Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnaen
Iskandar Zulkarnaen Mohon Tunggu... -

Curhat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Novela Nawipa, Wanita Tangguh dari Papua!

13 Agustus 2014   15:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:40 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyimak pernyataan-pernyataan Novela Nawipa di depan persidangan MK maupun dalam wawancara spesial di televisi, sadarlah kita bahwa Bumi Papua telah bangkit. Jika tanggungjawab kebangsaan suatu komunitas diukur dari seberapa banyak putera-puterinya mengharumkan nama besar NKRI, maka Novela Nawipa merupakan meteor yang melesat di langit kebesaran NKRI. Novela Nawipa adalah pejuang yang gahah berani. Yang tulus, yang bertanggungjawab, yang tahu apa yang dibutuhkan oleh bangsanya yang terpuruk ini.

Meskipun tak berpendidikan tinggi, Novela Nawipa jauh lebih berharga bagi NKRI dibandingkan dengan perempuan bergelar prodesor doktor di Jakarta, tapi toleran terhadap korupsi. Lebih khusus lagi, Novela Nawipa jauh lebih hebat dari segerombolan perempuan tengik berwatak semprul di Kompasiana ini, yang sok pandai berkoar tapi mendukung kecurangan pemilu. Novela Nawipa adalah mercu-suar bagi semangat pembangunan NKRI.

(Salam hormatku untukmu, Novela, perempuan agung! Aku hanya pantas berjuang di belakangmu. Aku akan mendukungmu, memuliakanmu. Aku akan tunduk pada setiap perintahmu untuk memuliakan bangsa ini!)

Hallo, Nias? Apakah Warga Pulau Nias tetap membiarkan dirinya dilecehkan oleh oknum-oknum pengkhianat demokrasi? Apakah suara orang mati kalian ikutkan dalam pemilu? Satu orang enam suara? Apakah kalian bangga dengan kebodohan itu? Mana suaramu? Tak adakah sekeping jiwa menyamai Novela Nawipa di  Pulau Nias?

Hallo, Jakarta, pusat peradaban! Berapa banyak kotak suara kalian buang di Cilincing?

Kota Jakarta menjadi pusat kecurangan pilpres 2014 ini. Kota yang berisi manusia terkaya dan termiskin, manusia paling bermoral dan paling bejat, manusia paling bermartabat dan paling hina-dina. Berkwintal-kwintal tinja manusia menumpuk disisi rel kereta api Gunung Sahari, melambangkan buruknya moral Warga Jakarta.

Cari makan susah, buang kotoran juga susah. Tiba waktu pemilu, warganya berlomba-lomba melakukan kecurangan. 8500 TPS terindikasi melakukan penggelembungan suara. Itu jumlah yang sesuai untuk dipanggang di api neraka!

Brengsek, Warga Jakarta!

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun