Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Money

Jadikan TKI (Taiwan) Prospek dan Proyek Gemilang Bank Syariah

3 Oktober 2010   18:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jadikan TKI (Taiwan) Prospek dan Proyek Gemilang Bank Syariah Saya ambil judul spesifik "TKI Taiwan" Karena di Taiwan-lah data dan wawancara (walau tidak resmi) ini saya dapat/lakukan. Namun tentu saja bukan berarti bahasan ini tertutup untuk negara lain yang sama-sama posisinya sebagai basis penempatan TKI. Justru dengan membawa nama TKI secara global (dalam arti TKI di dunia, bukan TKI di Taiwan saja) peluang pasar dan prospek perkembangan Perbankan Syariah akan semakin besar dan terbuka lebar. Perkembangan Perbankan Syariah tidak ada kemajuan atau malah jalan ditempat? Kenapa tidak merambah dunia TKI untuk merangkulnya sebagai nasabah? Lewat jalinan hubungan dan mitra kerja dengan jutaan jiwa TKI diseluruh dunia bukankah akan menambah besarnya kuota dan khasanah memasyarakatkan Perbankan Syariah? Saya mau semua orang tahu Bank Syariah, termasuk TKI yang tinggal di luar Indonesia! Tulisan ini mungkin bukan sebuah ide kreatif, tapi cerita ini nyata bagaimana saya memperkenalkan Bank Syariah kepada teman-teman sesama TKI di Taiwan sehingga mereka tertarik bertransaksi bank secara syariah. Sayangnya, TKI disini (saat ini) tidak bisa membuka rekening (mendaftar jadi nasabah) kecuali harus pulang dulu ke Indonesia, dan dari permasalahan itulah justru ide mengembangkan sayap Perbankan Syariah ini saya dapat. Sebagai TKI (tepatnya mungkin TKW) saya pribadi masih merasa asing dengan istilah Bank Syariah. Bertahun-tahun kerja jadi buruh migran di negara orang otomatis membatasi informasi dan pengetahuan. Jangankan soal perbankan, mengetahui masalah umum tentang kondisi tanah air saja selalu menjadi yang terbelakang. Dulu saat sekolah, istilah Bank Syariah sama sekali tidak pernah saya dengar (maklum di kampung). Istilah Bank Syariah baru merambah pelosok dan menjamah wilayah pinggir sawah justru saat saya sudah hijrah. Sekarang, teknologi semakin berkembang, TKI tidak tertinggal informasi lagi. Kemajuan ini diawali dengan berkembangnya sarana komunikasi, selanjutnya meningkat dengan fasilitas internet yang semakin memanjakan siapapun dalam berbagai kemudahan. Dari sanalah istilah baru perekonomian dan perbankan ditemukan, selanjutnya singgah dimemori TKI sebagai tambahan informasi. Termasuk istilah syariah dan Bank Syariah ini. Saya yang awam dalam masalah syariah mencoba mencari informasi lebih supaya mengetahui apa kelebihan Bank Syariah ini dibanding Bank Konvensional yang sudah dikenal. Dimata TKI yang kurang informasi --selain namanya yang lebih Islami-- pelayanan Bank Syariah tidak jauh beda dengan Bank Konvensional lainnya; sama-sama melayani permasalahan keuangan, dari pinjam meminjam, menabung, sampai tempat pelayanan menumpang transfer uang. Ya, TKI kebanyakan membutuhkan jasa perbankan hanya untuk mempermudah pengiriman (transfer dan pengambilan) uang. Itu-itu saja. Kalaupun ada kelebihan dari Bank Syariah yang menyolok dimata kaum buruh, adalah sistem pembebasan biaya bulanan. Dan tidak disangka, justru hal itu yang diminati kaum TKI. Tahukah bahwa selama ini banyak keluhan dari teman-teman yang mengatakan tabungan di bank (konvensional) kalau tidak ditambah lama-lama akan habis digerogoti biaya bulanan yang --walau sedikit demi sedikit-- sudah pasti memotong saldo utama. Saat saya infokan mengenai sistem Perbankan Syariah yang sangat sederhana dan garis besarnya saja (maklum saya bukan ahlinya dan informasi pun hanya saya dapat baca di kolom iB KOMPASIANA) mengenai Perbankan Syariah yang menganut sistem bagi hasil dan tidak melakukan pemotongan biaya pada setiap bulannya antusias teman-teman TKI ternyata begitu tinggi! Mereka tertarik dengan sistem perbankan seperti (Syariah) itu. Apalagi, semakin maju peradaban kehidupan, semakin beragam pula kebutuhan orang, termasuk pelayanan perbankan yang dibutuhkan TKI. TKI dengan keberadaannya bertahun-tahun di luar negeri (terikat kontrak) membutuhkan pelayanan perbankan dengan sistem yang terpercaya serta canggih. Selama ini keberadaan TKI di luar negeri yang sulit pulang untuk mengurus administrasi serta persyaratan perbankan menyebabkan perwalian/pengambilan kuasa/ pengatas-namaan menjadi solusi dan pilihan. Padahal hal itu sangat beresiko dan rentan penyalahgunaan. Banyak TKI yang mempercayakan pengelolaan keuangan kepada orang terpercaya (suami/istri/orang tua, dlsb), tapi banyak pula TKI yang akhirnya kecewa bahkan sampai trauma karena uang yang diserahkan sepenuhnya ternyata disalahgunakan. Si TKI itu sendiri tidak banyak punya kuasa karena yang menyimpan uang (mempunyai rekening di Bank) bukan atas nama pribadi TKI itu sendiri, melainkan nama lain (suami/istri/orang tua, dlsb) yang tadinya sangat dipercaya. Kenapa begitu? Kebanyakan saat pertama berangkat jadi TKI mereka tidak/belum membuka/mempunyai rekening atas nama pribadi. Belum terpikir uang akan dimodalkan atau dijadikan apa karena kebanyakan mendahulukan hal terpenting yaitu bisa kirim uang untuk bayar utang dan pemenuhan kebutuhan primer. Tapi setelah beberapa tahun kemudian, disaat utang terbayar dan pemikiran TKI lebih memikirkan masa depan, terpikirlah untuk menabung, membeli rumah, membiayai pendidikan anak, dan keinginan lain yang baru terpikir. Karena tidak mempunyai rekening pribadi itulah, rekening suami/orang tua yang jadi andalan. Masalahnya, ada yang amanah, tapi banyak juga yang khianat. Dan kenyataanya TKI Taiwan lebih banyak yang mengalami "kehilangan/kecolongan" uang tabungan yang dititipkannya kepada orang yang katanya dipercayainya itu. Tidak jelas kemana larinya uang gaji perbulan yang berjuta-juta besarnya itu. Pada saat si TKI pulang uang yang ada tidak seberapa. Alih-alih bisa dijadikan modal usaha, untuk kehidupan sehari-hari saja banyak yang kembali menghutang. Alhasil sebulan dua bulan pilihannya kembali merantau untuk kembali menjadi TKI.   TKI pada dasarnya termasuk pelaku pasar perputaran uang. Penghasil devisa negara nomor dua setelah minyak ini sebenarnya orang yang berkutat dalam kubangan dunia perbankan dan keuangan. Lihat saja, TKI berangkat kebanyakan karena dampak permasalahan ekonomi yang di tanah air tidak (belum) bisa dipecahkan. Utamanya masalah pengangguran dan permodalan usaha. Banyak TKI yang meminjam uang kepada bank konvensional populer di tanah air untuk membiayai keberangkatannya jadi TKI.  Bahkan untuk TKI Taiwan, justru "diresmikan" oleh pemerintah Indonesia kalau untuk biaya penempatan kerja di Taiwan itu TKI seluruhnya "diatur" untuk meminjam uang/biaya dari bank konvesional asing! Membayarnya dengan cara sistem potong gaji (sistem tersebut saat ini dirasa semakin merugikan TKI Taiwan dan TKI Taiwan sekarang sedang berjuang untuk membebaskan diri dari jeratan bank seperti itu) Setelah TKI bekerja di luar negeri, seputar uang juga yang digelutinya. Gaji setahun pertama diambil sebagian untuk bayar utang ke bank asing. Kemudian sisa yang diterima dan gaji full setelah masa potongan habis pada umumnya dikirim ke tanah air lewat keluarga dan sanak saudara. Urusannya tentu saja kembali berhubungan dengan perbankan. Namun karena di Taiwan belum ada cabang bank resmi milik pemerintah Indonesia (syariah maupun konvensional) maka TKI menggunakan jasa pengiriman uang lewat jasa pengiriman uang Toko-toko Indonesia. Hal ini lebih murah dibanding mengirim uang di bank lokal milik pemerintah Taiwan. Yang mana ongkos kirimnya saja bisa mencapai tiga kali lipat dari ongkos lewat jasa Toko Indonesia. Belum nilai tukar Rupiah di bank lokal selalu lebih rendah dari kurs yang ditawarkan Toko Indonesia. Dan masih banyak permasalahan lain seperti kendala bahasa, ijin kepada majikan (bank lokal buka hari kerja, sementara Toko Indonesia minggu saat TKI libur pun buka) dan masih banyak kendala lain. Saat si TKI pulang ke tanah air pun, pengelolaan uang kembali jadi bagian kehidupannya. Dapat kita lihat tepat tidaknya dia mengatur pos-pos keuangan; aman tidaknya dia menyimpan uang simpanan/tabungan; dan masih banyak lagi opsi lainnya. Lalu apa yang diharapkan dari lembaga perbankan oleh orang yang berprofesi sebagai TKI ini? Banyak teman saya (semuanya TKI) memberikan jawaban. Dan tiga jawaban terbanyak mereka adalah bank yang bisa membantu dalam hal : 1. Keinginan TKI untuk punya modal (tabungan) 2. Keinginan untuk punya rumah 3. Pemenuhan membiayai anak sekolah Tepat! Saya membaca, Perbankan Syariah juga mempunyai pelayanan ketiga point yang dibutuhkan TKI Taiwan tersebut diatas. Keinginan memiliki rumah, Syariah punya KPR iB; keinginan mempunyai modal usaha, Syariah punya Pembiayaan Modal Kerja iB; pembiayaan anak sekolah pun Syariah punya Multijasa iB : Solusi Kebutuhan Biaya Pendidikan. Bahkan masih banyak point kelebihan lainnya yang juga menjadi layanan unggulan dari Perbankan Syariah. Seperti Kartu Kredit iB: Sesuai Syariah, Bisa Dipakai Di Seluruh Dunia; Layanan iB di Manapun, Mudah dan Tetap Syariah; Mobile Banking iB; Produk dan Jasa Perbankan yang Lebih Beragam, dan Skema Keuangan yang Lebih Bervariasi, dan masih banyak pelayanan lainnya. Asam di gunung garam di laut bertemunya di dapur juga, lalu kenapa tidak dijadikan partner saja? Hehe! TKI membutuhkan pelayanan (Perbankan Syariah) yang bisa memberikan pelayanan maksimal saat bertahun-tahun kerja di luar negeri namun tiap bulan uang bisa aman karena tidak akan mendapat potongan biaya bulanan. Bank Syariahpun turut mengembangkan sayap sekaligus memasyarakatkan sistem syariah dengan jalan merangkul TKI yang tersebar di dunia. Dengan kedua posisi tersebut bukankah akan tercipta sebuah hubungan simbiosis mutualisme? Semua itu tentu akan mudah dijalankan bila ditangani oleh pihak yang berkompeten. Dan kenapa Perbankan Syariah tidak mengambil peran serta didalamnya? Saya yakin dengan satu keunggulan Perbankan Syariah --perbulannya nasabah tidak dikenakan biaya pemotongan yang otomatis tabungan tidak akan berkurang-- saja, TKI akan tertarik dan berminat untuk menjadi nasabah. Belum lagi bila dijelaskan keuntungan/kelebihan baik dari segi syariah itu sendiri maupun dari segi pelayanan yang sudah serba canggih. Saya amati sampai tulisan ini dipublish belum ada perbankan manapun (syariah maupun konvensional) yang membuka sayap ke Taiwan. Padahal, dari tahun ke tahun TKI Taiwan terus bertambah dan perbankan jelas dibutuhkan. Melihat beberapa bank konvensional sudah membuka cabang di Hong Kong (dan hasilnya tampak signifikan) kenapa Bank Syariah tidak melakukan tindakkan yang sama demi memajukan serta memasyarakatkan Perbankan Syariah untuk melebarkan sayapnya ke luar negeri khususnya Taiwan yang sama sekali masih belum terjamah perbankan para tenaga kerjanya? Lakukanlah survei, atau kunjungan, dekati TKI dari hati ke hati. Lalu buka kantor cabang yang akan memudahkan TKI Taiwan membuka rekening atas nama sendiri di Taiwan. Perkenalkan juga kepada mereka tentang pelayanan Bank Syariah untuk menabung (modal usaha), untuk mempunyai rumah idaman, untuk membiayai pendidikan anak, dlsb. Sedikit menambahkan, dalam berdialog dengan TKI mungkin dibutuhkan lebih sedikit kesabaran dan pengertian. Tentunya pemahaman serta pemikiran TKI akan lain bila kita banding dengan pemikiran serta keterbukaan para pelajar atau para usahawan. Karena tingkat sosial, gaya hidup serta pemikirannya pun jelas beda. maka kita harus pintar-pintar mendekati supaya penjelasan dan maksud kita sampai dan mudah dimengerti mereka. Dengan sedikit penjabaran saya diatas, jika para bankir syariah jeli dan pandai mengambil peluang maka inilah kesempatan sesungguhnya untuk memajukan syariah sekaligus memasyarakatkannya. Jika seorang TKI merasa nyaman menjadi nasabah Bank Syariah, tidak menutup kemungkinan mereka selanjutnya akan mengajak saudara dan tetangga untuk mengikuti jejaknya. Jika pihak Bank Syariah merasa keberatan/kesulitan kalau harus datang dan membuka kantor cabang di Taiwan, mungkin bisa mengambil jalan bekerjasama dengan Depnaker dan atau PJTKI yang memproses keberangkatan TKI ke luar negeri untuk memberikan kesempatan kepada pihak Bank Syariah memberikan penyuluhan dan informasi mengenai pentingnya membuka/punya rekening atas nama pribadi TKI. Jadi sebelum TKI terbang ke luar negeri terlebih dahulu mereka membuka rekening pribadi. Walau TKI ada di luar negeri, dengan fasilitas internet banking bukankah semuanya akan tetap mudah dikendalikan si TKI sebagai empunya rekening dimanapaun dia berada? Siapa tahu Bank Syariah bisa kerja sama pula seperti halnya kerjasama bank asing yang selama ini TKI Taiwan jalankan dalam pengadaan modal untuk biaya penempatan TKI. Yang pada kenyataannya memakai jasa dan atau menggunakan/mengikuti sistem bank asing itu ternyata merugikan TKI. Bunga dan biaya administrasi yang diterapkan bank asing kepada TKI sangat tinggi hingga TKI Taiwan saat ini sedang memperjuangkan diri untuk berusaha terbebas dari jeratan bank asing tersebut. Entahlah ide saya ini termasuk kreatif apa tidak, yang pasti menurut saya dan teman-teman TKI --selaku sasaran pasar-- hal ini termasuk memungkinkan. Kalau bank asing dan bank konvensional saja bisa melakukan dan mengambil tindakan tentu Bank Syariah juga, iya kan? Penjabaran diatas hanyalah info dasar (mungkin tepatnya curahan hati) dari perwakilan TKI (kaum buruh) Taiwan yang sedang mengalami keterpurukan dalam permasalahan pengaturan keuangan plus harapan dari kondisi TKI yang sangat membutuhkan perlindungan Bank (Syariah). Adapun tindakkan selanjutnya silahkan kerahkan ilmuwan-ilmuwan, pakar-pakar perbankan, ahli-ahli ekonomi, dan bankir-bankir teruji dalam Persyariahan untuk berpikir bagaimana caranya merealisasikan gebrakan mengembangkan Perbakan Syariah hingga mampu menerobos dunia TKI. Jika hal ini sukses, di Taiwan saja sampai saat ini terdapat 145.000 jiwa TKI (legal) belum jika hal yang sama dilakukan pula untuk menembus dunia TKI di negara basis penempatan kerja lainnya seperti Korea, Jepang, Malaysia maupun Singapura dan siapa tahu bisa menembus Timur Tengah pula? Terbayangkan bagaimana pesatnya perkembangan Perbankan Syariah di seluruh dunia.... Itu kalau ide ini diterima, dijalankan dan terealisasi secara sukses. Kalau tidak? Ya, anggap saja tulisan ini ibarat berbagi ilmu. Toh termasuk tidak merugi pula, bukan begitu? Insya Allah.   Notes : Tanggal 10 Oktober 2010 besok di NTU (National Taiwan University) ada acara pelatihan kewirausahaan terbuka untuk umum (Mahasiswa maupun TKI) Diantara salah dua pembicaranya adalah perwakilan dari BI (Bank Indonesia) dan BNI. Walau yang panitia undang ini bukan yang syariah-nya, tapi BNI ada BNI syariahnya kan? nah... mungkin saja ide ini bisa di share ke mereka-mereka juga ^_^ [caption id="attachment_277756" align="aligncenter" width="259" caption=""Saya mau semua orang tahu Bank Syariah, termasuk TKI di luar negeri!" Source : google.com"][/caption]   http://hidupuntukberkarya.multiply.com/journal/item/222/Jadikan_TKI_Taiwan_Prospek_dan_Proyek_Gemilang_Bank_Syariah http://www.facebook.com/okti.li?ref=name#!/note.php?note_id=441732262366

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun