Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Muka Badak demi Konten

12 Mei 2023   13:03 Diperbarui: 12 Mei 2023   13:08 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang berbelanja pada ngelirik, sebagian berbisik-bisik, mungkin dalam hati mereka bilang, "Dasar ndeso, belanja di minimarket saja pakai direkam segala."

Saya langsung pasang muka badak. Mau gimana lagi, rezeki masa ditolak? Udah bersyukur dari sekian banyak masyarakat Cianjur, cuma saya influencer yang terpilih untuk mempromosikan promo dan diskon akhir pekan dari sebuah minimarket sejuta umat ini.

Karena jobnya berupa video reels yang mempromosikan belanja di akhir pekan mendapat banyak keuntungan, maka mau tidak mau pengambilan bahan materi harus diambil saat saya berbelanja di minimarket tersebut. Plus memperlihatkan promo apa saja yang ada.

Beruntung suami mau merekam. Meski awalnya dia juga keberatan karena malunya itu. Tapi karena sayangnya sama istri, toh kegiatan ini juga mendapatkan cuan dan hasilnya sangat membantu perekonomian kami, akhirnya suami bersedia. Kalau saya masang muka badak, suami mah dobel, pasang muka badak sama pasang muka tembok yang tebal.

Kadang jika suami gak bisa, anak bujang saya, Fahmi pun bisa diajak kerja sama. Dengan iming-iming imbalan belanja jajan kesukaan tentunya. Haha...

Selama 15 Minggu saya menjalankan job ini. Bayangkan selama hampir empat bulan saya dan keluarga harus bolak balik ke minimarket, untuk mengambil foto atau video. Tidak bisa nyetok konten sekaligus karena setiap Minggu materi promo selalu berbeda.

Dasar norak bin ndeso, jajan di minimarket saja divideokan. Langsung deh kami pasang muka badak. Dok. Pribadi 
Dasar norak bin ndeso, jajan di minimarket saja divideokan. Langsung deh kami pasang muka badak. Dok. Pribadi 

Tanggapan dari pihak pegawai minimarket sendiri macam-macam. Ada yang santai, ada yang takjub dan banyak tanya, ada yang antusias sampai menolong merekam kegiatan saya, lalu saling folow aku media sosial. Yang judes gak ketulungan juga ada. Padahal job promosi ini langsung dari manajemen pusatnya. Tapi mereka para pekerja yang di kampung mana tahu, yang ada kami ini dicurigai, dikira mau macam-macam kali.

Pernah di minimarket yang berlokasi di perbatasan Pagelaran Tanggeung, kami mendapatkan perlakuan kurang memuaskan. Yaitu dikira mau macam-macam gara-gara saya belanja, memilih produk yang sedang promo dan divideokan oleh suami berkali-kali diulang. Eeh, kasirnya gak terima. Kami malah disuruh keluar.

Sempat saya jelaskan dan memperlihatkan informasi dari agency terkait job dari klien ini. Atasannya kasir itu bilang mau telepon dulu managernya. Tapi suami keburu ngajak pulang saja. Kami pun memilih minimarket lain yang di kecamatan tempat kami tinggal. Sejak itu kami gak lagi masuk minimarket bermasalah itu. Trauma. Haha...

Jadi influencer di daerah itu memang harus menyiapkan pisik dan mental. Jangan heran saat ada hinaan, cemoohan dan nyinyiran jalani saja dengan santai. Anggap saja mungkin kesuksesan yang akan dicapai itu harus di tampar dulu dengan berbagai cobaan. Mau bagaimana, begitulah situasi dan kondisi kalau ngonten di desa.

Berdasarkan pengalaman itulah, sedikit saya kasih bocoran, kalau mau ngonten di desa, jangan lupakan hal-hal berikut:

Tips ngonten di desa

  • Tentukan ide dan tema konten

Saat menyanggupi pekerjaan ini, langsung gerak cepat mencari ide dan tema konten yang akan dibuat. Pilih lokasi yang sesuai, perhitungkan waktu pengerjaan dan deadline batas waktu pengumpulan. Kalaupun bukan karena job, pastikan buat konten yang bermanfaat.

  • Persiapkan semua peralatan

Cek gadget yang akan digunakan serta peralatan lain seperti tongsis, tripod, gimbal, microphone dan sebagainya. Cek kondisi baterai, memori, koneksi internet, draft caption, dan narasinya dari rumah sehingga saat di lokasi pengambilan konten nanti tak mengalami lagi kendala

  • Urus Perizinan

Meski tidak resmi, setidaknya ada permintaan izin bahwa kita akan melakukan perekaman. Minta izin ke pengelola atau penguasa setempat jika bikin konten bukan di tempat sendiri adalah sebuah tata krama dan juga sopan santun yang di desa masih sangat dijaga. Jika di lokasi wisata pastikan tidak merusak dan mengganggu ketertiban umum.

  • Patuhi aturan

Di desa, masih banyak kepercayaan masyarakat yang mungkin tidak berlaku atau di luar nalar bagi orang-orang kota. Tetap hormati mitos dan jangan bikin ulah yang menyinggung masyarakat setempat.

  • Persiapkan muka badak alias tahan malu

Tidak jarang saat ambil konten, orang pada melihat, berbisik-bisik dan tidak sedikit yang malah menonton. Jujur hal itu awalnya bikin saya grogi. Tapi kalau sudah pasang muka badak, ya cuek saja.

  • Edit konten, upload dan berdoa

Bagian akhir ini sangat menyenangkan. Yang pasti persiapkan koneksi internet yang anti lelet. Apalagi jika ngonten video, wajib memperhatikan kecepatan internet yang akan digunakan. Tak lupa berdoa supaya konten yang kita share bermanfaat dan bisa menginspirasi.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Kenapa saat akan upload konten harus mempersiapkan internet terbaik? Jaman now, hidup tanpa internet, bagai sayur tanpa garam. Hambar. Tidak heran masyarakat begitu antusias dengan internet yang sudah dianggap seperti penyedap rasa. Ya, biar hidup ini ada rasanya.

Saya salah satu yang belum bisa jauh dari koneksi internet. Kegiatan saya sebagai blogger, influencer dan Relawan TIK tentu saja memiliki keterkaitan kuat dengan internet.

Tidak hanya saya, tetapi juga suami sebagai tenaga pendidik dan Fahmi putra saya, terlebih sejak pandemi covid-19 -- juga sehari-hari sangat lekat dengan internet. Hal itu yang membuat saya selalu memprioritaskan bisa berlangganan internet terbaik untuk keseharian.

Di rumah saya memasang paket internet rumah IndiHome dari Telkom Indonesia sebagai satu-satunya internet Indonesia yang sudah sampai di desa kami, dengan kecepatan 10 Mbps (tanpa sambungan telepon dan siaran televisi) dengan harga per bulan sekitar 200 ribuan. Paket ini sangat efisien dan efektif untuk kebutuhan berbagai aktivitas kami di rumah.

Internet di rumah. Berlangganan IndiHome sejak internet masuk desa. Dok. Pribadi 
Internet di rumah. Berlangganan IndiHome sejak internet masuk desa. Dok. Pribadi 

Dengan adanya layanan IndiHome, saya merasakan banyak kemudahan hidup yang saya dan keluarga dapatkan. Mulai dari urusan pekerjaan, urusan rumah tangga, urusan sekolah, bayar tagihan rumah tangga, melakukan hobi dan lifestyle sampai mencari cuan tambahan.

Meski saya akui, di kampung ini, bikin konten supaya bisa menghasilkan cuan itu tidak semudah yang dibayangkan. Banyak duka, jengkel dan gregetan daripada sukanya. Seperti pengalaman saya saat bikin konten terkait promo minimarket di atas itu tadi.

Biasanya saya melakukan tahap terakhir dari sebuah konten ini di rumah saja biar langsung terkoneksi dengan wifi IndiHome. Bikin konten untuk social media, sambil dengar musik atau sambil nonton semua bisa dilakukan secara bersamaan pun koneksi tetap lancar jaya. Beda lagi dengan kekuatan kuota, karena kalau lagi di desa sinyal internet di hape susah banget.

Sementara kecepatan WiFi di rumah saya kalau cuaca bagus cukup stabil. Meski memakai internet provider dari Telkom Indonesia paket internet rumah yang termurah tapi sangat membantu hingga saya bisa berkonten ria bersama IndiHome.

IndiHome menawarkan banyak paket internet unlimited yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita. Ada Paket Promo, Paket High Speed, Paket 3P dan Paket 2P. Pilihan paket ini bisa berbeda di tiap kota. Jika ingin tahu di kota tempat kita berada tersedia paket IndiHome apa saja, bisa cek di situsnya IndiHome, ya.

Jangan takut tidak terjangkau karena Telkom Indonesia sebagai perusahaan Internet Provider terbesar di Indonesia gencar membangun infrastruktur telekomunikasi dari Sabang sampai Marauke agar bisa mewujudkan masyarakat digital yang lebih sejahtera dan bersaing.

Jadi kalau semuanya sudah dipersiapkan, termasuk mempersiapkan muka badak, ngonten dimana pun jadinya asyik-asyik aja kan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun