Mohon tunggu...
Agus Syarifudin
Agus Syarifudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

mengamalkan dan berbagi keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa dan Bagaimana Kesulitan Belajar Matematika di Usia Dini

14 Juni 2014   11:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:47 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ajaran baru akan datang.  Persiapan untuk memasuki sekolah lanjutan pun dilakukan oleh orang tua, khususnya yang akan memasuki sekolah dasar.  Sudah menjadi kekhawatiran apakah ananda tercinta akan diterima di sekolah favorit keluarga.  Beberapa sekolah mensyaratkan agar calon siswanya memiliki kemampuan menulis, membaca, dan berhitung.  Khusus sekolah bilingual, plus kemampuan berbahasa asing, yaitu bahasa Inggris.

Kemampuan berhitung juga berhubungan dengan kemampuan menulis dan membaca.  Bagaimana anak mampu mengenali, memahami, dan menuliskan dengan tepat simbol angka.  Kemampuan dasar matematika ini diawali dengan kemampuan mengenali besaran jumlah suatu benda.  Simbol angka satu hingga sepuluh adalah simbol dasar dalam berhitung.  Beberapa sekolah menekankan calon siswa untuk mampu mengurutkan bilangan hingga dua puluh dan mengurutkannya kembali secara berbalik.  Bahkan dituntut sudah mampu penjumlahan dan pengurangan sepuluh.

Tidak semua anak usia dini berkemampuan baik dalam berhitung.  Ada yang memproses lama ataupun memiliki hambatan.  Misalnya sulit menghitung jumlah besaran benda.  Atau menghubungkan jumlah benda dengan simbol angka. Pada tingkatan lanjut, ananda memiliki kesulitan dalam aritmatika sederhana yaitu penjumlahan dan pengurangan.  Jika ketidakmampuan ini hadir, kemungkinan ananda mengalami kesulitan belajar matematika atau diskalkulia.

Lebih spesifik ciri anak pada usia dini yang mengalami kesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut.  Anak biasanya bermasalah dalam berhitung yaitu penjumlahan dan pengurangan.  Adanya kesulitan mengidentifikasi simbol angka tertulis.  Anak sulit menghubungkan ide dari angka, misalnya simbol empat dan bagaimana angka empat hadir di dunia nyata, misalnya empat kuda, empat mobil, dan empat anak.  Berikutnya adanya kelemahan  dalam mengingat angka.  Ia sulit menyebutkan dan menulis angka dengan benar.  Terkait dengan logika, hadirnya masalah saat mengelompokkan benda-benda secara logika.  Misal meletakkan objek yang bundar di tempat persegi dan objek persegi di tempat yang lainnya.

Dehaene, ahli neuroscience menjelaskan bahwa kesulitan belajar matematika terjadi dikarenakan adanya hambatan fungsi dalam beberapa bagian tertentu dari otak yang melibatkan pemikiran matematika.  Lebih Lanjut menurutnya hambatan ini  ada tanpa terjadi hambatan kognisi secara umum.  Definisi ini telah digunakan oleh para peneliti cognitive neuroscience saat ini.  Secara umum psikiatris menggunakan terminologi Mathematic Disorder dan para ahli pendidikan di Amerika Utara lebih banyak menggunakan terminologi Mathematical Disabilities.

Dehaene menjelaskan lebih lanjut bahwa secara umum definisi Mathematical disorder dan Mathematical Disablibities memiliki kesamaan.  Pertama, hadirnya kesulitan dalam matematika, yaitu menganali besaran jumlah, simbol, dan proses matematika, misalnya aritmatika yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.  Kedua, memiliki beberapa tingkatan dari kekhususan misal pencapaian akademis yang rendah atas beberapa subjek pelajaran.  Biasanya anak yang mengalami kesulitan matematika pada usia dini, juga mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca.  Ketiga, adanya asumsi bahwa hal ini disebabkan oleh hambatan fungsi dari beberapa bagian kerja otak.

Orang tua tidak perlu khawatir berlebihan jika hal ini terjadi pada anak.  Ananda masih dalam proses tumbuh kembang dengan perkembangan tiap individu yang berbeda hingga usia delapan belas tahun.  Ada yang cepat,  ada yang biasa saja, namun ada juga yang lambat. Kewajiban orang tua untuk mengenali dan menerima ananda tercinta apa adanya.  Kemudian membimbing mereka untuk mencapai pertumbuhannya yang optimum.  Jika ananda memiliki hambatan, terima keadaanya dan berilah dukungan serta bantuan agar mereka dapat mengatasi hambatannya tersebut.

Bagi ananda yang mengalami hambatan atau pencapaian rendah dibandingkan teman sekelasnya dapat dilakukan intervensi.  Salah satu contoh intervensi adalah les membaca, menulis, dan berhitung.  Orang tua juga dapat membantu ananda ketika belajar di rumah sebagai latihan atau intervensi tambahan.

Intervensi atau belajar bersama ananda di rumah dapat dilakukan orang tua.  Cukup luangkan waktu tiga puluh menit hingga satu jam dengan frekuensi minimal dua kali seminggu. Media latihan berhitung tersedia banyak dan beragam di toko buku. Pilihlah media yang melatih kemampuan ananda mengenali jumlah dan besaran, simbol angka, serta perhitungan sederhana. Pilihlah media latihan dengan soal yang mudah, bergambar, dan menyenangkan.  Salah ataupun lama dalam mengerjakan latihan adalah bukan vonis ananda tidak mampu.  Pemberian hadiah dapat memacu mereka untuk mengerjakan dengan benar dan cepat.

Pembelajaran yang memberikan hasil optimal harus mampu menimbulkan minat belajar dari anak.  Minat adalah sesuatu dorongan dari dalam diri anak.  Orang tua pun dapat melakukan pembelajaran di rumah yang mampu menimbulkan minat balajar. Hal ini dapat dilakukan jika adanya kemudahan, kejelasan, keterlibatan, dan kekhususan.

Berikut adalah tip untuk belajar bersama anak di rumah dengan menumbuhkan minat belajar. Anak dengan suka cita belajar jika soal yang diberikan mudah.  Oleh karena itu berikan soal yang mudah dan tidak banyak.  Ulang soal yang sama jika mereka belum mampu menjawab atau menyelesaikan dengan benar. Penggantian soal dengan tipe yang sama dilakukan jika mereka sudah mahir dan cepat menyelesaikannya.  Bimbing ananda dengan intruksi yang jelas dan mudah dimengerti.  Berilah perintah atau petunjuk sederhana dengan satu kalimat tiga sampai lima kata. Satu petunjuk pada satu waktu.  Hindari memberikan serangkaian petunjuk pada waktu bersamaan.  Melibatkan diri dengan membantu mengerjakan soal akan menyenangkan bagi anak.  Jika ananda mengalami kesulitan jangan sungkan memberikan jawaban atau membantunya menulis.  Kegiatan belajar ini dapat dikombinasi dengan  kesukaan atau kekhususan ananda.  Misalnya dengan mewarnai, menggambar, ataupun mendengarkan musik, sesuai hobi mereka.

Jika hal ini dilakukan dengan disiplin, fleksibel, dan menyenangkan bagi anak tentu hasilnya lebih optimal.  Masih ada ketersediaan waktu hingga tahun ajaran baru di mulai pada bulan Juli.  Cukup waktu untuk latihan dan persiapan sehingga ananda mampu mengikuti proses belajar di sekolah dasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun