Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gawat! Saya Bersaing dengan Director Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati!

18 Agustus 2010   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:55 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sri Mulyani Indrawati adalah seorang figur terkenal tidak hanya di tanah air, melainkan juga di dunia. Kariernya yang meningkat pesat membawa nama dan posisinya langsung melambung. Ibu Sri diangkat menjadi Direktur Pelaksana Bank menggantikan Juan Jose Daboub yang pada 30 Mei 2010 lalu habis masa jabatannya.

Sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia Ibu Sri akan menangani 74 negara dan menangani permasalahan di negara Amerika Latin & Karibia, Timur Tengah & Afrika Utara serta Asia Timur Dan Pasifik. Ibu Sri juga pernah mendapat gelar Perempuan yang paling berpengaruh ke 23 di dunia versi Majalah Forbes pada tahun 2007. Belum lagi penghargaan "The Best Finance Minister in Asia" yang diperolahnya dari Emerging Market Forum pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Hebat bukan?

Dan yang terhebat lagi adalah fenomena bahwa Ibu Sri sekarang menjadi saingan saya.

Saingan dalam hal apa?
Apalagi kalau bukan saingan sebagai TKW/TKI!

Seperti kita tahu, Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Sekarang, coba telaah. Ibu Sri seorang wanita, saya juga seorang wanita. Ibu Sri adalah WNI, saya juga WNI. Ibu Sri bekerja di luar negeri saya juga bekerja di luar negeri. Jadi jelas sekali kalau saya dan Ibu Sri sama-sama mempunyai kedudukan sebagai TKI. Tenaga Kerja Indonesia. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. Maka tidak heran Ibu Sri sebagai "pekerja halus" tidak pernah disebut sebagai pahlawan devisa, sebutan dari pemerintah RI kepada kaum buruh pada umumnya.

Kenapa ada kesenjangan seperti itu? Saya sendiri sudah lebih dari sekedar tahu diri, siapa sih saya ini? toh hanya seorang TKW (pula) saya sebut Ibu Sri sebagai saingan saya karena saya iri. Ya, iri. Kenapa saya pulang ke tanah air harus lewat terminal tiga atau empat, sementara Ibu Sri bebas melenggang ke pintu manapun?

Kenapa saya menjadi objek pungli bagi pejabat dan agen terkait, sementara dia tidak? Padahal, uang Ibu Sri tentu lebih besar berapa ribu kali lipat dibanding gaji hasil kuli saya bertahun-tahun di negeri orang.

Terminal tiga atau empat di bandara diadakan dengan alasan "untuk melindungi TKI" hehe, siapa sih saya? Sebenarnya saya tidak perlu dilindungi, yang perlu dilindungi itu seharusnya justru Ibu Sri, orang nomor satu, orang hebat, orang kaya, orang yang membawa nama Indonesia jadi harum di dunia. Dialah seorang Director Bank yang seharusnya masuk ke pintu terminal tiga atau empat karena harus dilindungi, dan bukan saya!

Jelas sekali Ibu Sri itu saingan saya, dan saya iri (dalam hal positif) terhadapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun