Edukasi Pemilih
Rakyat perlu terus diedukasi tentang pentingnya memilih berdasarkan visi-misi dan rekam jejak calon, bukan karena uang yang diberikan. Kampanye tentang dampak buruk politik uang harus dilakukan secara masif.
Penegakan Hukum yang Tegas
Lembaga seperti Bawaslu harus diberdayakan untuk menindak praktik politik uang dengan sanksi yang tegas. Pelaporan dari masyarakat juga perlu diapresiasi dan ditindaklanjuti dengan serius.
Dorongan Transparansi Kampanye
Calon harus diwajibkan melaporkan pengeluaran kampanye mereka secara transparan. Hal ini untuk mencegah penggunaan uang yang tidak sesuai dengan aturan.
Rakyat Cerdas, Demokrasi Lebih Cerdas
Fenomena "Amplopnya di kantong, suaranya di hati" memang mencerminkan kecerdasan rakyat yang semakin meningkat. Mereka tahu bahwa hak pilih tidak bisa begitu saja dibeli. Namun, kecerdasan ini perlu diiringi dengan komitmen untuk membangun demokrasi yang lebih sehat.
Multitasking dalam pemilu tidak cukup hanya mengambil amplop dan memilih sesuai hati nurani. Kita juga perlu bertindak aktif melawan praktik politik uang, misalnya dengan melaporkan pelanggaran atau mendukung calon yang jujur.
Suara Itu Lebih Berharga dari Amplop
Dear, Calon Pemimpin? Amplop mah gapapa terus jalanin ke yang lain, tapi demokrasi harus tetap jalan di tempat.
Pada akhirnya, suara rakyat adalah kekuatan terbesar dalam demokrasi. Amplop memang bisa membuat kantong tebal sesaat, tapi suara yang diberikan dengan hati nurani akan menentukan masa depan bangsa.
Jadi, untuk pemilu berikutnya, mari kita tingkatkan kecerdasan politik kita. Multitasking boleh, hahaha, asal dilakukan dengan bijak. Ambil amplopnya? Boleh saja. Tapi pastikan pilihan kita tetap didasarkan pada hati nurani dan masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H