Saya tidak pakar mengenai masalah ekonomi, juga kurang mengerti teori-teorinta yang rumit-rumit. Jadi pemberitaan tentang daya beli masyarakat yang menurun beberapa minggu yang lalu tidak begitu menarik perhatian saya. Atau setidaknya hanya garis-garis besar beritanya saja. Pun saya juga malas ikut memikirkan analisis para pakar dan memperdebatkan hal-hal yang hanya berkisar pada wacana dan teori, tidak berupa tindakan pelakasaan pemecahan masalah.
Tetapi hari-hari ini pemberitaan tentang daya beli tersebut terus terngiang, meski tidak detil permasalahannya. Ialah kehidupan itu sendiri yang memutar arah kepala ini.
Ketika bercengkrama dengan seorang kerabat di gubuk peternakan bebek saya. Saya berucap, "harga bebek semakin turun, dan yang ini umur 40 hari lebih belum ada tengkulak yang mau ngambil." Dia menanggapi, "iya.. memang apa-apa sekarang kendor, orang jualan jajan keliling pun mengeluh, katanya anak-anak sekarang sedikit yang jajan."
Kemudian cerita masalah ini masib berlanjut ketika berbincang-bincang di rumah dengan ibu. Mungkin karena gosip yang beredar atau yang lain. Ia bercerita seseorang yang berjualan di tempat pariwisata baru di desa kami yang sehari memperoleh Rp 7000. Bayangkan, hanya Rp 7000..! Dan kerena itu, oleh keluarganya ia disuruh berhentu saja.
Kalau ingin mengorek contoh-contoh serupa yang tidak sama, mungkin akan sangat banyak. Intinya kita atau kami sedang dan masih mengalami masalah yang mungkin disebut daya beli masyarakat turun tadi. Dan setiap permasalahan butuh solusi. Secara mikro atau makro, solusi tersebut adalah berbenah. Banyak instrument yang terlibat dalam pembenahan ini. Kami melakukan pembenahan kualitas. Dan tentu saja, instrument terbaik untuk pembenahan ini adalah penguasa.
Bapak Ibu penguasa yang kami hormati, "tolong lakukan sesuatu..!" atau "please.. do something!". Sekiranya telah ada beberapa hal yang dilakukan atau rencana yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini, "please.. do it harder and faster!". Kami menjerit dengan keadaan seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H