Memang sebelumnya belum pernah menulis resensi dari buku yang sudah kubaca sebelumnya. Tapi apa salahnya mencoba yang belum pernah, toh disini juga bisa sambil belajar juga. Tere-Liye yang memang belum pernah satupun buku beliau yang masuk daftar bacaanku, ternyata menjagi penulis pertama yang aku tulis resensinya. Adalah "Eliana, serial anak anak mamak", karangan Tere-Liye berhasil menarik hatiku untuk menghampiri deretan buku dan melihat lihat lihat bukunya. Awalnya jujur, sudah lama aku tahu sedikit tentang buku buku karangan Tere-Liye, dan belum merasa tertarik dengan buku buku yang lainnya. Sampai suatu saat aku melihat Amelia (serial anak anak mamak yang ke 4) baru mengetahui kalau Tere-Liye, yang baru saja kuketahui belakangan adalah seorang lelaki, ternyata menulis tentang cerita anak anak yang sarat makna kehidupan. Memang dasar tesa adalah penyuka cerita anak anak, berbau nasihat dan bagaimana kehidupan keluarga, tanpa pikir panjang langsung membeli buku Amelia dengan melupakan sejenak asumsi kalau seorang Tere-Liye yang bisanya menulis tulisan tidak jauh dari romansa penuh puisi puisi yang kebanyakan bukan topik minatku. Tidak lama setelah membeli Amelia, barulah menyadari satu hal, kalau Amelia yang sudah terbeli adalah anak terakhir dari 4 anak anak mamak. Tidak lama setelah itu baru berinisiatif membeli Eliana yang merupakan anak sulung dari keluarga mamak. Sebenarnya tidak apa, jika mau memulai membaca dari mana, karena tidak ada cerita yang bersambung. Hanya, mungkin aku merasa lebih afdol rasanya kalau memulainya dari anak sulung terlebih dahulu. Jadilah aku  menginvestasikan uang untuk buku Tere-Liyeku yang kedua.
Untuk hitungan bacaan keluarga,Eliana langsung kunobatkan ini menjadi buku yang nantinya akan aku hibahkan untuk anakku nanti. Bagaimana menjadi seorang anak yang berani, seperti Eliana, membela kebenaran, hak, dan mempertaruhkan keadilan kepentingan warga kampungnya yang sedang dirundung masalah klasik orang orang rakus yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam kampung Eliana. Bagaimana pihak pihak rakus itu memaksakan ijin konsesi sumber daya alam kampung mereka. Eliana yang super berani, dengan bantuan teman teman satu gengnya berhasil menaklukkan segerombolan orang orang rakus itu. Semangat Eliana juga sedikit menyentil dan sarat kritik tentang kita yang sering kali mengabaikan pentingnya menjaga alam, kurang menghargai interaksi kita dengan alam tanpa berniat mengekploitasi dengan rakus.Eliana mengajarkan bagaimana mencintai alam dan lingkungan dengan tulisan tulisan yang apik dan menyejukkan. "Ada suatu masa diantara masa masa.Ada suatu musim di antara musim musim. Saat ketika alam memberikanperlawanan sendiri. Saat ketika hutan, sungai, lembah, membalas sendiri para perusaknya."Serangkaian kalimat yang bisa menjadi peringatan untuk kita agar kita bisa memperdayakan alam sebagaimana mestinya.
Elianajuga mengajarkan bagaimana kita menghargai sekecil apapun yang sudah mama, ibu kita perbuat, yang terlihat maupun yang tak terlihat. Eliana menegur saya, bahwa menjadi anak yang baik untuk orangtua adalah wajib hukumnya. Sayangi setiap perlakuan apapun yang dilakukan orang tua kita, terutama ibu."Jangan pernah membenci Mamak kau, Eliana. Karena kalau kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari semua pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian."Begitu salah satu kutipan favorit dariElianatentang ibu, dan keluarga.Seperti kembali ke zaman Sekolah Dasar, membaca cerita anak anak yang banyak ilmu dan nasihat menjadi salah satu minatku. Untuk zaman sekarang, memang buku seperti ini sudah jarang beredar. Padahal,dari bacaan seperti inilah kita bisa banyak belajar. Mungkin untuk kalian yang memang kurang menyukai bacaan ringan seperti ini, agak kurang menikmati bagaimana buku berhalaman 518 ini bercerita dengan konflik konflik ringan tentang kehidupan anak anak SD, keluarga, dan interaksi kehidupan dengan lingkungan. Tapi, untuk aku, ini buku yang terlalu Indonesia, yang terlalu sayang untuk dilewatkan sebagai bacaan keluarga, juga pastinya membuka wawasan kita dengan kehidupan Indonesia yang lain, selain yang kebanyakan orang tahu saja, misalnya Pulau Jawa.
Semoga serial anak anak mamak lainnya bisa seseru ini dan bisa memberikan pencerahan tidak hanya untuk anak anak, tapi juga untuk orang orang dewasa lainnya, yang terkadang, bahkan orang orang dewasa sering tidak peka akan isu isu kehiduppan yang kadang luput untuk diperhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H