SEORANG wartawan olahraga senior dan cerpenis terkenal, Aba Mardjani, menulis di dinding facebook-nya.
"Sekali lagi: untuk kesekian kali, kita disuguhkan timnas Indonesia tampil dengan kostum tanpa nama punggung, sementara Timor Leste dengan nama punggung. Ini kelihatan pembinaan dengan prinsip 'yang penting jalan'. PSSI KETERLALUAN!"
Sungguh, sebagai seorang yang pernah mengetahui PSSI, aku merasa miris dengan yang disampaikan Aba. Tentu, bukan miris pada Aba, namun dengan apa yang diungkapkan Aba.
Apa benar PSSI nggak punya dana untuk membelikan kostum yang pantas dipakai layaknya membela nama bangsa dan negara? Apa benar PSSI sudah jatuh miskin, sehingga tidak bisa membelikan kostum untuk para 'anak negeri' yang berjuang untuk bangsa dan negara, tentu saja, nama baik PSSI? Ke mana aja ketua umum PSSI yang katanya mantan pemain bola dan pasti ngerti benar tentang adab, etika, dan sebaiknya seorang pesepakbola didandani?
Rasanya terlalu banyak pertanyaan yang bisa dilontarkan. Namun, kalau ini terjadi berkali-kali seperti kalimat Aba dlam statusnya itu, sekali lagi. Susah sudah merumuskannya. Herannya banyak orang abai dengan peristiwa ini. Orang lebih terpukau mengurusi kasus sapi, bunda putri, survei calon presiden, sampai Adiguna Sutowo membela diri.
Yang inti bagi negeri ini sepertinya hilang bersama hembusan angin yang tidak henti-hentinya. Kasihan pesepakbola Indonesia masa kini, kehilangan jatidiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H