Mohon tunggu...
Tessa Sitorini
Tessa Sitorini Mohon Tunggu... -

Education Background > SMA 3 Bandung > Medical Faculty Padjadjaran University (Class of 96) ,eCornell 2010 Working Experiences: Jamsostek Clinic, PT Indorama, PT East West Seed, RS Asri, PT Meiji Indonesia, PT IDS Marketing Indonesia (Li & Fung Group)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Harus Puasa?

28 Juni 2014   10:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:28 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Puasa sebenarnya adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh, bahkan hewan liar pun berpuasa saat merasa sakit. Logikanya sederhana, saat kita puasa energi yang tadinya digunakan untuk mencerna makanan - selama berjam-jam dari mulut hingga ujung saluran pembuangan – kemudian dikonsentrasikan ke bagian tubuh yang sakit atau melakukan pembersihan seluruh sistem tubuh. Oleh karenanya wajar bila sedang sakit selera makan kita cenderung turun itu sebenarnya sinyal dari tubuh untuk mengistirahatkan saluran pencernaan.

Hipokrates, sang bapak kedokteran berkata, “..to eat when you are sick is to feed your sickness” . Jadi makan yang kurang pas apalagi di waktu sakit akan memperparah sakit. Kuncinya memilih makanan yang baik (thayyib) bagi setiap orang.

Puasa sudah dilakukan orang sejak peradaban kuno. Salah satu tulisan yang ada pada piramid yang terletak di Mesir mengatakan “seperempat kehidupan manusia ditentukan oleh apa yang mereka makan; dan tiga perempatnya lagi oleh sang dokter” – artinya kegiatan pada seperempat kehidupan itu menentukan kualitas kehidupan sisanya.

Penduduk di jaman Yunani kuno menyebut rumah sakit sebagai “Temples of Sleep”, karena para pasien yang dirawat disana dikondisikan tidur untuk waktu yang lama, dengan kata lain juga dibuat puasa.

DI jaman dulu, puasa tidak hanya berfungsi untuk membersihkan tubuh dari racun dan sisa metabolism tapi juga untuk menjernihkan pikiran, oleh karenanya seorang filosof Yunani terkemuka bernama Phytagoras mewajibkan para muridnya untuk melakukan puasa selama 40 hari sebelum ia ajarkan ilmu filsafat. Ia berkata bahwa hanya setelah seseorang puasa selama 40 hari maka pikiran dan jiwanya cukup murni untuk menguak misteri kehidupan.

“You are what you eat”

Kondisi tubuh ditentukan oleh jenis makanan yang dikonsumsi, selama bertahun-tahun lamanya saluran pencernaan kita menanggung beban berat akibat diet yang tidak sehat seperti makanan yang terlalu berlemak, makanan mengandung pengawet, ‘junk food’, dan kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. Ditambah lagi polusi udara, air yang kurang baik kualitasnya, debu jalanan, penyejuk ruangan yang jarang dibersihkan; semua mengandung racun yang makin menumpuk di dalam tubuh. Tubuh manusia memang memiliki mekanisme canggih untuk membuang racun namun seringkali input dan output tidak seimbang sehingga masih banyak residu yang tertinggal dan makin menumpuk di dalam yang dalam rentang waktu tertentu dapat menimbulkan penyakit-penyakit kronis.

Oleh karenanya untuk membuat badan sehat tidak cukup dengan minum obat dan makan makanan yang bergizi saja. Terapi yang diberikan harus menyentuh hal fundamental, yaitu memberi kesempatan tubuh untuk mengeluarkan tumpukan racun yang tertinggal di dalam dan puasa merupakan jalannya.

Puasa bikin sakit?

Pada minggu pertama puasa biasanya banyak orang yang mengeluh sakit kepala, mual, pusing dan keluhan fisik lainnya sehingga membuat orang berhenti puasa, atau di depan orang pura-pura puasa ;) atau seminimalnya tetap puasa sambal hati mengeluh. Semua gejala ini adalah hal yang normal dan pasti muncul karena tubuh sedang mengalami proses “Auto-digestion”.

Apa itu proses “Auto-digestion?”

Ketika seseorang berpuasa, energy yang tadinya banyak digunakan untuk mencerna makanan disalurkan untuk membersihkan badan dengan melakukan mekanisme “autolysis” atau “auto-digestion” artinya sebuah proses membersihkan dan mengeluarkan sel-sel yang tidak berfungsi, rusak dan juga mengeluarkan sisa tumpukan racun. Karena semua ‘sampah’ di atas harus diangkut melalui pembuluh darah - untuk akhirnya dikeluarkan melalui berbagai saluran pembuangan, maka tubuh pun merasakan adanya reaksi dari proses tersebut dengan timbulnya berbagai rasa yang tidak mengenakkan di awal-awal puasa (apalagi kalau prang yang bersangkutan tidak melakukan ritual puasa dengan teratur sebelumnya).

Proses eliminasi racun ini memang dahsyat, oleh karenanya orang yang mempunyai penyakit berat atau mengkonsumsi banyak obat sebelumnya harus dipantau kondisinya karena semakin banyak racun yang harus dikeluarkan oleh tubuh maka efek samping dari proses ‘auto-digestion’ bisa dirasakan lebih berat.

Makin fit dengan puasa

Setelah proses membersihkan dan mengeluarkan racun dari tubuh berjalan lancar maka seluruh sistem tubuh akan mulai merasakan manfaatnya. Banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat puasa pada penyembuhan berbagai penyakit seperti penyakit pembuluh darah; penyakit-penyakit yang mengakibatkan penumpukan lender dalam saluran nafas seperti flu, asma, alergi, sinusitis, bronchitis; penyakit-penyakit saluran cerna; penyakit kulit seperti eksim, jerawat, bisul dsb.

Puasa juga terbukti efektif untuk meraih berat badan ideal juga membantu orang yang ingin melepaskan ketergantungan terhadap zat tertentu seperti kafein, alcohol, nikotin dsb.

Sel otak tak terkecuali dibersihkan dari tumpukan racun sehingga jalinan saraf berfungsi lebih baik dalam menjalarkan impuls. Oleh karenanya dikatakan puasa dapat membantu mengurangi kondisi yang disebut “negative mental state” seperti kecemasan, kejenuhan, kesepian, ketakutan dll. Di Rusia dalam 50 tahun terakhir puasa dimasukkan program terapi pasien skizofrenia. Dr Yuri Nikolayev, direktur ‘Fasting Unit’ dari Moscow Psychiatric Institute melaporkan 30 tahun pengalaman menerapkan terapi puasa pada 10.000 orang pasien dengan hasil yang baik pada 70 persen orang yang mengaku bisa kembali beraktivitas normal.

Puasa untuk pencerahan spiritual

Semua pemuka agama mengetahui bahwa salah satu cara mereka dapat fokus beribadah kepada Tuhannya masing-masing adalah dengan berpuasa.

Dalam Al Quran puasa diwajibkan atas orang beriman agar meraih derajat orang yang bertaqwa  (QS Al Baqarah [2]: 183).

Dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai macam puasa; Puasa hari perdamaian (Imamat 16:29); Puasa tahunan (Zakharia 8:19); Puasa sewaktu-waktu (2 Samuel 12:19); Puasa duka cita (1Samuel 31:11); Puasa pertobatan (1Samuel 7:6)

Dalam salah satu naskah tua “The Dead Sea Scrolls” disebutkan “Renew yourselves and fast, for I tell you truly, except you fast you shall never be freed from the power of Satan, and from all diseases that come from Satan”

Sumber:

- Fasting for health. http://www.geocities.co.jp/Beautycare-Venus/2032/english/paper.html

- http://asirhamdi.blogspot.nl/p/macam-macam-puasa-dalam-taurat-injil.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun