Mohon tunggu...
Tanza Erlambang
Tanza Erlambang Mohon Tunggu... -

# Ever stay in several countries, and stay overseas until currently. ## Published several books, some of them are: Hurricane Damage on Coastal Infrastructures (ISBN: 978-19732-66273) dan Prahara Rupiah (ISBN: 979-95481-1-X)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Awas, "Kaspersky" "Hack" File Anda

14 Oktober 2017   09:15 Diperbarui: 14 Oktober 2017   09:36 2070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaspersky Lab, perusahaan Cyber Security dan produsen anti-virus software, diduga merupakan "tangan" intelejen Rusia, SVR RF. Perusahaan IT ini telah berhasil mencuri dokumen dengan kategori "classify" (rahasia) dari sejumlah institusi di Amerika Serikat seperti departmen "Homeland Security" dan National Security Agency (NSA).

Tak hanya dokumen negara, tapi data pribadi sejumlah calon kepala negara di benua Eropa dan Amerika Serikat yang "anti" Kremlin, juga diduga telah di"hack," kemudian di-upload di Wikileak. Sehingga menguntungkan politisi yang pro-Rusia.

Menurut Intelijen Israel, cara Kaspersky Lab mencuri "dokumen rahasia" diantaranya adalah melalui software program anti-virus yang dijual kepada klien. Software tersebut ternyata bisa men-scan dokumen dan bisa pula memecah kode rahasia penyimpanan data di komputer klien (silahkan baca di sini 

Saya sendiri pernah memakai software anti-virus Kaspersky. Sebagai uji coba, saya pakai yang "free," gratis, bisa di download dari internet. Kalau bagus, saya berencana untuk beli yang edisi termurah, sekitar US$ 19.18 (Rp 270 ribu). Sebulan pertama internet saya lancar lancar saja.

Masuk bulan kedua, tiba tiba ada pesan di layar komputer: "Alert. Your computer infected by virus." Sayapun disuruh menghubungi nomor telephone yang dikasi. Beberapa hari kemudian, ada pesan bahwa saya melakukan tindakan kriminal. Sebelum dilaporkan ke pihak berwajib, saya harus menghubungi telephone yang sama sebelumnya.

Akhirnya, saya memutuskan untuk "mendelete" software anti-virus Kaspersky. Dan kembali berlangganan "internet security" dari perusahaan komputer service (Webroot Secure Anywhere), sebesar US$ 25 (sekitar Rp 300 ribu) per-tahun. Didapat melalui Google.

Perusahaan Kaspersky  

Kaspersky Lab adalah perusahan swasta, didirikan oleh 4 orang Rusia yaitu Eugene Kaspersky, Natalya Kaspersky, Alexey De-Monderik dan Vadim Bogdanov pada tahun 1997, 20 tahun lalu. Perusahaan bermarkas di Moscow. Kemudian memiliki holding company yang beroperasi di London, Inggris.

Perusahaan berkembang pesat, sekarang memiliki kantor regional di beberapa negara, diantaranya adalah  Dubai, UAE; Istanbul, Turkey; Mexico City, Mexico; Midrand, South Africa; So Paulo, Brazil; Singapore; Woburn, Massachusetts, USA.

Software yang diproduksi dipakai oleh sekitar 400 juta klien (pemerintah, swasta dan individu) di lebih 100 negara, tersebar merata di dunia. "Revenue" yang diperoleh tahun lalu, 2016 sebesar US$ 628 juta (sekitar Rp 8,2 triliun), sehingga menempatkan perusahaan Kaspersky sebagai perusahaan IT rangking 4 dunia.  

Waspada Nasional

Departemen "Homeland Security," Amerika Serikat "menuduh" Kaspersky Lab tak lain adalah payung intelijen Rusia. Selain meng-"hack" dokumen rahasia, perusahaan "cyber security" ini berperan aktif dalam perang sosmed saat pilpres dan pemilu legeslatif Amerika Serikat tahun 2016 lalu. Karena bersiko tinggi terhadap keamaan nasional, akhirnya dilarang beroperasi di Amerika Serikat sejak bulan September, 2017.

Sampai saat ini, penyelidikan terus dilakukan sejauh mana Kaspersky Lab "mengaduk aduk" sistem informasi Amerika. Juga apakah ada aktor intelektual lain atau sejauh mana warga Amerika direkrut untuk berperan aktif mempengaruhi opini publik. Sambil penyelidikan berjalan, semua produk software Kaspersky Lab di-"delete" di semua komputer milik pemerintah. Kemudian, swasta dan individu juga diimbau untuk melakukan hal yang sama.

Tak diketahui apakah perusahaan Kaspersky atau anak anak perusahaannya juga beroperasi di Indonesia. Apakah lembaga pemerintah memakai software produk Kaspersky, juga tak ada informasi pasti.

Bukan tak mungkin Kaspersky Lab atau perusahaan sejenis sudah melakukan berbagai operasi intelijen di tanah air untuk membangun opini publik dengan cara meng"hack" dokumen dokumen penting, kemudian dikeluarkan pada saat yang tepat. Misalnya saat menjelang pilpres dan pemilu 2019 nanti. Sehingga menguntungkan pihak pihak tertentu. Waspada !!

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun