Membicarakan soal sayur untuk sekolah, ini bukan tentang program makan siang gratis yang diubah menjadi sarapan bergizi gratis untuk murid sekolah dasar sebagaimana ambisi Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk merealisasikan janji kampanyenya saat Pilpres 2024.
Melainkan soal ketidakmampuan anak di daerah Banyuwangi untuk mendapatkan pendidikan namun ada tenaga pendidik yang tergerak untuk menjadikan mereka para generasi muda bangsa ini tetap mendapatkan haknya belajar. Dan bayaran untuk sang guru sesuai kemampuan masing-masing anak, termasuk dengan seikat sayur hasil dari kebun yang dikelola sebagai bayarannya.
Memenuhi kebutuhan gizi anak Indonesia dan meningkatkan kehadiran anak sekolah itu penting. Namun pendidikan sebagai kunci utama dalam memajukan suatu bangsa juga tidak kalah penting.
Peranan pendidikan tidak hanya diperlukan dalam menambah ilmu pengetahuan, lebih dari itu, karakter dan kemampuan anak juga diasah demi mencetak generasi unggul yang berkualitas.
Namun pada kenyataannya yang terjadi di lapangan selalu tidak berbanding lurus dengan cita-cita luhur para pendiri bangsa. Alasannya tentu saja keterbatasan ekonomi. Mau bagaimana lagi jika bagi sebagian orang untuk bisa mengakses pendidikan yang layak terbentur dengan biaya. Bagi keluarga kurang mampu, ini jadi tantangan yang tak mudah.
Bisa dibilang Muhammad Farid muncul sebagai penolong. Pria kelahiran 19 April 1979 ini memilih mengabdikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan dengan cara memberikan akses pendidikan yang layak bagi kalangan keluarga kurang mampu.
Muhammad Farid mendirikan sekolah berbasis alam pada 6 Januari 2005. Sesuai cita-cita, sekolah alam yang didirikan Farid itu mayoritas menampung para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Farid memperbolehkan hanya menggunakan seikat sayur untuk biaya sekolah. Bahkan menggratiskan bagi anak yang benar-benar tidak mampu secara finansial.
Dikisahkan Farid dalam berbagai wawancara, mulanya, ia mendirikan sekolah alam selain atas keprihatinannya dengan kondisi pendidikan anak kurang mampu, juga untuk kepentingan penelitian tesis strata 2 Manajemen Pendidikan yang diambilnya.
Farid fokus pada garapan sekolah dengan konsep alam. Semesta mendukung, seseorang mengizinkan Farid mengelola lahan untuk dijadikan tempat sekolah berbasis alam itu. Lokasinya di atas bukit Desa Kopen. Di belakang perumahan Villa Alam Asri, Dusun Jenesari, Desa Genteng Kulon, Banyuwangi, Jawa Timur.