Acara syukuran untuk Danda, keponakan yang akan melanjutkan sekolah ke luar daerah sedikit melar. Seharusnya bada ashar dimulai. Tapi ibu saya menahannya dengan alasan adiknya dari Tanggeung belum datang. Ayah Danda alias adik saya sejak kecil memang dirawat oleh adiknya ibu yang kami panggil Mah Nunung. Meski bukan nenek kandung, (istilah Sunda Nini ti gigir) tapi sayang Mah Nunung ke adik saya dan Danda sudah seperti ke anak dan cucu sendiri.
Kami semua tahu dan sangat menghormati itu. Sehingga sepakat mengikuti permintaan ibu menunggu Mah Nunung datang.
Ibu saya anak pertama dengan tiga orang adik. Satu orang laki-laki tinggal di Kecamatan Pagelaran. Adik kedua yaitu Mah Nunung tinggal di Kecamatan Tanggeung. Yang bungsu Mah Imas tinggal dekat ibu di Sukanagara, hanya beda kampung.
Kami gelisah Mah Nunung belum juga datang. Mana cuaca kurang baik. Jujur kami khawatir karena ketika dihubungi telepon cinitnit --istilah kami untuk hape jadul yang hanya bisa telepon dan SMS--nya tidak aktif.
Adik saya tiba-tiba mengatakan dapat informasi dari komunitas motor Ngerayap ada longsor di Tangeung cukup parah.
Kami bersamaan membuka ponsel mencari informasi terbaru. Benar saja di group kecamatan dan komunitas daerah sudah banyak yang memberikan informasi dan share foto video tanah longsor itu.
Diberitakan jalan Cianjur Selatan nyaris terputus akibat longsor di Kampung Kebon Jengjen, Desa Bojong Petir Tanggeung Cianjur, Sabtu (18/6/2022) jam 14.30 wib.
Longsor menyebabkan jalan ambles akibat tingginya curah hujan sejak dua pekan terakhir. Debit air sungai Cibuni menggerus tebing mengakibatkan longsor.
Informasi di group dari Kapolsek Tanggeung, AKP Deden mengatakan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Adik saya segera mengeluarkan sepeda motor, mengenakan jas hujan lalu pamit akan mencari Mah Nunung.
Kepanikan terjadi antara pengajian disertai kekhawatiran akan bibi kami yang belum ada kabarnya.