Apa jadinya guru berkumpul di dinas pendidikan, bagaimana nasib siswa-siswa di sekolah?
Menurut pengakuan beberapa guru, mereka sebenarnya tidak ingin meninggalkan siswa mereka tetapi mereka terpaksa demi mengurus sertifikasi.
Apakah tidak bisa diurus di hari lain?
Ini semua terjadi karena kesimpang siuran informasi yang diterima sekolah, sebagian sekolah menerima bahwa terakhir pengumpulan berkas tanggal 30 september 2011 sedangkan sekolah lain informasinya tanggal 24 september 2011. Informasi inilah yang membuat semuanya kacau apalagi pengumpulan berkas ini tidak boleh diwakili padahal apa susahnya dikumpul kolektif, kalau alasannya supaya cepat dikoreksi bukankah di instrumen ada nomor telpon apalagi setiap orang dibebankan Rp 20.000,-
Setelah awalnya ada kesemrawutan karena kurangnya personel yang bekerja hingga makin bertumpuklah berkas. Akhirnya petugas mengumumkan bahwa yang masukkan berkas hari ini ditolak, maka memuncaklah kemarahan beberapa orang hingga terjadilah sedikit pertengkaran mulut antara petugas dan salahsatu guru. Untuk menghindari suasana yang tidak kondusif maka 2 orang yang sempat bersitegang didamaikan di salahsatu ruangan yang ada di dinas pendidikan kota Samarinda.
Setelah didamaikan akhirnya pemasukan berkas berjalan lancar, setelah tadinya cuma 1, 2 orang yang kerja sekarang semua staf bekerja.
Inilah potret yang ada di hampir semua dinas di Indonesia setelah ada yang protes dan acara marahan baru semuanya berjalan normal, seandainya tidak ada yang protes mungkin pendaftaran berkas ini masih semrawut. Sampai kapan ini terjadi di tanah air kita, cuma ngurus begini aja butuh waktu berjam-jam sampai seharian. Kasian siswa gurunya pada bolos cuma gara-gara masukkan berkas.
Anak-anak kami tercinta maafkanlah Bapak/Ibu guru kalian, kami terpaksa meninggalkan kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H