Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Terima Kasih atau Terimakasih?

5 November 2021   11:12 Diperbarui: 5 November 2021   11:16 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cek kamus / sumber: pixabay.com

Saya kadang-kadang suka mengikuti berbagai webinar yang diselenggarakan oleh suatu instansi. 

Kalau saya sedang mengikuti acara, host mengucapkan salam pembuka dan penutup kepada semua hadirin. Gunanya sudah pasti untuk menghormati waktu yang telah mereka luangkan atau sekadar penyemangat baru. 

Kemudian di setiap akhir acara kalau webinar hanya diselenggarakan melalui WhatsApp Group, pembawa acara berkata,

“Terimakasih untuk semua peserta yang telah hadir di malam ini.”

Tunggu, tunggu. Penulisan kata di atas ada yang salah enggak? Kejadiannya enggak sekali, dua kali, soalnya di saya. Kalau di Kompasianer sendiri, bagaimana?

Kebanyakan orang tidak memahami kategori kata majemuk. Apabila kita menemukan dua kata yang disejejerkan, alias punya satu makna sama atau istilah khusus, semua unsur ditulis serangkai.

Apa yang membedakan antara penulisan dua kata disambung dengan dipisah?

Kompasianer perlu mengetahui ciri khas dari penulisan frasa disambung itu termasuk kategori morfem bebas; maknanya dianggap padu. Sebaliknya, ciri-ciri pada penulisan dua kata atau frasa dipisah ialah makna tidak dianggap padu; digolongkan sebagai morfem terikat.

Ilustrasi cek kamus / sumber: pixabay.com
Ilustrasi cek kamus / sumber: pixabay.com

 

Morfem Bebas

Dalam buku yang berjudul “Bahasa Indonesia Ilmiah”, morfem bebas adalah keberadaan kata-kata dapat berdiri sendiri tanpa harus disambungkan dengan morfem lain. Pengertian ini juga mengacu pada masing-masing kata yang memiliki makna.

Conton morfem bebas, yaitu beasiswa, belasungkawa, sukacita, antarkota, narasumber, pascasarjana, subbab, dan sukacita,

Morfem Terikat

Morfem terikat adalah keberadaan kata-kata tidak dapat berdiri sendiri karena tidak memiliki makna. Akibatnya, morfem terikat ini memiliki ciri-ciri bahwa morfem harus disambung dengan morfem lain.

Selain itu, morfem terikat juga dapat ditemukan pada kata-kata yang memiliki awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) imbuhan, maupun umbuhan-imbuhan kecil (-ku, -mu, -lah, -kah,  dan tah).

Conton morfem terikat yang kita temui, yaitu terima kasih, tanggung jawab, sama rata, kaji ulang, dan tanda tangan. Selain itu, penerapan morfem terikat dapat ditemukan pada kupercaya, percayalah, dan percayakah.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai kedua jenis morfem ini, Kompasianer bisa melihat contoh lebih lanjut:

1. Memperkecil

Morfem bebas : kecil (kata dasar)

Morfem terikat : mem (prefiks), per (prefiks).

2. Pembuatan

Morfem bebas : buat

Morfem terikat : pem – (prefiks) – ikat.

Nah, sudah tahu bukan perbedaan antara gabungan kata yang disambung dengan dipisah? Jadi, terima kasih itu dipisah, ya, bukan disambung.

Belajarlah bahasa agar kualitas bahasa nasionalmu bertambah.

Salam, Tesalonika.

Referensi:

1. Tomasowa, Francien Herlen. 2013. Bahasa Indonesia. Penerbit Universitas Brawijaya Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun