Mohon tunggu...
Terkabul
Terkabul Mohon Tunggu... -

Hanya orang biasa.. Saya adalah Penumpang busway, Commuter Line, KRL Ekonomi, Metromini, Kopaja, dan Angkot.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia, Bentuknya sama... Kok Tuhannya Beda?

22 September 2013   14:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:33 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalau Tuhannya berbeda, tentu ada banyak Tuhan. Kalau Tuhannya banyak, tentu ciptaanNya akan berbeda-beda bentuknya, yang gendut, yang kurus, tinggi, pendek, dst. TOLONG TUNJUKKAN SIAPA CIPTAAN TUHAN YANG MANA!?” (SMS Mas Bambang)


Saat ada orang yang mengatakan “Kamu Tuhannya Berbeda!”. Orang itu menyatakan dirinya dari agama tertentu, yang tidak perlu dijelaskan disini. Dan orang itu sedikit banyak sudah mengajarkan "Kebencian" kepada sesama manusia. Padahal, Agama dan Tuhan selalu mengajarkan untuk berbagi cinta kasih sayang kepada sesama manusia.

Saat kita keluar dari sisi "Kemanusian" yang lebih mengutamakan unsur hati dan rasa, lalu menuju ke sisi "Logika" yang lebih mengutamakan unsur otak dan berhitung, maka yang terjadi adalah kesemrawutan seperti keadaan sekarang ini. Dengan mengabaikan sisi ini, maka dunia akan kacau-balau, terorisme timbul di mana-mana seperti sekarang ini.

Manusia harusnya bisa menjadi manusia, bukan menjadi seorang Hakim. Karena Hakim sebenarnya adalah Tuhan. Beliaulah yang berhak menentukan Si A salah atau benar.

Selama kita masih bernafas di udara yang sama, menapak di bumi yang sama, menatap birunya langit yang sama, dan meminum air yang sama, kenapa kita harus saling merasa Paling Benar?? Merasa Golongan Paling Benar.

Bukankah seharusnya.. Manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan cinta kasih sayang. Cintai Tuhan-mu, Kasihi Sesama Manusia dan Sayangi Alam tempat kita hidup dan dikuburkan nantinya.

**. Saya pribadi adalah seorang muslim, menjalankan sholat dan membaca Al Qur'an. Hidup rukun dengan beberapa manusia-manusia lain yang ber-etnis dan agama beda dalam kantor yang sama, dengan menu makan yang sama, dengan udara yang sama, dengan air galon yang sama, dengan udara yang sama. Dan saya percaya.. Saat kami bercanda bersama, Tuhan pun tersenyum melihat apa yang sedang kami lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun