Beberapa waktu ini, mahasiswa dari banyak universitas di Indonesia secara kompak melayangkan protesnya mengenai UKT yang melonjak drastis. Perubahan UKT tersebut dirasa tidak masuk akal, sebab mengalami kenaikan sebanyak dua kali lipat atau bahkan lebih. Perguruan Tinggi yang mengalami kenaikan UKT diantaranya adalah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Jendral Sudirman, dan Universitas Brawijaya. Bahkan beberapa hari yang lalu, mahasiswa Universitas Brawijaya diketahui bersama-sama menaikkan tagar #TurunkanUKTUB hingga masuk trending topic X selama beberapa hari.
Mahasiswa semakin dibuat geleng kepala mendengar statement balasan Kemendikbud yang malah mengatakan bahwa pendidikan tinggi adalah pendidikan tersier yang merupakan sebuah pilihan dan bukan bersifat wajib.
Permasalahan ini juga secara aktif didiskusikan di kalangan mahasiswa.
“Gue gak paham, gue pikir pernyataan pendidikan tinggi tuh bukan hal yang wajib adalah pernyataan yang kontradiktif banget sama keadaan lapangan kerja saat ini. Kalo semisal kuliah gak wajib, itu syarat lapangan kerja di sini minimal S1 semua, jadi kita ini disuruh kerja apaan? Pengangguran angkanya masih tinggi, tingkat pendidikan rendah. Jadi sebenernya maunya kayak gimana sih..." ungkap seorang mahasiswi saat ditanya mengenai pendapatnya atas pernyataan Kemendikbud.
Selain itu, ada juga rekan mahasiswa yang menanggapi bagaimana penentuan golongan UKT sangat tidak transparan dan tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi mahasiswa seperti data tertera.
“Katanya bukan kenaikan UKT tapi penambahan golongan UKT. Wkwk sama aja Ibu/Bapak, wong jatuhnya di golongan paling tinggi semua. Itu kemarin sampai ada orang tua yang rela jual rumah buat bayar UKT anaknya lho."
Berikut ini adalah tanggapan-tanggapan lainnya.
“Welcome to Indonesia, kita cuma diminta hasil bagus doang tapi gak didukung, sambil diinjek-injek negara sendiri nih bos.”
“Kalo kenaikan UKT masih masuk akal tuh mungkin gak masalah ya. Cuma ini udah keterlaluan. Harga segitu gak make sense kalo alesannya cuma buat pemenuhan biaya fasilitas dan operasional kampus. Karena jujur sekarang gue dengan harga UKT seginipun masih suka bertanya-tanya gue dapet fasilitas apa dengan udah bayar semahal ini. Karena gue gak merasa dapet sepadan dengan besaran yang gue bayar. Nah apalagi yang bayar UKTnya lebih mahal, makan hati banget.”
“Kuliah di Indonesia kayaknya udah gak worth it lagi ya. Lebih baik langsung aja fokus kejar beasiswa ke luar negeri, atau kalau gak kuliah ya magang atau kerja atau apa. Karena di sana lebih terjamin, dipermudah terutama akses pendidikannya, yang penting mau belajar dan bersaing. Di Indonesia cuma bakal dipersulit. Sadar gak, di sini generasi muda cuma selalu dianggap lebay, dianggep ini lah itu lah, disepelekan, di beberapa keadaan malah gak didengar sama sekali. Nanti kalo negaranya gak maju yang disalahin kita juga. Serba salah. Jadi gue rasa udah ga perlu ragu lagi untuk pilih berkarir di negara di mana lo dihargai. Gue gak berlebihan, permasalahan UKT ini selalu ada aja tiap tahun soalnya."