"Jika nanti ada penelusuran pengguna, yang datanya disalahgunakan itu, ditemukan ada unsur pemaksaan oleh Facebook, pemblokiran langsung kami proses," katanya.
Sekilas informasi, ada jenis data pengguna yang dapat dan tidak dapat diambil. Misalnya, kalau kita masuk ke laman Facebook dan ingin mengunggah postingan, di sana bakalan ada pilihan pengaturan privasi: publik, teman, teman kecuali, teman tertentu, dan hanya saya.
Jenis data lain yang bisa anda perhatikan, yaitu unggahan status, foto, dan isi chat dengan komunikan (penerima pesan). Hal inilah yang merupakan jaminan besar bagi perusahan media untuk tidak boleh membocorkan data-data tersebut.
Lalu, apa aja sih data-data pengguna yang biasanya diambil oleh media sosial demi mengembangkan bisnisnya?
Saya ambil contohnya media sosial Facebook. Perusahaan yang ingin berganti nama menjadi Meta ini merekam aktivitas pengguna pada saat registrasi akun, foto profil, konten yang dibuat dan dibagikan. interaksi pesan yang dilontarkan oleh pengguna, lokasi dan tanggal pembuatan postingan, dan durasi (berapa lama) pengguna berselancar di dunia maya.
Sebenarnya masih banyak rekaman lainnya yang Facebook ambil. Apakah tindakan yang bisa kita ambil? Akankah kita harus membuat identitas palsu sehingga kita bisa merasa nyaman kalau suatu hari mengalami kebocoran data 'lagi'?
Doktor lulusan University of Manitoba tahun 1997, Budi Rahardjo, mengungkapkan bahwa pencegahan dengan membuat identitas palsu justru tidak boleh dilakukan. Aktivitas tersebut justru memperkeruh tindakan negatif di media siber; membuat hoaks atas identitas pribadi.
Dia berkata, "Sebaiknya tetap identitas asli, tapi diproteksi dan beraktivitas di media sosial seperlunya."
Salam,
Tesalonika.
Referensi: