Mohon tunggu...
Cika Tesazabalia
Cika Tesazabalia Mohon Tunggu... Guru - Panggil saja cika

Masih belajar, banyak kurangnya. Dibaca ya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Athena

13 Juli 2021   12:37 Diperbarui: 13 Juli 2021   12:45 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Aplikasi Poster Canva

Namaku Athena, umurku 23 tahun. Hari ini aku merantau ke Jakarta, aku tinggal disini sendiri tanpa keluarga. Dulu aku sempat tinggal di Bandung tapi itu hanya berlaku ketika aku menempuh pendidikan disana. Sejak kecil hidupku sangat tidak jelas, kadang aku tinggal di rumah Nenek, kadang juga di rumah Paman. Ya begitulah nasib seorang anak broken home, apalagi ketika mamah udah mulai nikah lagi udah bener-bener mulai lupa sama aku. Tapi its oke beneran gapapa karena aku kuat, aku mandiri, dan gimanapun cara mamah perlakuin ke aku, aku bakalan tetep sayang. Karena bagaimanapun mamah lah satu-satunya perempuan yang melahirkan aku ke dunia ini. 

Oh iya, papah juga sama, setelah menikah lagi dengan tante Sinta papah udah jarang nemuin aku sesekali ngirim pesan lewat whatsapp nanyain kabar dan trsenfer uang buat makan. Satu hal yang paling nyakitin dihidup aku ketika aku ditanya sama mamah dan papah "kamu mau ikut siapa? Mamah atau papah?" ketika itu juga duniaku serasa hancur. 

Aku ga pernah mikir kalau keluarga aku bakalan berantakan. Tapi aku juga engga boleh egois karena aku tau kalau keputusan yang mereka ambil memang itulah yang terbaik. Aku tau mereka sudah memperkirakan konsekuensinya sebelum mereka memutuskan untuk berpisah. Dan setelah itu setelah mamah sama papah bilang mau ikut siapa aku tidak menjawabnya, aku menangis dan malah memeluk Nenek. Aku putuskan untuk tinggal disana bersama, merawat Nenek yang sudah mulai menua.  

Nenekku hanya tinggal berdua padahal rumahnya sangat luas ya walaupun bangunan nya sudah tua tapi rasa nyaman nya masih tetap sama.  Disana juga ada bi Tari yang sudah Nenek anggap seperti keluarga sendiri. Bi Tari udah nemenin Nenek hampir 32 tahun lamanya. Bi Tari juga yang merawat aku sejak aku masih bayi. Bi Tari juga engga punya keluarga makanya dia engga pernah pulang. Tapi syukur deh berkat itu Nenek jadi engga sendiri.  

Sejak aku putuskan untuk tinggal di rumah Nenek, penghuninya bertambah satu jadi tiga orang. Nenek juga senang ya walaupun harus sedih melihat anaknya yang ternyata gagal membangun bahtera rumah tangga. Nenekku paling baik, nenek yang paling ngertiin dan tau kondisi aku. Nenek yang nyiapin semuanya dari mulai kebutuhan sehari-hari sampai kebutuhan sekolah. 

Nenek sudah aku anggap seperti orang tuaku sendiri. Bagiku nenek adalah orang tua tunggal satu-satunya setelah mamah dan papah. Tapi kadang aku juga merasa kasihan nenek yang seharusnya istirahat menikmati masa tuanya bersama Bi Tari malah harus ngurus aku yang masih bersikap kanak-kanak. Nenek menggilku Thena kadang Nana katanya itu nama kesayangan dari Nenek yang nenek kasih buat aku sejak aku keluar dari rahim mamah.


"Nek" kataku pada Nenek


"Kenapa Nana sayang?"


"Maaf ya nek, gara-gara mamah sama papah pisah, nenek jadi harus rawat aku. Nenek kan harusnya istirahat, harusnya nikmatin masa-masa tua nenek. Tapi nenek malah jadi dibebanin sama aku"

Bukannya dijawab nenek hari itu malah menangis. Dia sedih mendengar aku yang berbicara seperti itu. kata Nenek aku bukan beban tapi aku ini hadiah dari Tuhan yang dikasih buat nemenin masa tua Nenek. Kata Nenek aku ini berharga lebih berharga dari apapun. Kata Nenek aku satu-satunya dunianya, aku satu-satunya alesan kenapa nenek harus tetap sehat dan baik-baik aja.


Aku bersyukur banget punya nenek yang udah kaya orang tua sendiri. Dulu sebelum aku tinggal disana, ketika aku masih tinggal di rumah mamah dan papah, ketika rumah tangga mamah dan papah udah bener-bener diujung tanduk, ketika tiap hari yang aku dengar hanya cekcok sana sini, diam disekolah itu adalah fase yang sangat menyenangkan dibanding harus pulang ke rumah. Aku sempat mikir kalau hidup diluar lebih nyaman dibanding hidup didalam rumah sendiri. Engga ada kebahagiaan, engga ada keharmonisan, yang ada hanya beban masalah yang aku dengar setiap hari. Aku ini anak tunggal makanya engga ada orang didalem rumah yang bisa aku ajak diskusi selain Bi Tini, orang yang selalu nemenin aku sejak aku duduk dibangku kelas 1 sd sampai hari ini. satu-satunya orang yang engga pernah ga perhatian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun