Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dana Siluman dan Keberanian Berbuat Jujur

6 Maret 2015   04:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dana Siluman dan Keberanian Berbuat Jujur

Teman suami yang bekerja di Dinas Pendidikan tingkat kecamatan bercerita hari ini mendapat rezeki nomplok. Ia bersama pagawai lainnya di Dinas mendapat uang sawer dari PNS yang ingin naik pangkat jadi Kepala Sekolah. Berapa besarnya? Teman suami sendiri mendapat uang tanpa perlu lelah sebesar satu juta rupiah. Bisa dipastikan, pegawai lain yang jabatan serta posisinya lebih tinggi dibanding posisi teman suamiku mendapatkan bagian lebih besar lagi.

Apakah jika seseorang ingin jadi Kepala Sekolah harus “membagi-bagikan” uang seperti itu? Sudah jadi rahasia umum, kalau mau menjadi Kepala Sekolah itu harus menyediakan uang minimal puluhan juta rupiah. Untuk apa? Ya mungkin untuk tips sana tips sini seperti itu. Sebuah tindakan KKN yang sudah membudaya dan daripada memeranginya, pelaku maupun penerima uang lebih baik diam saja.

“Duit datang sendiri, masa ditolak?”

Hari ini pula diberitakan sebuah kasus luar biasa terkait perseteruan tentang APBD DKI Jakarta. Perseteruan dilakukan antara sang gubernur Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dengan DPRD DKI. Perseteruan Gubernur dengan DPRD DKI bukanlah sebuah kejadian yang luar biasa. Sekelas tingkat provinsi bagi-bagi dana siluman sebesar satuan triliun itu tentu saja bukan sebuah hal yang aneh. Setingkat Kecamatan saja dana siluman itu bisa mencapai ratusan juta, kok.

Saat ada seseorang yang lantang menyuarakan kebenaran maka resikonya hancur atau minimal jatuh. Setelah sebelumnya mendapat ancaman, teror dan cibiran-cibiran lainnya.

Ibu Rumah Tangga macam aku ini lebih baik mikirin bagaimana cara mengelola pendapatan yang pas-pasan supaya cukup memenuhi kebutuhan hidup dengan tantangan beras serta Gas 3 Kg yang harganya naik gila-gilaan, daripada ngikutin perkembangan berita para pejabat yang tebal muka.

Hanya sebagai warga negara yang baik, tentu saja paling tidak aku ikut berdoa, semoga kebenaran itu tetap kokoh berdiri meski banyak onak duri yang menjegalnya. KKN dalam negara ini sudah mengakar dan membudaya, sulit untuk memmbersihkannya. Semua berusaha untuk saling menutupi karena melakukannya juga secara berjamaah. Setiap kursi mendapatkan bagian uang silumannya. Contoh kecilnya teman suamiku itu.

Jika pengalama teman suami di tingka kecamatan itu contoh lingkaran kecilnya, maka tentu saja dapat kita bayangkan sebesar apa lingkarannya di tingkat provinsi. Yuk mari kita perbaiki ahlak diri. Berani berbuat jujur?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun