[caption caption="Potongan tempe yang dibeli di Aarhus, Denmark (Foto pribadi)"][/caption]Karena mewahnya, tempe dijual dalam gram di Aarhus, Denmark. Harga dalam bungkusan 400 gram “mentah” adalah DK 25 (setara dengan Rp50.365 – lima puluh ribu rupiah lebih). Kalau sudah dijual di restoran dalam sajian yang disebut “barbecue tempeh” atau “Cheesesteak tempeh” harganya bisa sampai DK 120 (Rp 250 ribu).
Menu tempe yang dijual di restoran, ukurannya cuma separuh dari yang dijual mentah, yaitu 200 gram. Artinya, satu gram tempe seharga Rp 1.250 (seribu dua ratus lima puluh rupiah). Uang sejumlah DK 120, bisa beli daging ayam potong yang sudah bersih (tanpa tulang sama sekali atau daging bagian dada) yang beratnya 10 kali (2 kg).
Tempe, bukan hanya mahal, tapi juga tidak tersedia setiap saat, karena harus diimpor, sehingga “stock” selalu kosong. Impor umumnya dari Belanda. Menurut penjual di Asian Shop maupun Far Eastern Shop, tempat saya biasa belanja, akhir-akhir ini sudah bisa diimpor dari Jerman dan Swedia. Di sana, perusahaan pembuat tempe biasanya berkaitan dengan organic food atau vegetarian food. Di Denmark sendiri, setahu penulis belum ada yang mencoba membikin tempe. Mungkin, karena tak ada yang jual ragi tempe. Kalau bahan baku kacang kedele sangat mudah ditemui.
Beda dengan tempe, produk tahu sangat gampang dicari. Tahu memang bukan asli Indonesia, tapi berasal dari Tiongkok. Di Denmark, tahu disebut “tofu”. Semua toko Asia menjualnya dan tersedia setiap hari. Ada keluarga Indonesia pernah mencoba membuat tahu untuk konsumsi sendiri atau disuguhkan saat kumpul kumpul bareng.
Toko Asia milik orang Vietnam bahkan menjual tahun goreng dibungkus dalam kantong plastik berat setengah kilo gram (kg). Harganya lumayan “murah”, hanya sekitar setengah dari harga tempe mentah dengan berat yang sama.
Menu Tempe
[caption caption="Tempe yang dibuat dengan nama “cheesesteak” (Foto pribadi)"]
Orang Denmark menyebut tempe adalah tempeh, ada huruf “h” di belakang kata tempe. Mungkin Anda bertanya-tanya siapa konsumen tempe di Denmark? Pertama, tentu saja orang Indonesia (dan turunannya), kedua orang Malaysia (dan turunannya), ketiga mereka yang menyukai makanan sehat (organic food) dan keempat adalah para vegetarian.
Vegetarian, seperti yang kita ketahui adalah diet tanpa daging. Di Kota Aarhus, ada sekitar 80 keluarga yang menyebut diri mereka vegetarian. Orang-orang vegetarian ini membentuk sebuah organisasi. Ada acara kumpul-kumpulnya untuk saling berbagi info tentang dunia vegetarian.
Ada salah seorang vegetarian yang saya kenal baik, sebut saja Lisbeth namanya, mengaku “mencintai” tempe karena punya pacar orang Indonesia (tentu saja bukan saya). Lisbeth adalah warga negara Amerika Serikat yang menjadi “expatriate” di Kota Aarhus. Beliau memberikan resep membuat “Cheesesteak tempeh” untuk saya coba. Resepnya sebagai berikut:
1/4 gelas cuka (balsamic vinegar)
2 sendok saus jamur (mushroom sauce)
2 sendok kecap (soy sauce)
400 gram tempe mentah
1 - 2 iris tipis bawang bombay
1 - 2 iris tipis bell pepper (paprika)
10 ons jamur (dipotong potong seperlunya)
Minyak zaitun secukupnya
Keju secukupnya (cheese)
Hasil “cheesesteak” bisa dilihat seperti foto di atas. Menggiurkan bukan? “Cheesesteak” ini bisa dimakan begitu saja, tanpa apa-apa. Orang Denmark, biasanya makan pakai “baguette” (roti Perancis yang ukurannya panjang).
Silahkan dicoba!