Mohon tunggu...
setiawan g sasongko
setiawan g sasongko Mohon Tunggu... -

penulis, kartunis, konsultan penulisan buku eksklusif: biografi, otobiografi, profil, novel kisah hidup, buku pemikiran, dll. Hp: 081314663397

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Biografi, Prasasti?

29 Oktober 2009   13:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak yang berpendapat layak dan tidaknya seseorang membuat otobiografi/biografi dinilai dari keberhasilannya dalam meraih kedudukan tertentu. Misalnya, “Aku ingin membuat otobiografi/biografi kalau sudah jadi presiden atau menteri!” Itu tidak salah, namun bukan seperti itu tujuan utama pembuatan otobiografi/biografi, melainkan tentang kesadaran seseorang akan hakekat ruang dan waktu-dan kita semua tidak tahu batas hidup kita. Memang, saat ini kita “ada” di dunia nyata ini, namun seiring waktu apakah kita akan hilang begitu saja? Jawabnya ada dua kemungkinan, ya dan tidak. Kita tidak akan hilang bila kita meninggalkan jejak-jejak tertulis-sehingga otobiografi/biografi tidak harus dicetak massal dan dipublikasikan untuk umum karena yang lebih penting adalah sebagai dokumentasi pribadi, keluarga, organisasi, maupun perusahaan.

Otobiografi/biografi memiliki kelebihan khusus bila dibanding media lainnya, karena di dalamnya terkandung image, intelektualitas, idealisme, spiritualitas, dan sebagainya. Hanya dengan otobiografi/biografi kita dapat mengutarakan pikiran, cita-cita, nilai-nilai dan pandangan hidup secara sistematis. Dengan otobiografi/biografi pula kita membuat jejak sejarah, sehingga anak cucu, juga generasi penerus akan dengan mudah mempelajari dan meneruskan nilai-nilai yang kita wariskan.

Harap diketahui juga, hanya buku otobiografi/biografi yang dapat menampung rekaman masa lalu kita. Bandingkan dengan kamera yang hanya mengandung gambar, tanpa bisa merekam aspek pikiran. Bandingkan juga dengan audio visual/televisi. Dengan kamera tertentu seseorang bisa diambil gambar dan suaranya, tetapi aspek gagasan, perjuangan, nilai-nilai serta pandangan hidup yang berkenaan dengan hati dan pikiran tidak bisa terekam secara lengkap di audio visual tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun