[caption caption="Table Ekspor- Impor automotive Indonesia (Sumber BPS, reproduksi oleh Faisal Basri, 2015)"][/caption]
Mengejutkan, sejak 70 tahun Indonesia merdeka, pertama kali terjadi, kita memasuki babak baru, yaitu sebagai negara pengekspor atomotif (utuh maupun rakitan).
Harus diakui, ini terjadi di era presiden Jokowi yang baru memerintah setahun. Patut kita simak secara seksama, dan berikan apresiasi.
Kesimpulan ini diambil setelah membaca tuilisan Faisal Basri di Kompasiana yang berjudul “Konsolidasi di Masa Turbulensi” (Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/faisalbasri/konsolidasi-di-masa-turbulensi_568784dfc322bdf10bbbf598).
Untuk memperkuat kesimpulan ini, terjadi dialog antara saya dan Faisal Basri (di re-arranged, sehingga nyambung dan sesuai untuk tulisan ini) :
Saya :” wow...kita sudah menjadi net exporter automotive ?.”
Faisal Basri: “Kompanen lokalnya sudah jauh lebih tinggi, bahkan kita pun mengekspor komponen sebagai 3 juta pieces. Patut disyukuri mengigat selama ini industri otomotif boros devisa.”
Saya: “produk nasional, lisensi atau rakitan kemudian di-reexpor ?
Faisal Basri: ” Semua memang merek Jepang.”
Saya : ” Terima kasih”
Faisal Basri:” Ralat: Maaf, ekspor komponen sebanyak 4,2 juta pieces. Bisa dilihat di peraga.”
Dari sini, ada pertanyaan krusial, apa implikasinya bagi perekonomian Indonesia?.
Sebelum membahasa lebih jauh, ada baiknya menyimak pernyataan Faisal Basri di ruang komentar sebagai berikut: