[caption id="attachment_303354" align="aligncenter" width="300" caption="Semua Foto Dok. Pribadi"][/caption]
Tahun 2014 identik dengan tahun politik. Tahun panas karena semuanya ramai bergejolak. Banyak orang yang mencemooh terhadap yang namanya politik namun justru ada pula yang memujanya hingga menjadikan politik ibarat sang penguasa dirinya saja.
Dunia politik memang unik. Untuk bisa meraihnya perlu banyak hal yang harus dicermati. Salah satu yang harus diperhatikan oleh para politikus adalah masalah kualitas diri (pribadi). Kepiawaian seorang politikus ulung bukankah sudah sering kita dengar gaungannya? Tapi apa masalahnya jika seorang politikus itu tetap sepi pemilih alias pada saat pemilu orang kurang cenderung untuk memilihnya? Kenapa?
Jawabannya karena  tidak (atau mungkin belum) adanya personal branding pada diri si politikus tersebut.
[caption id="attachment_303355" align="alignleft" width="300" caption="Dok. Pribadi"]
Apa itu personal branding? Sebagaimana dikutip dari halaman buku Personal Branding karya Dewi Haroen yang baru saja dilaunching tanggal 6 April 2014 di Toko Buku Gramedia Matraman, personal branding adalah sebuah proses dalam membentuk brand seseorang. Proses mengelola persepsi khalayak umum terhadap branding diri seseorang.
Dewi Haroen, atau lebih dikenal dengan nama Wita Haroen adalah seorang Psikolog, Trainer dan Motivator lulusan FP-UI. Beliau merupakan pendiri AMALIA Psychology Consulting & Trainer Center yang bergerak di bidang Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta merupakan Staf Pengajar di Trisakti School of Management.
Peluncuran buku Personal Branding ini dihadiri oleh para nara sumber yang terdiri dari Prof. DR. Din M Samsuddin (Ketua MUI), Prof. DR. Hamdi Muluk (guru besar psikologi politik UI) dan Dwiki Dharmawan (musisi). Berperan sebagai moderator adalah  Alvin Lie.
[caption id="attachment_303356" align="alignleft" width="300" caption="Para Nara Sumber dan Moderator (Dok. Pribadi)"]
Di dalam buku Personal Branding selain menjelaskan apa personal branding itu sendiri, juga dijelaskan kalau buku Personal Branding yang ditulis oleh Dewi Haroen akan mengantarkan pembaca atau pencari branding untuk memahami fakta tentang proses-proses branding yang asli maupun yang hasil rekayasa.
Bagaimana melakukan proses branding yang asli? Hal ini  pun dikupas tuntas dalam buku dengan harga yang sangat terjangkau ini.
Dewi Haroen pun lagi-lagi berbagi keunikan. Walaupun Iibu dengan tiga orang anak ini dengan lugas mengutarakan dalam bukunya tentang apa itu personal branding, bagaimana mencapainya khusunya di masa-masa Pemilu seperti yang tengah terjadi pada tahun ini, namun Dewi Haroen dengan tegas memposisikan dirinya bahwa ia tidak akan mengajak orang untuk "mengubah" atau mempercantik dirinya dengan dalih apapun terhadap pengembangan Personal Branding masing-masing. Karena personal branding yang baik adalah yang terjadi dengan sendirinya melalui sebuah proses yang cukup lama.
Pembaca Personal Branding akan menemukan kiat agar tetap "on the track" versi Dewi Haroen dalam buku ini, yaitu dengan cara:
1. Meningkatkan kedekatan kepada Tuhan.
2. Melakukan dialog-diri dalam bentuk kontemplasi, instropkesi diri, dan evaluasi.
3. Tetap memegang lingkungan pergaulan yang baik agar tidak terbawa arus. Bergaul dengan orang yang sama-sama "on the track".
4. Memahami aturan main bagaimana seorang pejabat supaya tidak tertinggal dan atau keluar batas. Dengan cara banyak cari informasi atau hadir di berbagai acara.
5. Membuka diri terhadap berbagai nasihat maupun kritik sehingga tidak kehilangan kendali.
6. Menyeimbangkan antara kehidupan di dunia dengan pencarian bekal untuk kelak di akhirat.
7. Terus menerima diri apa adanya, tidak membandingkan sendiri dengan siapapun, jangan sampai kehilangan karakter dan nilai-nilai pribadi.