Manusia dan hewan pada dasarnya sama. Keduanya memiliki kesamaan. Pertama, dalam biologi, manusia adalah hewan, memiliki sel, jaringan, organ, sistem organ! Dalam psikologi, manusia memilki jiwa dan karakter! Tapi jangan salah hewan pun memiliki hal ini. Coba kita perhatikan baik-baik pagi penyayang dan pemilik binatang. Jika kita memiliki anjing atau kucing, atau binatang peliharaan yang sejenis dalam jumlah lebih dari 3 atau jamak, maka perhatikanlah dengan seksama! Tiap individu dari spesies atau jenis itu memiliki karakter dan jiwa massing-masing yang berbeda! Pengalaman saya memelihara kucing, walaupun tidak semahir ibu saya, kucing pun memiliki karakter yang berbeda. Ada yang kucing pemalu, ada kucing preman, dan ada kucing pencuri. Karakter itu terlihat dari mereka sejak kecil dan menetap hingga dewasa. Manusia pun demikian!
Kedua, manusia dan hewan dapat berubah perilakunya dengan pelatihan. Otak mereka sama-sama berfungsi untuk berpikir, sehingga dengan pelatihan, ada informasi yang disimpan di kepala atau otak, diproses sehingga terbentuk perilaku. Jika proses ini terjadi berulang-ulang, maka perilaku ini pun akan menetap. Jika manusia, sudah tidak dapat dibantah laagi, salah satu bentuk pelatihan adalah di sekolah. Siswa yang tadinya tidak tahu, tidak mampu, diberi pelatihan, akhirnya menjadi tahu, dan mampu atau memiliki keterampilan. Jika binatang bagaimana? Lihat saja bagaimana para aktor binatang di sirkus atau kebun binatang! Itulah hakekat, bahwa binatang pun dapat dilatih seperti manusia.
Menurut Arnaldi (2011 hal. 170), manusia memiliki 8 level atau tingkatan proses kognitif, yaitu:
- Concentration: target increase self monitoring by maintain concentration with control emotional and cognitive process, as motorist coordination, motivation, attitude, focus attention, maintain concentrate, technical reading, speed reading.
- Memory : capability to maintain vocabulary in memory as recognize and recalling
- Comprehension : communication and interaction as interpretation, explaining, exemplifying.
- Control behaviour : increasing self awareness and self regulation to control emotional and behavior by executing and implementation.
- Analyze: ability to increase capability basic cognitive by differentiate, description detail and organizing.
- Synthesis : ability to increase capability basic cognitive by syllogism, hypothesis and summary.
- Evaluate : ability to give value in problem solving by check and critical.
- Creativity thinking : flexibility thinking to overcome problem and adaptation in real situation such as alternative, generating and producing.
Berdasarkan diskusi terbatas dengan beliau, hewan juga memiliki proses tersebut, namun tidak semua. Untuk hewan pada umumnya, mereka memiliki concentration, memory, comprehension, dan behavior control. Namun, ada hewan juga yang mampu hingga level evaluate, dengan kata lain juga memiliki keterampilan analyze, synthesis, dan evaluate. Contohnya adalah hewan-hewan yang memiliki intelegensi tinggi misalnya simpanse yang mampu berburu secara berkelompok, dan memakai alat stick bambu untuk menangkap semut di sarangnya. Ini membuktikan bahwa binatang sudah mampu memiliki kemampuan anlisa, sintesis, dan evaluasi. Simpanse dapat melakukan itu, sehingga dia belajar untuk mencari sarang yang lebih banyak mangsanya.
Lalu bagaimana? Manusia memilki keterampilan creativity thinking! Jika manusia tidak memiliki dan mencerminkan creativity thingking, maka dia sama seperti binatang, maaf.
Mengapa manusia mampu, sedangkan hewan tidak?! Karena manusia memiliki otak yang melebihi kemampuan otak manapun dari binatang di bumi ini. Fungsi otak manusia mampu tumbuh dan berkembang, dengan plastisitas dari pelatihan yang diberikan! Otak manusia tumbuh dan berkembang dengan pesat baik secara biologis dan fungsi, yaitu kognitif! Tak mengherankan manusia mampu menciptakan kebudayaan dan peradaban! Adat-istidat dan teknologi tercipta berjuta-juta di seluruh permukaan bumi, dari jaman prasejarah hingga saat ini. Berapa banyak beradaban dan teknologi yang tercipta dari zaman prasejarah, hingga saat ini. Tak terhitung! Itulah kelebihan manusia yang diberikan kepada Tuhan, sang pencipta alam semesta!
Oleh karena itu, sudah saatnya manusia Indonesia bangkit! Berdiri! Berdikari! Dari segala keterpurukkan yang ada. Optimalkanlah fungsi kognitif yang sudah teruji secara biologis mampu menciptakan kebudayaan dan peradaban yang mampu menggoncangkan Asia di masa lampau dari Nusantara ini! Majapahit dan Sriwijaya adalah bukti sejarah tak terbantahkan! Saatnya, kita bergandeng tangan, saling bekerjasama, membentuk harmoni untuk menjawab tantangan masa depan yang lebih kejam bagi anak cucu kita!....amieeen....
Salam perjuangan dari Depok!
DAFTAR PUSTAKA
Arnaldi, M. (2011). Melani's cognitive process to parameter assessment learning disability of children. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 29:170 - 178.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H