Mohon tunggu...
Terverifikasi Bless
Terverifikasi Bless Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Clearness without Water, Gentleness without Breeze, Light without Fire, and Soul without Body

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Maksiat, Maksud Lo?

15 Juni 2011   06:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_114118" align="alignnone" width="675" caption="google.co.id"][/caption]

Entah terinspirasi oleh apa, kok pengaruh maksiat seperti perzinaan dihubung-hubungkan dengan tingkan stabilitas otak yang sering error alias stress. Meskipun ada tapi jelas itu hanyalah sebagian kecil dari orang-orang yang tidak memikirkan masa depan atau memang sengaja melupakan masa depannya sendiri. Menurut saya 'Kesempatan, komunitas dan bergelimangnya harta' adalah pokok permasalahan paling mendasar dalam masalah ini. tahukah anda bahwa di Arab Saudi bahkan di Makkah dan Madinah pun kerap terjadi perzinahan. Bahkan nabi sendiri pernah merajam salah satu sohabatnya yang benar-benar ingin tobat dari dosa zina. Tidak hanya perzinahan, kaum gay pun banyak kita temui disana. Meskipun masih bersifat underground, tapi paling tidak, kita harus sadar bahwa dunia memang harus berubah menjadi buruk seperti yang telah ditegaskan oleh nabi: sebaik-baik generasi adalah generasiku dan generasi setelahku (para sahabat). So kalo tidak lebih buruk mah, gak bakal kiamat-kiamat atuh. Orang Atheis yang tidak memiliki keterikatan dengan Tuhan sering lebih memperhatikan unsur humanismenya daripada kita yang sering mengklaim bertuhan dan beragama, bahkan sampai membunuh orang-orang yang katanya melawan Tuhan. Bukan mengidolakan atheis tapi daya tonjok seperitualitas orang beragama sering hanya sebatas label dan tak lebih. seperti pencatutan nama : hamba Allah. Padahal saya yakin tidak ada yang pantas di dunia ini menjadi hamba Allah yang sebenarnya. mereka adalah manusia yang mengaku-aku dekat dengan Tuhan hanya dengan menjalankan sedikit syareatnya yang belum tentu di terima Tuhannya. Yang paling pantas mendapatkan gelar Hamba Allah hanya para nabi yang jelas-jelas konsisten total dalam ketaatan dan berjuang hidup mati walupun telah dijanjikan sorga yang abadi. So kenapa kita tidak malu mengakui gelar yang tidak pantas itu? Kehidupan manusia memang digariskan dengan empat unsur yang tidak boleh kita cederai, yaitu : menjaga kehidupan ( dilarang membunuh sembarangan), menjaga akal ( dilarang mabok), menjaga keturunan (dilarang zina), menjaga kepemilikan harta ( dilarang mencuri). Kriteria empat ini dalam kaidah qawaidul fiqhiyyah termasuk sebagai initi dari pengutusan sang rasul di bumi sebagai rahmat bagi alam semesta dan penyebar kemaslahatan. So mengapa masalah stress seringkali dikait-kaitkan dengan seks bebas. Mungkin komentar ini Teraniya surya putra mewakili logika saya : Pada dasarnya, seks adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Kalau tidak dipenuhi dengan suatu cara, maka akan terjadi seks bebas. Jepang dan Jerman merupakan negara yang paling kentara dalam hal ini. Mereka maju dan banyak menghasilkan penemuan yang berguna bagi umat manusia. Kontras sekali dengan negara2 Timur Tengah yang praktis hanya berguna SDA nya saja (minyak nya) sedangkan Manusianya... jarang sekali ada penemuan dari sana yang kemudian memiliki dampak global. Kini bangsa Timur tengah hanyalah pemakai teknologi2 produksi Jepang, Barat dan Israel. Jadi saya rasa faktanya justru menunjukkan bahwa Negara-negara yang marak seks bebas dan/atau melegalkan pornografi, malah adalah Negara-negara yang maju yang penemuannya berguna bagi dunia dan umat manusia. Masalah sistem imun. Sistem imun akan jatuh dan manusia mudah sakit ketika sang manusia terus2an berada dalam kondisi tertekan dan kebutuhannya tidak terpenuhi, termasuk kebutuhan seksual. Artinya, justru mereka yang kebutuhan seksualnya terpenuhi (baik secara nikah maupun secara free sex) adalah yang sistem imun nya lebih tinggi karena hidupnya lebih terpenuhi. Justru kalau kebutuhan sexnya tidak kunjung terpenuhi, dan pikiran ngeres terus, dan kerja jadi tidak konsen, dan akhirnya rentan berbuat kesalahan... malah stress dan sistem imun nya turun. Hmmm Jadi nglanturr..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun