Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Mengapa Belajar Menulis Penting Meski AI Sudah Hebat?

3 Desember 2024   12:58 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:18 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis (Sumber: Unsplash/Glenn Carstens-Peters)

Manusia dan AI sekarang sama-sama punya kemampuan untuk menulis. Padahal menulis dulu merupakan bakat langka yang dimiliki oleh setiap orang. Lalu apakah pelan-pelan kita akan bergantung kepada "otak" AI?

Di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih, kehadiran Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT telah mengubah banyak hal, termasuk cara kita menulis. AI bisa meniru, memodifikasi, dan "menghipnotis" ulang layaknya seperti bahasa penulisan kita. Dengan AI, menulis bisa jadi lebih cepat, efisien, dan bahkan terasa effortless. 

Tapi, apakah ini berarti kita bisa melupakan kemampuan menulis yang selama ini kita pelajari? Jawabannya: tidak. Skill menulis tetap penting, meskipun saingat kita sekarang bukan lagi bersama dengan manusia. Namun, juga AI, si tuan AI yang serba pintar ini.

AI memang hebat, tapi ia hanya alat yang bekerja berdasarkan apa yang kita ajarkan. Manusia tetap memegang kendali atas kreativitas, emosi, dan nilai-nilai yang tak bisa digantikan teknologi. Jadi, mari terus belajar menulis. Bukan hanya untuk masa depan kita sendiri, tetapi juga untuk memastikan bahwa teknologi seperti AI digunakan dengan cara yang paling manusiawi.

1. Menulis Membangun Identitas Pribadi

AI memang bisa menghasilkan tulisan yang rapi dan informatif, tapi tulisan yang memiliki "jiwa" hanya bisa dihasilkan oleh manusia. Saat kita menulis, kita sebenarnya sedang menunjukkan cara berpikir, sudut pandang, dan kepribadian kita. Hal ini sangat penting, terutama dalam dunia profesional, di mana personal branding memainkan peran besar. 

Tulisanmu adalah cerminan dirimu.

AI bisa meniru emosi, tetapi biasanya agak terasa "kering" atau generik. Sebaliknya, manusia dapat menyisipkan pengalaman pribadi, empati, dan kehangatan yang membuat pembaca merasa terhubung. Tulisan yang menyentuh hati lebih mudah diingat daripada tulisan yang hanya sekadar informatif.

Apalagi di zaman personal branding, orang akan berlomba-lomba untuk membangun identitasnya lewat tulisan-tulisannya yang hidup. Siapa sangka jikalau nanti kita dikenal sebagai seorang penulis, tetapi ternyata itu karya miliknya ChatGPT?

2. Kreativitas Tidak Bisa Dibatasi Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun