Mohon tunggu...
Tessa Sitorini
Tessa Sitorini Mohon Tunggu... -

Education Background > SMA 3 Bandung > Medical Faculty Padjadjaran University (Class of 96) ,eCornell 2010 Working Experiences: Jamsostek Clinic, PT Indorama, PT East West Seed, RS Asri, PT Meiji Indonesia, PT IDS Marketing Indonesia (Li & Fung Group)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dua Tahun Pertama Anak yang Krusial

29 September 2015   19:23 Diperbarui: 29 September 2015   20:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 

"Sebanyak 80% sel otak dibentuk pada usia dua tahun pertama dalam kehidupannya."
- Professor Alan Schore, Neurologist UCLA

Dua tahun pertama pertumbuhan anak adalah usia yang sangat rentan, karena secara fisik otak sedang aktif membuat triluyan sambungan saraf dan sel saraf dan apabila proses ini terganggu, kerusakan bisa jadi bersifat permanen.

Apa yang dibutuhkan oleh seorang anak dalam saat yang genting itu?
Cinta dan kehangatan orang tuanya, terutama sang ibu sebagai pengasuh utama.

Saya bisa lebih mengerti kenapa dalam Al Qur'an dianjurkan usia penyusuan adalah sekitar dua tahun. Kedekatan yang terjadi selama proses penyusuan (terlepas itu ASI atau ASS (Air Susu Sapi) atau ASO (Air Susu Orang-lain) - merupakan saat dimana sang anak merasa aman, bayangkan, dia baru saja melewati fase transisi perpindahan dari alam rahim yang ke alam dunia yang lebih kompleks. Oleh karenanya ekspresi bayi ketika dilahirkan adalah menangis, bukan tertawa - dan butuh ditenangkan oleh orang tuanya.

Maka anak akan selalu, yup i mean it, SELALU membutuhkan dan meminta perhatian orang tuanya. Semakin anak beranjak dewasa semakin banyak ragam hal yang ia ingin bagi bersama orang tua, nah disini orang tua harus belajar teknik agar anak tetap merasa mendapat perhatian dan orang tua tidak ngos-ngosan kehabisan energi di sela-sela kegiatan yang menggunung sementara waktu dan tenaga terbatas.

Anak yang kurang mendapat perhatian orang tuanya terbukti mengalami defisit pertumbuhan otak (perhatikan gambar di bawah).
"Lha terus gimana dong? Saya juga kan harus mengerjakan hal lain?"
- tanya seorang partisipan pelatihan Positive Parenting.
Tenang buibu...memberi perhatian kepada anak bukan berarti kita manteng di depan dia seharian. Tapi lebih ke : berikan perhatian penuh saat mereka membutuhkan. Bayi kan ga seharian menangis, mereka menangis saat mereka lapar, ingin diganti popok atau ingin diajak main. Anak juga demikian, banyak kalanya mereka bermain sendirian tapi tidak jarang mereka menarik-narik baju kita dan bilang "Lihat mama, aku jadi dinosaurus!" dan saat itu kita selaiknya menghadapkan 'wajah' kita sepenuhnya kepada mereka, tidak cukup dengan melengos "wow bagus!" basa-basi sambil mata tetap memelototi gadget. Anak juag manusia lho buibu, mereka bahkan insan yang masih murni hatinya, bisa merasakan mana perhatian yang tulus dan mana yang asal.

So, bagi-bagi poin pertama adalah:
Berikan anak kita perhatian dengan sepenuh cinta smile emoticon

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun