Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Inilah Pelajaran Berharga Sebelum Kau Menghadapinya

11 Desember 2024   16:00 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasih Sayang Seorang Ayah (Sumber: Unsplash/Toa Heftiba)

"Seorang 'Calon Ayah'"

Dia belum menjadi ayah. Kadang, hanya membayangkan betapa besar tanggung jawab itu sudah cukup membuatku terdiam. Namun, beberapa waktu belakangan ini, dia banyak mendengar cerita dari teman-teman yang baru saja menjadi ayah. Dari semua cerita itu, ada satu benang merah yang selalu muncul: menjadi ayah adalah perjalanan yang indah, sekaligus penuh tantangan.

Sebagai seseorang yang belum berada di posisi itu, dia merasa bahwa setiap cerita ini adalah bekal yang sangat berharga. Karena jika suatu hari nanti dia menjadi seorang ayah, dia ingin menjalani peran itu dengan lebih siap, lebih memahami, dan semoga lebih bijaksana.

Hari Pertama Menjadi Ayah: Shock dan Euforia

Seorang teman pernah berkata, "Begitu anak gue lahir, hidup gue berubah total. Gue enggak pernah tahu bisa sayang sama seseorang sebesar ini." Kata-kata itu terdengar begitu manis, penuh kebahagiaan. Namun, di balik euforia itu, ada kejut yang tak terduga.

Bukan hanya karena bayi yang begitu kecil dan rapuh, tetapi juga karena beratnya tanggung jawab yang tiba-tiba ada di pundak. Di satu sisi, hatimu meledak dengan kebahagiaan melihat keajaiban hidup yang baru saja lahir. Di sisi lain, muncul keraguan, "Gue bisa enggak ya jadi ayah yang baik?" Dia belajar, peran ayah itu dimulai bahkan sebelum bayi itu lahir. Momen pertama kali melihat wajah anak adalah saat komitmen itu dimulai, komitmen yang akan bertahan seumur hidup.

Minggu-Minggu Pertama: Rasa Lelah yang Belum Pernah Ada Sebelumnya

Cerita lain datang dari rekan kerjanya. Ia bercerita, "Gue kira bisa mengatur semuanya. Ternyata enggak. Tidur cuma dua jam sehari, bayi nangis tengah malam, istri gue juga kelelahan."

Di minggu-minggu pertama itu, ia merasa dirinya bukan hanya menjadi ayah, tapi juga penjaga malam, pengganti popok, bahkan koki dadakan. Dia sadar, jadi ayah itu lebih dari sekadar memberi nafkah. Itu adalah pekerjaan yang tak pernah ada habisnya, yang menguras fisik, mental, dan emosi. Menjadi ayah adalah perjalanan tanpa akhir.

Momen Refleksi: Daddy Blues yang Diam-Diam Datang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun