Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Money

Pesan Seorang CEO Mandiri untuk Wirausahawan Muda Indonesia

28 Mei 2015   11:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan Seorang CEO Mandiri untuk Wirausahawan Muda Indonesia

[mau upload foto penunjang, gagal terus]

Siapa tidak kenal dengan sosok Budi Gunadi Sadikin, CEO Bank Mandiri yang sangat ramah, bersahabat dan gaul abis. Dibalik penampilannya yang cool, sangat banyak kisah serta pengalaman hidup yang mengantarkan beliau menjadi pribadi yang menginspirasi.

Berikut paparan beliau saat jadi pembicara pertama di acara Konferensi Nasional Young On Top 2015, di Kuningan City, Jakarta pada Sabtu, 23 Mei 2015. Ada banyak pesan kehidupan yang ia sampaikan dibalik kisah kesuksesan serta kegagalannya yang selama ini dialami.

Pesan terhadap seribu lima ratus kawula muda Indonesia #YOTNC2015 yang jadi peserta konferensi adalah:

1.Di atas langit masih ada langit.

Beliau mengisahkan saat memasuki gerbang universitas, dimana ada “putra daerah” yang ternyata nilai-nilainya selalu lebih tinggi dari mahasiswa lainnya, termasuk Pak Budi sendiri. Semakin kencang Pak Budi mengejar, semakin tinggi nilai yang diraih oleh kawannya itu.

Pak Budi punya jalan lain untuk bisa mengetahui apa rahasia kepintaran “saingan”nya itu. Pak Budi berteman dan bersahabat dengannya. Belajar bareng, sampai sering menginap. Saat hendak ujian, setelah isya teman Pak Budi tidur. Pikir Pak Budi ini kesempatan untuk mengalahkannya. Waktu itu digunakan Pak Budi untuk terus belajar.

Keesokan harinya, teman Pak Budi menjalani ujian dengan wajah yang cerah dan pastinya vit karena kondisinya segar bugar. Sementara Pak Budi sendiri merasa sedikit kelelahan, ngantuk dan apa yang dipelajari mati-matian semalam justru tak banyak keluar di soal-soal ujian.

Pemikiran Pak Budi akhirnya bisa menyimpulkan jika apapun dengan cara instan itu tidak akan mendalam bekasnya. Saingan Pak Budi saat itu, ia setiap hari dengan rutin belajar, bukan saat malam akan ujian saja. Sehingga hasilnya pun maksimal.

Sepintar-pintarnya orang pintar pasti akan ada yang lebih pintar. Yang penting bagaimana caranya supaya kita bisa memaksimalkan ilmu yang kita dapat untuk kebaikan bersama sehingga lebih terasa manfaat serta barakahnya.

2.Jangan Rakus.

Saat menjadi pelajar, Pak Budi beberapa kali terpilih sebagai siswa teladan. Mulai dari tingkat kabupaten/kota, keresidenan sampai provinsi dan nasional. Disamping itu Pak Budi juga aktif di berbagai kegiatan seperti Paskibra, dan sebagainya.

Pak Budi atas saran orangtuanya yang berstatus PNS harus memilih salah satu dari berbagai kegiatan itu. Kenapa? Supaya bisa fokus dan maksimal dalam mencapai keberhasilannya.

Kemampuan serta kapasitas orang itu terbatas. Jika mengharapkan mengikuti berbagai kegiatan disertai keinginan meraih prestasi di segala bidangnya, kemungkinan untuk bisa tercapai itu sangat kecil.

Coba fokus dengan satu hal dan buktikan raih prestasi tertinggi. Biar teman kita dan atau yang lainnya ikut berprestasi di bidang lain yang tidak kita ikuti. Setiap hidup dan kehidupan punya jalan ceritanya masing-masing.

3.Ambil pekerjaan yang memberikan wawasan serta pengalaman untuk kemajuan di masa depan, bukan yang bergaji besar.

Saran ini sebenarnya petuah dari ayahanda tercinta Pak Budi, kepadanya saat dihadapkan kepada dua pilihan. Bekerja ke pedalaman dengan gaji besar, atau bekerja ke luar negeri, tapi gajinya sedikit.

Pertimbangannya saat itu, gaji besar namun jika tinggal di pedalaman, dengan biaya hidup yang tidak bisa ditentukan, ditambah pergaulan yang tidak mungkin Pak Budi hindari bisa dibilang tidak akan barakah. Percuma.

Namun meski gaji kecil, tetapi dengan tingkat etos kerja yang maksimal, ditambah ilmu-ilmu kehidupan yang sangat tak ternilai harganya selama berada di luar negeri, dan suatu saat bisa berguna di pekerjaan/kehidupan selanjutnya, insya Allah akan terasa benar manfaatnya.

Ada kemungkinan jika Pak Budi tidak mengambil pekerjaan yang bergaji kecil ini, kini ia tidak akan menjadi orang besar dan berpengaruh di Bank yang sangat terkenal di tanah air ini.

4.Jangan Terlalu Cepat Iri.

Kenapa harus melihat orang lain berhasil sementara kita tidak? Tapi lihatlah apa yang sudah dilakukan orang lain sampai berhasil, dan apa yang sudah saya lakukan, kenapa saya tidak bisa berhasil sepertinya?

Sudah pasti iri itu sifat yang tidak baik. Apalagi jika ditambah dengan persaingan yang tidak sehat, selain akan menjerumuskan diri sendiri pada kehancuran, juga sama saja dengan melakukan perbuatan untuk mencelakakan orang.

Syukuri apa yang sudah kita peroleh. Mungkin memang sebatas itu kemampuan kita. Jangan berprasangka buruk akan ketentuan yang sudah ditetapkan-Nya. Yang harus kita lakukan adalah terus berikhtiar dan berdoa.

5.Tidak Usah Menonjolkan Kelebihan

Selain sifat riya itu dilarang, juga tidak akan ada untungnya pamer. Alih-alih orang akan semakin mencibir dan tidak respek terhadap yang memamerkan harta serta kemampuannya. Biar orang lain tahu sendiri siapa diri kita dan bagaimana kondisi kita.

Yang penting ingat, tidak masalah siapa di atas kita (siapa yang lebih kaya atau siapa yang lebih pintar) tapi yang jadi masalah bagaimana dengan kondisi mereka yang lebih miskin dari kita? Lebih tidak punya dari kita? Itu yang harus kita pikirkan dan cari solusinya supaya kemampuan serta kekayaan kita bisa jadi manfaat.

6.Orangtua Nomor Satu

Dalam setiap tindakan serta langkah Pak Budi, dari masa beliau sekolah, mahasiswa, sampai menentukan pilihan untuk berkarir selalu meminta saran dan pendapat dari orangtuanya. Peran orang tua sangat penting.

Orangtua tahu bagaimana karakter serta sifat anak-anaknya. Orangtua menggunakan pengalaman hidup sebagai pembelajaran dan percontohan. Kadang ada “ikatan batin” antara anak serta orangtua yang tidak bisa dipisahkan dan satu sama lain saling mempengaruhi.

Demikian pesan-pesan yang tersirat dari setiap kisah perjalanan hidup Budi G. Sadikin yang lahir dan besar di Bogor. Sebagai normalnya manusia, Pak Budi pun pernah mengalami kegagalan.Namun saat sedang jatuh, jangan terlalu down apalagi lemah. Percaya saja kepada kekuatan kerja keras serta doa. Kegagalan bukan untuk dipikirkan, tapi bagaimana cara bangkit dari kegagalan itu sendiri. Yang sudah terjadi tidak bisa diulang lagi. Fase itu dengan sendirinya akan terlewat juga.

Pak Budi masih belum merasa sebagai siapa-siapa dengan pencapaian yang telah diraihnya sampai saat ini. Namun dengan pengalam hidup serta perjalanan naik turunnya untuk mencapai kesuksesan, diharapkan para wirausahawan muda Indonesia tidak akan jauh melenceng dari “kisi-kisi” hidup setiap orang-orang sukses yang dihadirkan Young On Top dalam Konferensi Nasionalnya. (ol)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun