Apakah media online mampu mempertahankan relevansinya di tengah serbuan teknologi kecerdasan buatan (AI)?Â
Sejak kehadiran AI, proses distribusi informasi di jagat digital mengalami perubahan besar. Penerbitan buku dan media online kini dihadapkan pada persaingan ketat dengan platform berbasis AI seperti Meta AI WhatsApp dan ChatGPT dalam menjangkau audiens mereka.
Dominasi AI dalam arus informasi ini memberikan tekanan yang signifikan bagi media online untuk terus beradaptasi. Ironisnya, banyak konten yang mereka hasilkan justru dikurasi dan dimanfaatkan oleh platform tersebut tanpa imbalan yang sepadan.
Padahal sebelumnya, media online mengandalkan pendapatan dari jumlah klik konten dan iklan produk yang tampil di halaman mereka.
Namun, dengan algoritma AI yang semakin canggih, sebagian besar perhatian audiens kini beralih ke platform tersebut. Ini bisa membuat media online kehilangan potensi pendapatan utamanya.
Ditambah lagi, perilaku masyarakat yang semakin enggan untuk menyukai laman yang dipenuhi iklan mengurangi efektivitas model bisnis berbasis iklan yang selama ini menjadi tulang punggung pendapatan media online.
Situasi ini semakin memperberat tantangan, terutama di tengah tuntutan untuk tetap relevan sekaligus inovatif. Tanpa strategi yang tepat, posisi mereka di ekosistem media digital bisa semakin tergerus.
AI sebagai Pemain Utama dalam Ekologi Media
Dominasi AI dalam distribusi informasi kini semakin tak terelakkan. Mesin pencari dan chatbot berbasis AI tidak hanya menyajikan berita, tetapi juga mampu menghasilkan analisis dan rekomendasi yang sesuai dengan preferensi audiens.Â
Hal ini menyebabkan pembaca semakin bergantung pada kecepatan dan personalisasi yang ditawarkan oleh AI, yang memaksa media online untuk bersaing ketat dalam menarik perhatian audiens.