HELLO EVERYONE!!!
Aku Nurhaerunnisa, salah satu mahasiswa pertukaran atau PMM yang berasal dari Universitas Negeri Makassar. Salah satu kebanggaan bagi saya dapat diterima di UPI untuk pertukaran mahasiswa ini selama satu semester. Saat ini saya berada di tingkata semester 6, meskipun pada awalnya saya merasa ragu untuk lanjut mengikuti pertukaran mahasiswa ini, karena saya takut tidak dapat lulus dengan cepat soalnya banyak teman-teman seangkatan saya yang telah melakukan Seminar Proposal sedangkan proposal saya belum rampung... HEHE sedikit curhat mengenai kegalauan saya ya pemirsa-pemirsa dan doakan saya semoga habis PMM ini bisa cepat-cepat proposal... jamaah bilang apaa? AAMIIN...
Oke perkenalan nya cukup sampai disini, sekarang kembali ke topik utama. Jadi di PMM itu ada pembagian kelompok, nah di UPI ini ada 19 kelompok yang setiap kelompoknya terdapat 25 orang. Aku mendapatkan kelompok 13 dan merasa beruntung dapat menjadi bagian dari kelompok 13 asekk... Di kelompok 13 dosen modul kami panggil saja Pak Essa. Pak Essa sangat baik dan easy going begitu pula dengan LO kami yang cantik dan tamvan, Kang Seno dan Teh Deti, mereka sangat membantu kami dan sangat informatif, lop u guys REAK(nama kelompok kami) YES YES HORE...
Singkat cerita pada hari minggu tanggal 18 Februari 2024 kegiatan modul nusantara pertama kami dimulai yeayy, jadi kegiatan modul nusantara itu seperti menjelajahi sejarah, adat ataupun warisan yang terdapat di tempat kami melakukan pertukaran. Intinya apa? YUP jalan-jalan!! Tapi jangan salah, tidak hanya jalan-jalan tapi juga belajar tentu saja.
Lanjutt... pada kegiatan modul nusantara pertama kami mendatangi Taman Hutan Raya , Ir. H. Djuanda Kota Bandung.Â
Baik... aku bakalan cerita perjalanan dan pengalaman yang aku dapatkan pada saat ke Tahura atau Taman Hutan Raya, check it out!!!
Jadi sekitar pukul 8 pagi kami berangkat ke Tahura, menaiki grab secara berkelompok, perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit dari hotel Augusta ke Tahura. Sesampainya disana kami berkumpul di depan pintu gerbang duduk melingkar untuk mendegarkan beberapa penyampaian dan wajengan dari Pak Essa dan LO kami. Aku sendiri disana langsung bertemu dengan bestieku Elsa namanya asek... saat duduk melingkar di tengah-tengah terdapat risol dan onde-onde (aku lupa namanya tapi di Makassar kami mengenalnya dengan nama onde-onde), Alhamdulillah terimakasih Pak Essa dan LO ku, tau aja aku belum sarapan sama sekali. Setelah beberapa penyampaian dan Kang Seno telah selesai membeli tiket akhirnya kamipun berjalan masuk ke tahura. OH IYA fyi tiketnya itu di bandrol 9.000 rupiah per-orang.Â
Kalau kalian pernah ke Makassar dan pernah mengunjugi Malino, nah Tahura ini vibes nya sangat mirip dengan Malino. Saat masuk kita disuguhi dengan pemandangan pohon pinus yang banyak, seperti di Malino. Tapi menurutku di tahura tidak begitu dingin, singkat cerita kami masuk dan mulai berjalan. Pertama kami melewati jembatan dan mulai menyusuri jalan, kami juga banyak berhenti-berhenti karena kang Seno membawa kamera jadi kami harus selalu tampil bersinar ehe. Kami di instruksikan untuk berjalan berdua jadi aku selalu bareng sama Elsa. Pada awalnya aku sangat bersemangat berjalan, karena di kiri pemandangan pegunungan dan hutan yang sangat asri begitu indah, di sebelah kiri pun banyak berjejer penjual jagung bakar, gorengan dan kelapa muda tapi tahan Nisa jangan gelap mata. Setelah berjalan sekitar 10 menit aku mulai capek, begitulah remaja jompo yang jarang berolahraga. Selama di jalanan kami berulang kali di peringatkan agar tidak membawa kresrekan karena akan ada banyak monyet nanti. Setelah berjalan beberapa menit akhirnya kami sampai di goa Jepang. Saat memasuki goa Jepang yang terlihat adalah kegelapan dikarenkan di dalm goa tersebut tidak terdapat sama sekali lampu ataupun penerangan lainnya, namun jangan khawatir karena di luar ada banyak orang yang menyewakan senter mereka. Kami memakai senter hp kami untuk menyusuri goa Jepang. Baik, aku akan sedikit mereview goa jepang tersebut, selain gelap goa Jepang cukup luas dan saling berhubungan, seperti labirin lantainya juga dibuat dari baru-baru kecil yang disusun denga rapih. Setelah puas melihat-lihat dan berfoto-foto akhirnya kamipun keluar dari goa Jepang.
Oh ya, setiap menjelajahi tempat-tempat di Tahura Pak Essa akan mengumpulkan kami dan kami akan menghitung satu per satuu untuk memastikan bahwa tidak ada yang menghilang tanpa kabar hiks. Setelah di pastikan bahwa kami lengkap, kami mulai lanjut jalan lagi menuju goa Belanda. FYI again jalanan di tahura itu mendaki jadi kaki bakalan capek banget. Setelah berjalan dan melihat monyet di sebelah kanan dan kiri akhirnya kami sampai ke goa Belanda. Nah, ternyata goa Belanda itu seperti jalan pintas kata Pak Essa, karena ujung seberang goa Belanda itu tembus ke sisi gunung sebelahnya. Kalian ngerti gak? Iyain aja yaa. seperti bias setelah berfoto-foto kamipun berjalan memasuki goa Belanda, Pak Essa meminta kami berjalan berpasangan dan bebas untuk menyusuri goa tersebut karena setiap jalan di goa itu akan tembus ke jalan yang sama, kami juga di beri waktu 20 menit utuk menyusuri goa tersebut. Setelah masuk kedalam kami mulai berpisah-pisah, di dalam goa Belanda itu lumayan sempit dan ada rel kereta, gelap juga tentu saja tapi karena ramai maka lumayan terang akibat cahaya senter dari orang-orang yang ada. Aku bersama dengan Elsa mulai melihat-lihat isi goa tersebut dan tebak apa? Kami adalah yang pertama keluar hehehe... Akhirnya kami duduk di kursi yang ada di luar goa sembari menunggu yang lain. Beberapa menit kemudian yang lain mulai bermunculan. Tiba-tiba Teh Deti, Azizah dan Putri lari tergesa-gesa dari goa, ternyata mereka mengejar salah satu youtuber terkenal saat ini yaitu Jurnalisa, wow mereka sangat aktif dan bersemangat. Singkat cerita kami kembali berkumpul di depan goa dan mulai berhitung lagi.Â
Kami melanjutkan perjalanan menuju Penangkaran Rusa, jalanan menuju penangkaran rusa cukup jauh dan lumayan menanjak sehingga remaja jompo ini merasa lelah dan istirahat sejenak di tengah perjalanan. Kami melewati bendungan atau perairan yang ada di Tahura disana juga ada penangkaran lebah yang cukup banyak. Setibanya di penangkaran rusa terdapat banyak wortel yang digunakan untu memberi makan rusa-rusa yang comel tersebut. Kami tinggal untuk memberi makan dan berfoto bersama rusa-rusa yang ada. Cukup lama kami disana sehingga memutuskan untuk kembali di persimpangan jalan tempat kami beristirahat. Setelah sampai di persimpangan kami memutuskan untuk membentuk menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok berkaki tangguh dan kuat yang akan lanjut naik ke atas sejauh 800 meter untuk melihat batu batik sedangkan kelompok kedua adalah kelompok comel jompo yang sudah tidak sanggup naik. YEAH aku termasuk ke kelompok kedua bersama Elsa dan kami memutuskan untuk kembali bersama Kang seno, sedangkan kelompok pertama bersama Pak Essa dan Teh Deti memutuskan untuk berjalan naik ke batu batik.Â