak mengenyam pendidikan tinggi, aku harus menjadi warga yang sedikit cerdas, supaya bisa ikut menunjang mewujudkan kota cerdas.



[caption id="attachment_367037" align="aligncenter" width="448" caption="Keluarga Petualang ikut Kompasiana Nangkring (semua foto dok. pribadi)"][/caption]

Awalnya masih bingung, yang dimaksud “Kota Cerdas” itu apa? Namun setelah mengikuti Kompasiana Nangkring dengan PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) yang bertema “Kotaku Kota Cerdas!” pada Sabtu, 25 April 2015 diPisa Kafe Mahakam, baru mendapat pemahaman kalau suatu kota bisa dikategorikan kota cerdas jika sudah memenuhi ukuran kategori kota cerdas.

Di acara Kompasiana Nangkring dengan narasumber Ignatius Kristanto dari Kompas; Adi Munandir dari PGN; Tri Agung Kristanto serta Wardah Fajri sebagai moderator ini dijelaskan pula kalau mulai tahun 2015 Harian Kompas dan PT PGN bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mencanangkan program Kompas–ITB Smart City Model (KISCM) sebagai program yang bertujuan memajukan seluruh kota di Indonesia menjadi kota yang cerdas.

Apa sih yang menjadi ukuran jika suatu kota bisa disebut sebagai kategori kota yang cerdas? Yang jadi ukurannya adalah kota yang sudah cerdas secara ekonomi, kota yang cerdas secara sosial, dan kota yang cerdas dari segi lingkungannya.

14322352351169280755
14322352351169280755


Jaman semakin maju dan berkembang. Peran teknologi yang semakin canggih membawa perubahan baik pada sikap maupun perilaku manusia. Termasuk kondisi kota (daerah) dimana perkembangan jaman semakin membawa kemajuan dalam berbagai pembangunan sarana serta prasarananya.

Teknologi digital saat ini tidak hanya dijalankan di ibu kota saja, tetapi sudah merambah dan sudah banyak digunakan di berbagai kota lainnya. Tidak salah jika ukuran sebuah kota masuk cerdas atau tidaknya juga dilihat dari penggunaan teknologi digitalnya. Tidak bisa dipungkiri penggunaan teknologi digital untuk menunjang operasional serta sistem birokrasi bisa membantu perkembangan kota secara siginifikan.

Teknologi digital jaman sekarang bisa diibaratkan roh dari sebuah kemajuan. Sarana penunjang utama seluruh aktivitas perkembangan hidup manusia. Teknologi digital sangat berperan dalam perkembangan sebuah kota. Teknologi digital pula yang memudahkan suatu kota untuk memantau dan mencatat perkembangannya.

Contoh nyata Kotamadya Bandung, dibawah kepemimpinan Ridwan Kamil (Kang Emil) dalam beberapa saat saja sudah tercipta berbagai inovasi teknologi digital mulai dari teknopolis, ekonomi kreatif, E-government, smart transport, sampai sistem blusukan digital yang bisa memonitor setiap menit permasalahan kota. Urusan perijinan kota pun tidak perlu ke kantor, cukup klik dan bayar via online, dan sebagainya.

14322352971868528100
14322352971868528100


Namun tentu saja dari semua itu apalah artinya jika penduduk kota tersebut sama sekali tidak cerdas, alias kurang faham dengan berbagai fasilitas dan kegunaan berbagai kecanggihan teknologi digital yang ada dan diterapkan di kota tersebut. Atau dengan kata lain kemajuan teknologi digital tetep kekeuh tidak akan nyambung diterapkan jika penduduknya gagap teknologi alias gaptek dengan kecanggihan berbagai teknologi yang ada.

Karenanya, saya harus jadi warga (penduduk sebuah daerah) yang (sedikit) cerdas supaya bisa berbanding lurus dengan kemajuan pembangunan yang semakin pesat.

Melihat kondisi kota (tepatnya Kabupaten Cianjur) yang secara kasat mata (maaf) sejujurnya masih jauuuh.... dari indeks kriteria sebuah kota cerdas, maka tidak ada pilihan lain kecuali saya sebagai warganya yang harus berinisiatif untuk berani menjemput bola. Jika kabupetan tempat tinggal saya masih banyakjauh tertinggal cerdasnya dibanding kota/kabupaten lainnya (khususnya di Provinsi Jawa Barat) maka saya pribadi khususnya (umumnya semua penduduk Kabupaten Cianjur) sebagai warganya yang harus lebih dulu (sedikit) lebih cerdas.

Meski di Cianjur belum banyak diterapkan sistem teknologi digital, tidak ada salahnya saya yang harus lebih dulu belajar tentang apa itu teknologi, bagaimana cara menggunakannya, bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan merasakan manfaatnya yang tepat sasaran.

Tidak perlu memperhitungkan berapa biaya transportasi yang harus dikeluarkan, tidak menjadikan jarak berjam-jam ke Jakarta dan atau Bandung --lokasi tempat adanya acara pelatihan atau workshop-- sebagai alibi dari kemalasan untuk menambah ilmu dan wawasan . Jika hanya menunggu semua itu akan hadir di Cianjur, mau jaman mana?

14322353501336864834
14322353501336864834


Saat ini di setiap daerah sedang marak digalakan Relawan TIK. Termasuk di Cianjur, internet sampai ke pelosok desa. Kini saatnya apa yang sudah didapat dan dipelajari itu dibagikan lagi kepada mereka yang haus akan informasi. Tidak pelit dengan ilmu dan pengetahuan, meski bukan sarjana IT para relawan TIK tanpa pamrih terus berbagi dan mengedukasi warga tentang pentingnya TIK di jaman sekarang ini. Jadikan semua penduduk Cianjur (lebih dulu) cerdas!

Yang sederhana saja dulu, bagaimana memaksimalkan penggunaan internet dan gadget untuk menunjang dan mempermudah aktivitas hidup. Bagaimana memanfaatkan jaringan untuk meraih sukses dari segi usaha atau bisnis. Sampai mendampingi para aparat desa yang mulai giat melakukan pengembangan dan pemetaan kemajuan kondisi pedesaan lewat website desa. Juga penyampaian informasi dan kampanye internet sehat untuk masyarakat.

Apalagi yang bisa dilakukan warga (Cianjur) untuk menyongsong sebuah kota cerdas?

Jadi warga yang cerdas dengan membiasakan tidak membuang sampah sembarangan, tidak membuang sampah ke kali/selokan/sungai. Apa jadinya jika sebuah kota cerdas dalam bidang tata kelola lingkungan namun warganya ternyata belum sadar untuk tidak sembarangan buang sampah. Saat ini sampah memang masih banyak menumpuk di setiap pinggir-pinggir jalan raya kota Cianjur. Tapi jika warganya (lebih dulu) cerdas, dengan sendirinya sampah akan berada di tempat yang semestinya. Lingkungan Cianjur pun akan bersih dan lama-lama mencapai target menjadi kota cerdas. Jika demikian, bukankah warga secara tidak langsung sudah membantu mewujudkan Cianjur sebagai kota cerdas?

Sirkulasi transportasi di Cianjur, khususnya ke daerah selatan masih terbilang kurang. Padahal untuk menjadi sebuah kota cerdas wajib memiliki sarana transportasi yang baik. Dalam arti warga sangat mudah untuk berpindah tempat tanpa hambatan. Karena sirkulasi ini juga ikut menentukan dalam perkembangan kota, maka tidak aneh jika Cianjur kalah banyak oleh kabupaten sekitarnya yang sudah memekarkan diri dan berdiri mengatur pemerintahan sendiri. Bagaimana mau berkembang jika transportasi publiknya termasuk kategori buruk? Sementara kota yang baik adalah kota yang mampu memberikan kenyamanan bagi penduduknya.

Saat ini pemda sudah mengupayakan proses sanitasi dan drainase. Selokan di pinggir jalan arah ke Cianjur selatan di beberapa titik mulai dibuat. Dulu hanya berupa parit yang mudah hilang saat longsoran dari bukit menguburnya, kini mulai terganti dengan selokan yang dipondasi. Jika selokan sudah bagus, moga selanjutnya jalan aspal yang bolong-bolong bagai kubangan itu akan diperbaharui dilicinkan juga.

Jika sarana transportasi lancar, maka perekonomian warga dengan sendirinya pun akan terangkat. Jika perekonomian warga Cianjur sudah lebih baik, tidak lagi “mengekspor” perempuannya untuk jadi TKI, diharapkan bisa memaksimalkan sumber daya kota serta potensi daerah menjadi sebuah keuntungan bagi warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun