Mohon tunggu...
Terry Febriani
Terry Febriani Mohon Tunggu... Human Resources - Human and Technology

Human and Technology, Psychology, Digital Transformation Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar "Pola" Pembelajaran Hidup

27 Januari 2017   22:25 Diperbarui: 28 Januari 2017   00:00 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Google Maps"]
[/caption]Pasar ini lokasinya di Cijerah Bandung yang tepatnya berada di perbatasan antara kota Bandung dan Cimahi, artinya melangkah sebanyak dua kilometer saja sudah berada di kota yang berbeda. Beberapa penduduk yang berada di lokasi sekitar lebih mengenal pasar di Cijerah tersebut dengan sebutan pasar “Pola”. Pasar “Pola” dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum, beberapa angkutan umum yang melaluinya adalah angkutan umum Carry berwarna biru-putih jurusan Sd Serang-Caringin, angkutan umum model Kijang berwarna hijau dengan tujuan Cijerah-Sederhana, dan angkutan umum berwarna hijau yang kebanyakan dengan model Carry dengan tujuan Ciroyom Bumi-Asri. Para pengunjung pasar “Pola” bisa dengan mudah sampai ke lokasi tersebut hanya dengan menemukan mall kecil yang bernama “Cijerah Trade Centre”, mall sederhana yang menjual  berbagai macam baju, alat elektronik, maupun makanan semacam food court. Sebuah mall yang tercipta untuk beberapa orang yang keberatan mencapai area mall-mall besar di Bandung. Sebuah mall dengan pasar “Pola” yang tak kalah dapat menggantikan supermarket untuk melengkapi kebutuhan dapur rumah tangga. Ketika memasuki area pasar “Pola”, kedai yang pertama kali dapat ditemukan adalah pedagang buah, kue basah, daging, ikan, berbagai macam bumbu masakan rumah tangga, akan tetapi ada juga beberapa pedagang yang menjual peralatan make-up wanita. Keunikan yang juga bisa didapatkan di pasar “Pola” ini yaitu pengunjung bisa pulang dari lokasi tersebut dengan menggunakan delman atau dalam Bahasa Indonesia bisa disebut andong.

Para pengunjung atau pembeli yang ingin menelusuri jalanan tersebut memang akan terasa sedikit kurang nyaman, dengan ruang gerak jalan yang sempit, basah, berlubang serta dengan bau-bauan di sepanjang jalan yang akan tahan lama menempel pada pakaian seperti parfum EDP (Eau De Parfum). Namun yang bisa ditemukan di pasar ini adalah cara tawar-menawar yang jelas tidak akan ditemukan di mall ataupun supermarket, bermula dari gaya persuasif penjual maupun pembeli, serta bahasa yang terungkap secara verbal maupun nonverbal. Bagi para penjual dan pembeli, pasar merupakan tempat untuk berbagi keuntungan, sedangkan bagi para pengamat sendiri pasar adalah praktek ekonomi dan praktek kehidupan yang memiliki keunikan tersendiri di masing-masing tempat dan daerah. Berbagai macam bahasa yang seringkali terdengar di pasar “Pola” ini seperti “punten, mangga, lepat, artos, gedang”, dikarenakan pasar “Pola” ini terletak di daerah yang mayoritas penduduknya sunda, oleh karenanya kebanyakan orang yang bertransaksi disini menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda yang saat ini mulai sedikit-sedikit tertinggal dan kurang dianggap penting di sekolah yang sebetulnya bisa dipraktekan di lingkungan pasar ini. Selain itu, pembelajaran kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari, sopan-santun, ramah-tamah yang juga jarang dipelajari secara mendalam di lingkungan sekolah.

Kontroversi keberadaan pasar sendiri biasanya adalah kurangnya perhatian mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan di sekitar area pasar. Seringkali masih banyak ditemukan sampah-sampah olehan yang berserakan dimana-mana. Sehingga, beberapa orang luar di luar penduduk asli melihat banyak gejala penyakit yang akan timbul di lingkungan pasar tersebut. Oleh karena itu, pentingnya pengembangan pasar “Pola” maupun pasar tradisional lainnya seharusnya didukung dengan praktek olah sampah organik, sehingga dapat tercipta lingkungan yang bermanfaat dan menjadi pembelajaran kehidupan bagi anak-anak di masa depan.

Pasar "Pola" ini merupakan salah satu gambaran untuk menstimulasi "Pola" kehidupan yang sehat, sederhana, dan kompetitif untuk masyarakat Indonesia.

***

Keterangan:

Punten: Bahasa sunda untuk kata "Permisi"

Mangga: Bahasa Sunda untuk kata "Silahkan"

Lepat: Bahasa Sunda untuk kata "Salah" atau "Kurang Tepat"

Artos: Bahasa Sunda untuk kata "Uang"

Gedang: Bahasa Sunda untuk kata "Buah Pepaya"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun