Mohon tunggu...
Terverifikasi Bless
Terverifikasi Bless Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Clearness without Water, Gentleness without Breeze, Light without Fire, and Soul without Body

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Universitas, Antara Islam dan Barat

16 Juni 2011   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:27 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_114388" align="alignnone" width="500" caption="Google.co.id"][/caption]

Melihat  perubahan  dunia kampus yang terjadi sekarang, khususnya kampus-kampus berlabel Islam  yang mengadopsi mentah-mentah teori Barat untuk dijadikan standar memang  sedikit kontroversial.  Masalah ini  sering menjadi bumerang dalam tubuh PTIN yang sering mendapatkan kritikan serius dari beberapa pakarnya seperti yang pernah dikupas oleh Adian Husaini dalam bukunya : Hegomoni Kristen Barat dalam Studi Islam. Pasca hancurnya peradaban Baghdad sampai beralih ke peradaban Mesir, dunia universitas Islam terlihat sangat tidak percaya diri dengan jati dirinya, toh sebenarnya mereka adalah pelopor universitas di dunia ini, seperti terrekam dalam sejarah.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ide universitas modern sebenarnya berasal dari dunia Islam. Hal ini tidak mengherankan karena universitas di dunia Islam jauh lebih dahulu muncul daripada universitas tertua di Barat. Universitas paling awal muncul di Eropa Barat pada abad kedua belas. Bandingkan dengan universitas Qarawwiyyien di Fez Maroko yang berdiri sejak 859 M dan Al-Azhar di Kairo yang berdiri 975 M.

Kemiripan ini dapat dilihat dari beberapa kemiripan dan istilah universitas modern dengan tradisi universitas Islam terdahulu. Kata university sendiri diambil dari bahasa Latin universitas, Wan Mohd Nor Wan Daud menjelaskan. Istilah ini merupakanistilah yang berasal dari tradisi Islam yaitu kulliyat yang bermakna universal. Penggunaan istilah ini disebabkan ilmu di dalam Islam dipahami sebagai sesuatu yang universsal.

Universitas di dunia Islam pada dasarnya dipahami sebagai institusi yang merefleksikan seorang manusia universal (ak-insan al-kulli atau al-insan al-kamil).Dalam Islam sosok insan Kamil ini dicerminkan dari sosok Nabi Muhammad Saw. Itu sebabnya tujuan pendirian universitas Islam adalah menghasilkan manusia universal yang berilmu dan beramak saleh seperti Nabi Muhammad.Karena universitas merupakan peniruan terhadap sosok seorang manusia. Universitas disusun dalam bagian-bagian yang disebut dengan quwwah yang memiliki arti kekuatan dalam organ tubuh. Istilah ini kemudian diadopsi oleh universitas Barat dengan menggunakan kata faculty (fakultas) yang merupakan terjemahan dari istilah quwwah.

Universitas-universitas di Barat juga didirikan untuk mencetak manusia-manusia universal yang menguasai berbagai cabang ilmu yang saling berkaitan,. Bukan seperti universitas saat ini yang mencetak para sepesialis yang hanya menguasai suatu cabang ilmu sempit secara mendalam. Lulusannya harus mencitrakan seseorang yang cerdas, bersikap tenang, memiliki citra rasa tinggi, mulia serta terhormat.

Namun tidak seperti universitas Islam yang menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai contoh nyata manusia ideal, universitas di Barattidak memiliki tokoh sentral serupa. Ada banyak pemikir dan pahlawan hebat dalam tradisi Barat, tetapi tidak seorangpun yang dijadikan teladan sepanjang masa seperti di dalam dunia Islam. Dari sini dapat kita lihat bahwa universitas dalam Islam dan Barat di masa lalu memiliki tujuan yang serupa, yaitu mencetak manusia ideal meskipun dalam penjabaran manusia ideal itu terdapat perbedaan nyata antara Islam dan Barat. Wujud universitas modern masakini yang hanya cenderungmenghasilkan robot-robot pekerja industri tak pelak telah emnyimpangjauh dari tujuan awal pendirian universitas itu Sendiri.

Sumber dari :

Wendi Zarman, Kampus PR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun