Bencana alam berupa gempa bumi, tanah longsong, gunung meletus, tsunami, badai dan kebakaran hutan dalam dekade terakhir telah menyebabkan kerugian eknomi yang luar biasa besarnya. Diperkirakan bencana alam menyebabkan kerugian sebesar US$1,5 triliun (Rp20 ribu triliun) dalam sepuluh tahun belakangan ini.
      Untuk Amerika Serikat, bencana yang disebabkan oleh yang berkaitan dengan angin (hurricane, tornado, badai dan storms) saja diestimasi lebih dari US$ 500 milyar (Rp 6 ribu triliun) dalam sepuluh tahun terakhir.
      Baik di negara berkembang, termasuk kita, Indonesia dan negara maju seperti Amerika Serikat adalah mengatasi atau mencari dana untuk penanggulangan bencana tersebut. Persoalan dimulai dengan bagaimana cara menghitung secara tepat kerugian yang ditimbulkan bencana alam.
      Kemudian dilanjutkan dengan bagaimana mencarinya? Seberapa besar APBN harus dikeluarkan untuk bencana. Tak lupa, dana penanggulangan bencana itu sendiri kemudian dikorupsi oleh oknum oknum yang tak bertanggung jawab.
      Di buku yang penulis beri judul ""Hurricane Damage on Coastal Infrastructures," sebenarnya merupakan hasil penelitian dan pengkajian tentang metode (model matematika) apa yang paling tepat untuk mengestimasi bencana alam, khususnya hurricane di suatu titik (lokasi). Kemudian bagaimana manajemen pengelolaan bencana harus dilakukan. Tentu saja dibahas juga bagaimana agar dana "recovery" tak dikorupsi.
Publikasi di Amazon
      Buku ini sengaja dipublikasi di "Amazon Kindle" dengan beberapa alasan. Pertama, gratis, tak bayar. Kedua marketingnya seluruh dunia dengan potensi calon pembeli milyaran jiwa. Dan terakhir adalah mendapatkan persentase "royalty" yang tinggi.
      Saya punya tiga rekening bank di tiga negara yang masih aktif, yaitu Amerika Serikat (Chase), Denmark (Den Danske Bank) dan Jepang (Fukuoka bank). Saya memilih memakai rekening bank Amerika Serikat.
      Memakai rekening bank Amerika, berarti "royalty" dalam dolar. Untuk buku edisi e-book (ASIN: B0779L4KZJ), didapat royalty sebesar 70% dari harga buku US$9.99 (Rp 130 ribu). Sedangkan buku yang edisi "paperback" dijual dengan harga US$17.99 (Rp 210 ribu), mendapatkan "royalty" sebesar 60%. Sangat tinggi jika dibandingkan dengan "royalty" hanya 15% di tanah air.
      Memakai rekening Amerika berarti juga pajak penghasilan yang rendah, sebesar 15% (tergantung besarnya penghasilan). Bandingkan pajak penghasilan yang minimal 50% di Denmark, dan Jepang bisa di atas 15%.
      Meskipun memakai rekening Amerika dan bayar pajak Amerika, tapi 8% dari 15% pajak Amerika tersebut untuk Indonesia. Ada perjanjian pajak antara Amerika dan Indonesia yang mewajibkan masing masing warga negara untuk berkewajiban membayar pajak negaranya dalam persentase tertentu.  Â
     Â
Dibaca Saja Dapat Uang
      Selain "royalty" tinggi, publikasi di "Amazon Kindle" sangat unik. Ada istilahnya "KDP Global Fund."  Ini adalah dana yang diberikan untuk penulis berdasarkan jumlah halaman buku penulis yang dibaca siapa saja.
     Artinya selain dapat "royalty" karena penjualan buku, penulis buku juga dibayar kalau bukunya dibaca, dibaca perhalaman. Hitungnya adalah "nilai hit," dimana semakin banyak halaman buku di-hit pembaca, maka semakin besar bayaran yang penulis dapatkan.
       Uang "KDP Global Fund," disediakan tiap bulan, jumlahnya berbeda beda tiap bulan, tergantung sponsor. Misalnya untuk bulan Mei 2017, besar dana US$ 10 juta (Rp 130 milyar), sedangkan bulan September 2017 adalah sebesar US$ 19,5 juta (Rp 260 milyar).  Â
      Untuk mempermudah hitungan, misalnya dana KDP Global Fund yang tersedia US$ 10 juta (Rp 130 milyar). Seandainya buku anda yang tebalnya 100 halaman, cuma dibaca satu halaman (halaman pertama) oleh 100 orang, maka anda dapat US$ 10 (Rp 130 ribu).
      Di Kompasiana, ada penulis yang artikelnya (Terpopuler) di-hit oleh rata rata 2 ribu pembaca setiap hari. Dalam sebulan ada sekitar 60 ribu hit. Nah, kalau di "Amazon Kindle," beliau bisa dapat US$6 ribu (Rp 78 juta) sebulan. Luar biasa. Ayo menerbitkan buku di Amazon Kindle !! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H