Tiba-tiba napas tergopoh-gopoh menarikku. "Gung.. gempa.. gempa..! ayo cepat bangun keluar..!"
Aku bangun dan sadar. Kali ini benar-benar panik. Sekuat tenaga kulangkahkan kaki dengan cepat berlari keluar bersama Sulawi yang tadi menarikku. Berlari di antara goncangan. Kudapati teman-temanku tertawa menatapku yang tergopoh-gopoh memegang tiang mengikuti mereka. Tapi masih tidak bisa dipungkiri saat itu kupandang wajah-wajah ketakutan di mata mereka.
Setelah getaran itu selesai. Napas lega keluar dari mulut-mulut kami. Tak terkecuali diriku.
"Gila lu.. gak bangun, gua aja langsung kalang kabut tadi.." Arga mencocor pertanyaan kepadaku.
"Untung gak ada yang runtuh.." Sulawi menyusul dengan kelegaan di mukanya.
"Busseeet... sumpah lama banget..! padahal cuman berapa detik tadi..? Gila.. Sumpah.. terasa banget..! " Angga ikut menimbrung berkata.
"Eh.. Sul.. cepet lihat dimana pusat gempa..! jangan-jangan di rumah gue..?" Jumanto menyuruh Sulawi membuka smartphonenya.
Kami berlima berdiri bersandar di pagar teras. Sementara ku cuma terdiam memandangi mereka satu persatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H