Sebentar lagi lebaran. Tahun ini anak-anak pengajian Al Hidayah dan beberapa anak yatim serta janda lansia yang sebelumnya selalu kami santuni mungkin dengan terpaksa tidak lagi akan mendapat bingkisan, sembako, uang jajan lebaran, dan lain sebagainya sebagaimana Ramadan sebelumnya. Harus kami akui, pandemi telah banyak mengubah situasi dan berbagai rencana yang sudah dibuat.
Notifikasi hp membuyarkan lamunan saya. "Sudah ransfer tiga ratus ribu rupiah ya, Teh. Untuk bingkisan anak-anak. Salam sayang buat semua." Bunyinya seolah mendinginkan kepala yang sebelumnya ngebul, kepanasan.
Alhamdulillah, sodaqoh dari teman yang sudah saya anggap seperti adik sendiri di Taiwan akhirnya menyelamatkan kemeriahan lebaran buat anak-anak mengaji. Padahal tadinya, saya sudah kebingungan darimana mendapatkan dana tambahan untuk sekadar membahagiakan mereka anak-anak yang belajar berpuasa dan mengapresiasi mereka ketika berhasil menamatkan puasanya sebulan penuh.
Memang sih mereka puasa atas dasar ikhlas, karena Allah SWT, bukan karena adanya iming-iming hadiah. Tapi rasanya akan lebih memacu semangat mereka untuk terus bisa istiqomah, jika pencapaian mereka kita hargai. Toh apa yang diterimanya juga mungkin tidak seberapa. Hanya jajanan anak yang kalau ditotal tidak sampai sebesar dua puluh ribu rupiah per orangnya.
Dulu, setiap Ramadan dan bulan Muharram saya dan suami selalu menerima zakat infaq dan shodaqoh dari donatur yang mempercayakan kepada kami untuk menyampaikan rezekinya kepada mereka yang berhak. Donatur yang rela menyisihkan sebagian rezekinya kepada kami untuk menjadi perpanjangan tangannya ini berada di berbagai daerah dan negara. Mayoritas mereka adalah teman blogger dan teman buruh migran yang selalu interaksi dengan saya baik secara langsung maupun sebatas di dunia maya.
Donasi yang kami terima tidak hanya berupa dana, tapi juga dalam bentuk lain seperti alat solat, buku bacaan islami, Al Quran, rekal, alat tulis dan lain-lain.
Besar kecil zakat atau donasi yang mereka kirimkan selalu saya upayakan bisa diterima merata oleh para penerima yang sebelumnya memang sudah kami miliki datanya.
Untuk memudahkan mencukupi kebutuhan si penerima, saya juga suka melihat situasi dan kondisinya. Karena kebutuhan mereka memang tidak sama. Ada yang perlu sembako, ada yang perlu uang cash, bahkan ada anak yatim yang perlu pakaian atau alat sekolah.
Jika donasi dikirim donatur diluar bulan Ramadan atau Muharram, maka saya kumpulkan dulu sampai mencukupi lalu kami belikan kain untuk dijadikan seragam anak mengaji, ongkos menjahit dan perbaikan keperluan pondok mengaji Al Hidayah lainnya.