"Bu, Si Pitung teh saha?" Tanya Fahmi ketika saya bilang kita akan jalan-jalan ke rumah Si Pitung, Sabtu 13 Juli 2019 bersama rombongan komunitas Click. Komunitas Kompasianer pengguna commuterline di ibu kota.
Oalah, saya garuk kepala. Siapa sih sebenarnya Si Pitung? Saya balik tanya ke diri sendiri. Anak jaman now pada tahu gak ya siapa itu Si Pitung?
Saya pun mencoba menjelaskan sebisa dan sesederhana mungkin. Jangankan anak usia 5 tahun seperti Fahmi putra saya, lulusan SLTA jaman now saja belum tentu tahu dan paham, siapa itu Pitung.
Saya sendiri tahu tentang Si Pitung masih jaman sekolah SD dan SMP. Saat itu di televisi sering diputar film lepas Si Pitung. Saya jadi tahu kalau Si Pitung adalah pahlawan dari Betawi, yang selalu melawan penjajah Belanda. Si Pitung jagoan pembela rakyat dan tidak pernah kalah karena meski ditembak ia anti peluru. Kelemahannya adalah ditembak dengan peluru emas.
Generasi milenial saat ini mungkin banyak yang tidak tahu akan kisah kepahlawanan Si Pitung. Si Pitung sebagai pembela petani dan buruh di Rawa Belong yang selalu bermusuhan dengan tuan tanah dan orang Belanda. Kelompok yang selalu memeras dan menindas petani dan buruh.
Maka sebuah kesempatan baik menurut saya, ketika Kompasianer Senior, Ibu Muthiah Alhasany memfasilitasi kami untuk bisa mengunjungi Rumah Si Pitung yang saat ini menjadi salah satu cagar budaya di Jakarta. Ini kesempatan saya untuk bertemu sejumlah tokoh masyarakat di Marunda, Jakarta Utara guna mendapat informasi lebih banyak terkait Si Pitung.
Iya, meski saya urang Sunda, tapi saya tertarik ingin mengetahui sejarah Si Pitung dari Betawi. Dan semoga Fahmi, putra saya juga bisa kecipratan informasinya.
Mengendarai sepeda motor kami dari Cianjur menuju Stasiun Bogor. Naik kereta listrik jurusan Tanjung Priok dengan lebih dulu transit di Stasiun Kota. Setelah rombongan komplit, kami menuju Marunda naik Transjakarta.
Anak saya terlihat senang melihat kendaraan besar lalu lalang di sepanjang jalan menuju Marunda. Tidak sabar kami ingin segera "berguru" di Rumah Si Pitung, nih.