Mohon tunggu...
Teresia Simbolon
Teresia Simbolon Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari Kebijaksanaan

Kamu adalah kreasi dan proyek terbesar Sang Penciptamu

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tetap Setia Lakukan "Habitus 5 M" Sambil Tunggu Giliran Divaksin

29 Januari 2021   08:24 Diperbarui: 29 Januari 2021   11:55 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sesawi.net/selama-dan-setelah-pandemi-covid-19-para-uskup-serukan-habitus-baru/

Kabar sukacita, vaksin yang telah lama ditunggu kedatangannya telah tiba di tanah air. Meski persediaan vaksin masih terbatas bila dibandingkan dengan jumlah  masyarakat Indonesia. Walau demikian, sudahlah tepat sasaran bila orang-orang yang diprioritaskan untuk menerima vaksin pertama-tama adalah tenaga medis dan orang-orang yang banyak berkancah melayani publik. Giliran masyarakat luas menyusul kemudian.

Disayangkan memang bahwa sebelum vaksin tiba di tanah air, video atau berita tentang hal terburuk dari vaksin sudah terlebih dahulu menyebar di media. Hal inilah yang menyebabkan ada keraguan dalam hati banyak orang mengenai keputusan pribadi untuk menerima vaksin atau tidak. Bahkan banyak yang menolak. 

Bila dilihat dari sudut pandang lain, timbul keraguan akan sesuatu hal, itu pertanda baik. Mengapa baik? Pikiran yang ragu menandakan bahwa ada pertimbangan di dalam pikiran yang memicu seseorang untuk mencari tahu, persisnya apa dan bagaimana suatu hal. Jika ragu untuk di vaksin, itu juga baik. Itu artinya ada sesuatu di dalam vaksin yang perlu dipelajari, ditelaah dan dicari kegunaannya untuk diri manusia. Mencari apa untungnya jika menerima vaksin, dan kerugian jika tidak mau menerima vaksin. Sejauh ini, pusat informasi Covid 19 mengungkapkan bahwa adalah  lebih besar keuntungan dari vaksinasi jika dibandingkan resikonya. Keputusan menerima vaksinasi itu mirip juga dengan keputusan untuk beli saham atau keputusan berinvestasi, yakni pertimbangkan keuntungan dan pertimbangkan kerugian di kemudian hari. 

Keluarga adalah sekolah pertama dan guru pertama dalam kepercayaan dan keyakinan. Jika di keluarga-keluarga berhasil menjelaskan apa untungnya menerima vaksin kepada keluarga mereka sendiri, maka mudah untuk anak-anak memahami untuk apa ada vaksin. Anak-anak tidak takut lagi mendengar vaksin, atau takut  di suntik (teristimewa anak yang fobia suntik). Jika setiap kita siap divaksin, itu sebuah pertanda kecintaan pada diri sendiri, pada keluarga dan juga pada negeri tercinta.  Karena jika setiap keluarga sehat, maka Indonesia juga sehat. Bukankah Indonesia ini terdiri dari keluarga-keluarga pencinta?

"Usahakanlah jangan sampai kena Covid 19, sebab lebih besar efek penyakit dari pada efek konsumsi obat!" Kata dr. Leonard0 Permana dalam sebuah Webinar 26/01/2027, dengan tema  Kendalikan stroke Resiko Stroke Dampak Pandemi Covid 19. Nasehat dan himbauan mendesak ini menegaskan pentingnya perlindungan diri terhadap Covid 19. Jangan sampai menyesal dikemudian hari oleh karena keraguan untuk divaksin menjadi penguasa dalam diri sendiri. 

Tentunya sudah sejak awal diserukan oleh pemerintah bagaimana cara melindungi diri sendiri dari Covid 19. Awalnya  melakukan protokol kesehatan dengan 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Hal ini  di nilai efektif sebagai langkah untuk melindungi diri dari Covid 19. Namun saat ini banyak  ahli menilai bahwa 3M itu tidak memadai lagi. Perlu ditambahkan 2M agar perlindungan diri benar-benar efektif, yaitu Menjauhi Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas. Berarti habitus (kebiasaan)  5 M yang mesti dilakukan dengan setia adalah Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, Mengurangi Mobilitas. Habitus baru ini  perlu diterapkan untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang yang kita kasihi.  

Sembari dalam penantian akan vaksin, besar harapan kepada pemerintah  semoga senantiasa setia dan bijaksana dalam membuat keputusan untuk Indonesia. Memperhatikan dan mencari cara yang terbaik agar semua masyarakat Indonesia segera dapat vaksin. 

Bagi mereka yang telah menerima vaksin, seperti Bapak Presiden dan Orang-orang lainnya, minggu ini adalah minggu kedua. Meskipun mereka telah menerima vaksin, mereka tetaap melakukan protokol kesehatan habitus 5M. Demikian kiranya bagi masyarakat yang belum dapat giliran untuk divaksin, tetaplah setia melakukan habitus 5M, sembari menunggu giliran. 

Fransiskus dari Asisi (1181-1182), seorang revolusioner pada abad pertengahan mengatatakan, "mari kita memulai lagi, karena sampai hari ini kita belum berbuat apa-apa" . Setiap pagi adalah awal tantangan dan ujian pada diri sendiri, apakah sanggup setia melakukan protokol kesehatan ala 5M. Jika gagal melakukan kebiasaan 5M hari ini, ulangilah lagi besok.  Jika sudah berhasil hari ini, tetaplah lanjutkan melakukannya di hari esok. Jika kita mampu melakukan ini kita disebut orang-orang hebat dan orang-orang bijaksana. Hebat karena dapat mendisiplinkan diri dan mencintai diri. Bijaksana karena dapat memutuskan apa yang terbaik untuk kesehatan diri sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun