Mohon tunggu...
Terkabul
Terkabul Mohon Tunggu... -

Hanya orang biasa.. Saya adalah Penumpang busway, Commuter Line, KRL Ekonomi, Metromini, Kopaja, dan Angkot.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintah atau Saya yang Sakit?

22 September 2013   18:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:32 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13798501581585551490

Ada seorang pemuda bernama Tono yang sudah cukup umur, dia dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena berperikelakuan kurang dari pemuda seumur. Sejak kecil Tono senang bermain ketapel (sebatang kayu yang dipahat, diberi tali karet, dan pelontar batu dari kulit, untuk berburu burung). Pada mulanya si orang tua berfikir hal ini adalah hobi, hobi berburu burung. Tetapi kebiasaan ini terus berlanjut sampai berumur 20-an tahun, kemana-mana membawa ketapel yang digantungkan di leher, membawa batu, dan terus mencari burung sebagai buruan. Hal yang diluar kebiasaan… Tono kemudian dimasukkan ke rehabilitasi, RSJ. Bertahun-tahun dia diberi terapi pengobatan, pendidikan ketrampilan, dlsb., sampai satu saat terlihat Tono mulai melupakan ketapelnya, semua perawat, dokter, psikolog merasa senang dengan kemajuan si pemuda, mereka meneruskan pengobatan dan pendidikan untuk beberapa tahun kemudian. Setelah dirasa cukup, dan Tono dianggap dapat kembali ke kehidupan bermasyarakat yang normal, maka diputuskan untuk memberikan sedikit ujian untuk mengetahui apakah dia sudah benar-benar waras. Untuk itu dilakukan sedikit wawancara. Begini wawancaranya: Psikolog: “Apakah anda sudah siap terjun ke kehidupan bermasyarakat seperti orang-orang lain?” Tono: “Ya” P: “Apa yang akan anda lakukan?” T: “Ah saya ingin bekerja!” P  “Lalu” T: “Saya akan mencari pekerjaan” P: “Wah bagus, lalu?” T:. “Saya akan menabung” P: “Bagus, lalu?”. T: “Saya akan mencari pacar yang cantik, sexy, rajin, pintar masak…..” P: “Bagus…bagus, lalu?” T: “Saya akan ajak dia menikah.” P: “Terus bagaimana?” T: “Ya, saya nikahi dia, saya bikin pesta besar, dan ……” P: “Terus…terus “ T: “Malam pertama, saya akan tidur bersama istri saya itu, ….” Psikolog sudah tidak tahan lagi: “Lalu !?” T: “Saya buka bajunya, saya buka kainnya ….” P: “Terus…?” T: “Saya buka BH-nya, saya raba-raba dia….” P: “Ya… lalu gimana?” Psikolog sudah tidak tahan ingin mendengar akhir cerita si Tono. T: “Saya buka celana dalamnya, …..” P: “Lalu!?” Psikolog semakin penasaran dengan kemajuan si Tono. T: “Saya ambil karet celana dalamnya, saya bikin ketapel…hehehe hihi haha.” Masih gila dia…… masuk lagi. Psikolog, dokter, perawat, dan semua yang ada merasa kecewa berat akan hasil wawancaranya, ternyata terapi pengobatan yang sudah lama dilakukan tetap belum memberikan hasil yang diharapkan. (saya tidak tahu sapa yg bikin lelucon ini..)

Jakarta: Upaya Pemerintahan Presiden Susilo Bambang  Yudhoyono dalam pemberantasan korupsi dan mafia hukum sudah on the track  atau berada pada jalurnya. Hal ini ditegaskan Sekretaris Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum DPP Partai Demokrat  Carrel Ticualu di Sekretariat DPP-PD,  Graha Kramat VII, Jakarta, Jumat (11/1)." dikutip dari websitenya Demokrat.go.id

SBY sudah mengupayakan pengobatan untuk Pemerintahan di negeri ini.. Mulai dari pengobatan bidang Hukum sampai membuat KPK profesional, independen. Saya sebagai warga yang punya NPWP kan berhak mengetahui, apakah Pajak yang saya setor yang dipotong dari gaji saya tiap bulan disalurkan dengan benar? Atau hanya dimakan Tikus?? Tapi apa iya?? Pemerintahan kita sudah sembuh?? Atau memang sudah sembuh, tapi hanya sampai saat “celana dalamnya dibuka”,???  Dan ternyata belum sembuh kebiasaan lama, “ambil karetnya… bikin ketapel!!!”. Hahahahaha.. Salam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun