Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Saat Sepakbola Ditunjang Narkoba

13 Maret 2014   21:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1394076836203206135

[caption id="attachment_298804" align="aligncenter" width="300" caption="Dok. Pribadi "][/caption]

Menjelang helatan Piala Dunia 2014 di Brazil, demam sepak bola kian merajalela. Tidak anak tidak dewasa, tidak laki-laki tidak juga perempuan. Banyak mata tertuju pada permainan kaki dalam memperebutkan si kulit bundar itu. Tapi apa jadinya jika kemeriahan dunia persepakbolaan itu ditunjang karena obat terlarang alias narkoba?

Ada sebagian orang tua yang membiarkan anaknya berkecimpung dalam klub sepak bola meski usia masih kecil dan letak tempat latihan jauh dari rumah. Mereka bilang jika anak aktif dan sibuk dengan olahraga bisa menjadikan si anak berprestasi dan menjauhkan si anak dari pergaulan yang tidak diinginkan, termasuk obat-obatan terlarang atau narkoba.

Anak mungkin saja jika dilatih dengan baik akan menjadi pemain sepakbola yang hebat. Bisa berprestasi sejak kecil dengan mengikuti kompetisi baik di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi hingga ke tingkat nasional. Namun benarkah semua itu akan terjadi tanpa adanya dukungan dari semua pihak, terutama orang tua, masyarakat, maupun elemen lainnya?

Hebohnya penggerebekan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) akhir September tahun lalu terhadap salah satu mantan pemain Timnas Indonesia kembali mengingatkan publik jika narkoba telah tersebar ke seluruh kalangan di Indonesia.

Beberapa waktu lalu kita juga dihebohkan dengan berita tentang ditangkapnya pelatih sepak bola dan pemandu soraknya yang kedapatan sedang berpesta narkoba. Sangat menyesakkan dada para pecinta sepak bola tanah air manakala ditengah konflik yang mendera federasi sepakbola negara kita ternyata ada hal yang terlupa yaitu bahaya laten narkoba.

Ada juga kisah tragis seorang legenda sepakbola yang harus blusukan ke dalam pekatnya dunia hitam hanya karena tidak tega melihat anak kesayangannya yang sedang sakau. Ada lagi nama yang tadinya digadang-gadangkan sebagai bintang sepakbola tapi karirnya harus hancur gara-gara bersentuhan dengan barang laknat tersebut.

Berita yang mengkhawatirkan lagi adalah saat tertangkapnya pemain sepakbola asal Nigeria yang juga bermain di sebuah klub di Indonesia yang ternyata juga menjadi bandar narkoba. Bagaimana jadinya dunia persepakbolaan tanah air jika pihak bea cukai bandara tak berhasil menangkapnya sebelum barang yang ia bawa beredar di masyarakat (pemain bola) Indonesia?

Barang haram itu ternyata berhasil juga menggoda iman salah satu pemain bola Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto yang terbukti mengonsumsi narkoba jenis shabu. Penangkapannya tersebut membuat karir sepakbolanya nyaris pupus padahal ia sedang dalam puncak karirnya.

Kurniawan beruntung mempunyai keluarga dan rekan-rekannya yang mendukungnya untuk pulih dari kecanduan. Kisah Kurniawan ini patut dijadaikan pembelajaran jika meski disibukkan dengan aktivitas sepak bola, kita juga tetap harus waspada terhadap pergaulan.

Bahkan mantan pelatih Timnas Argentina, Diego Armando Maradona pun berbicara soal kehidupannya setelah terjerumus narkoba. Sosok legenda sepak bola terbesar sepanjang masa yang terkenal dengan istilah gol Tangan Tuhan itu mengatakan dirinya tidak ingin generasi pesepakbola kedepannya terjerumus seperti dirinya.

Mantan bintang Boca Junior, Barcelona dan Napoli itu juga menceritakan masa-masa terburuk dalam karier sepakbolanya. Peraih gelar Piala Dunia 1986 bersama Argentina ini mengatakan, kalau terjerumus di dalam narkoba merupakan hal terburuk dalam karirnya dan berusaha terlepas dari jeratannya.

-- -- --

Selama ini kita mungkin hanya fokus kepada bagaimana memerangi segala kecurangan yang menggerogoti jiwa sportivitas dalam sepak bola. Tidak adanya rasa sportivitas ibarat adanya bahaya yang akan menghilangkan keasyikan dalam menyaksikan sebuah pertandingan. Apalagi dunia persepakbolaan di Indonesia sempat terpecah dan didera berbagai macam konflik.

Tetapi sadarkah jika bahaya narkoba pun tak kalah membahayakan dimana dampaknya akan merusak sendi kehidupan pemain? Bahkan nyawa sang pemain pun bisa saja tergadaikan bila sudah bersentuhan atau bahkan kecanduan barang haram tersebut?

Tidak hanya disebabkan oleh oknum pemain, tapi juga bisa saja ada pihak yang menginginkan kemenangan sebuah tim demi kepentingan pribadinya dan tanpa disadari para pemain dicekokinya dengan obat atau morphine supaya kelihaian pemain saat bermain di lapangan jauh diatas rata-rata dan dapat mendongkrak performa para pemain supaya selalu fit setiap saat.

Kondisi pemain sepak bola yang prima memang sangat dibutuhkan. Selain itu saat berada di lapangan beban mental para pemain juga tidaklah kecil. Belum lagi tekanan dari dalam yang mana mengharuskan berlatih secara disiplin dan terjadwal. Jenuh itu pasti ada. Untuk menguatkan mental mereka dan melepaskan beban yang ada itulah, banyak para pemain yang akhirnya lari untuk mencoba-coba sesuatu yang katanya bisa membuat pemakainnya happy.

Sadarlah wahai para pemain, pelatih, para orang tua serta semua pihak yang berkaitan dengan sepak bola, bahwa apapun itu jika larinya kepada sesuatu yang dilarang hasilnya akan mengecewakan.

Sepak bola memang satu hal positif bagi generasi muda bangsa. Namun sejatinya sejak awal harus disertai dengan pengenalan juga kepada para anak didik tentang bahaya narkoba. Perlu ditanamkan dengan kuat apapun bentuknya, narkoba sangat buruk untuk kesehatan tubuh dan itu tidak dinginkan oleh setiap pesepakbola.

Disamping berlatih yang rutin serta disiplin, perlu dipantau juga etika pergaulan dan bimbingan rohani para pesepakbola supaya menjadi kunci bagi dirinya kelak demi menghindari terjerumus dalam dunia narkoba.

Sosialisasikan kepada segenap lapisan masyarakat termasuk atlet sepak bola untuk terbuka dan segera melapor kepada IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) jika mengetahui ada salah seorang pemain yang menggunakan narkoba untuk mendongkrak stamina dan prestasinya. Tidak perlu takut karena pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara.

Bagi para pemain sepak bola pemula teruslah rajin berlatih dan hindari pergaulan yang tidak perlu. Rajin beribadah dan hidup sehat, niscaya kerja keras kalian akan terbayar dengan kesuksesan di lapangan hijau.

Mari kita sama-sama menyongsong Piala Dunia 2014 sekaligus menyukseskan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba demi bisa tercapainya target tahun 2015 Inddonesia bebas narkoba!(0l)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun