Hari ini saya mengunjungi Openbare Bibliotheek di Reigersbos, perpustakaan umum yang hanya 48 detik dari rumah naik sepeda elektrik dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam ;)
Perpustakaan ini kembali dibuka setelah dilakukan renovasi selama hampir sebulan lamanya (o iya, untuk urusan renovasi kayanya orang Belanda demen banget, jalan dekok dikit udah langsung dipoles, jalur kereta kata kita masih bagus aja diutak-atik teruus, jadi kalau ada pengumuman “kami sedang melaksanakan renovasi” di sarana-sarana umum biasanya respon kita langsung “rolling eyes” sambal bilang ‘again!’)
Memang hasil renovasinya oke banget, saya perhatikan mereka mengganti mesin untuk meminjam atau mengembalikan buku – jadi setiap orang melakukan ‘self service’, bisa meminjam max 5 buku, kemudian buku itu ditaruh di atas computer yang langsung membaca judul buku masing-masing, kita tinggal lihat di layar monitor yang ‘touch screen’ untuk melakukan konfirmasi jumlah buku dan judul buku yang dipinjam. Begitu penct ‘ok’ maka bukti peminjaman akan otomatis di print lengkap dengan data setiap buku dan tanggal pengembalian. Buku bisa dipinjam selama 3 minggu dan bisa diperpanjang online.
Hal lain yang saya perhatikan dari perpustakaan baru adalah coffee machine (yang juga menyediakan hot chocolate) mereka ganti dengan yang lebih apik, juga sofa-sofa diganti dengan warna-warna yang asyik dan lebih empuk – bisa buat selonjoran sampai tidur-tiduran kalo berani.
Urusan perpustakaan dan budaya membaca ini tampaknya dianggap serius oleh pemerintah Belanda. Dalam kurun enam tahun terakhir sejumlah inisiatif dilancarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Budaya, salah satunya meluncurkan proyek “National Art of Reading” yang bertujuan membuat kaum muda (usia 0-18 tahun) gemar membaca. Mereka membuat perpustakaan sekolah dan umum menjadi tempat yang menarik. Bahkan untuk bayi sejak usia 3 bulan ada program khusus membaca bersama para ibu. Pemerintah melakukan serangkaian gebrakan tersebut berdasarkan beberapa penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak yang gemar membaca lebih cerdas, belajar berpikir ilmiah, melatih anak untuk berpikir terbuka serta memperluas wawasan.
Perpustakaan yang ada di sekolah tidak hanya berisi sekumpulan buku yang berjajar rapih. Selain petugas perpustakaan, disediakan juga ‘reading consultants’ yang bekerja intensif dengan guru sekolah untuk membantu anak-anak membaca atau mereka yang mengalami kesulitan membaca.
Di luar sekolah tersedia perpustakaan umum yang buka sampai jam 10 malam pada hari tertentu, bahkan tidak sedikit perpustakaan yang buka pada akhir pecan. Perpustakaan umum biasanya berlokasi dekat pusat perbelanjaar agar menarik (ibu-ibu bisa sekalian belanja), juga dipadati oleh kegiatan seperti bedah buku, temu pengarang dll. Puluhan computer lengkap dengan akses internet juga tersedia disana. Bahkan bulan Juli ini diluncurkan program e-books gratis yang terdiri tidak kurang dari 5000 koleksi buku-buku bermutu.
Khusus memasuki musim panas perpustakaan dan took-toko buku berlomba-lomba menawarkan program “Book for Summer” juga untuk anak-anak, karena berdasarkan penelitian anak-anak yang jarang membaca buku saat liburan musim panas lambat perkembangan membacanya. Selain itu pemerintah juga menyiapkan aplikasi “Holiday Bieb” atau “Vakantie Bieb” di perpustakaan setempat.
Asyik ya?!
Sumber Bacaan :
1. German Reading Study: The Importance of reading for the development of children. http://www.readingworldwide.com/index.php?id=51543
2. Non-use of public libraries in Germany. Acuaintance to libraries during childhood seems to be important. http://www.readingworldwide.com/index.php?id=51545
3. Lenen e-books gratis voor jongeren. http://www.nutech.nl/internet/3792995/lenen-e-books-gratis-jongeren.html
5. http://www.deputtenaer.nl/lokaal/zomerlezen_met_de_vakantiebieb_3110873.html#.U7PpzL8ayc0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H