Mohon tunggu...
Ari Sanjaya Sembiring
Ari Sanjaya Sembiring Mohon Tunggu... Freelancer - Founder Orang Muda Berpolitik

Menikmati politik selayaknya menikmati kopi hitam di pagi hari

Selanjutnya

Tutup

Politik

Warna Baru Politik Indonesia Pada Era Jokowi

19 Februari 2024   14:16 Diperbarui: 19 Februari 2024   14:37 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

  Belakangan ini desas-desus tentang langkah politik yang diambil oleh Presiden Jokowi banyak dibicarakan oleh khalayak umum. Terlebih pada pemilu kali ini, dimana Gibran Rakabuming Raka putra dari Jokowi ikut dalam kontestasi pilpres sebagai pasangan dari Prabowo Subianto. Kita semua tahu bahwa jauh sebelum pemilu 2024 Jokowi merupakan salah satu kader dari PDI-Perjuangan yang mengusung pasangan calon Ganjar-Mahfud sebagai capres dan cawapres.

  Tentu dengan ikutnya putra Jokowi pada pilpres kali ini menimbulkan tanda tanya pada masyarakat, akankah Jokowi mendukung putranya atau mendukung pasangan calon dari partainya. Tapi pada unggahan instagramnya, Jokowi mengatakan tidak akan mengkampanyekan siapapun dan meminta agar KPU profesional dalam melaksanakan tugasnya.

  Warna baru politik Indonesia pada era Jokowi semakin terang ketika pada pemilu kali ini semakin banyak politisi muda yang ikut bertarung. Utamanya ketika putra bungsu Jokowi menjadi Ketua Umum dari Partai Solidaritas Indonesia, tentu akan menjadi arah dan warna baru bahwa pemimpin itu bisa dari anak muda. 

Kita tahu banyak partai di Indonesia pemimpinnya adalah golongan tua dan beberapa ada yang tombak estafet kepemimpinannya sudah lama dan belum digantikan. Dengan hadirnya Kaesang Pangarep sebagai Ketum PSI, semoga partai-partai lain bisa mempercayai anak muda untuk memegang tongkat estafet kepemimpinan.

  Tidak berhenti sampai disitu, warna politik kita berubah pada era Jokowi sejak pemilu 2019. Dimana saat itu pasangan Jokowi-Ma'ruf memenangkan pilpres, lalu Prabowo-Sandi yang merupakan lawan politik Jokowi pada pemilu 2019 ikut masuk dalam kabinetnya. Langkah memasukkan lawan dalam kabinet pemenang pilpres ini jarang sekali terjadi bahkan mungkin tidak pernah terjadi. Karna pada negara demokrasi pemenang akan menjadi pengatur kebijakkan dan yang kalah akan menjadi oposisi atau sebagai check and balance dari kebijakkan tersebut.

  Dengan masukknya Prabowo dan Sandiaga Uno ke dalam kabinet Jokowi, tentunya mengurangi komposisi dari oposisi. Dan dari masukknya Prabowo dan Sandi dalam kabinet kita dapat melihat bagaimana Jokowi merangkul lawan menjadi kawan dan bersatu membangun negeri. Tapi itulah politik, tidak ada lawan yang abadi dan tidak ada teman yang abadi.

  Pada pemilu 2024 koalisi Indonesia Maju yang terbentuk pada pemilu 2019 bubar karna memiliki prinsip politik yang berbeda dan terbentuk 3 koalisi pada pemilu kali ini. Pertama Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang dipesertai oleh Partai Nasdem, Partai PKS, Partai PKB dan Partai Ummat yang mengusung pasangan calon Anies-Muhaimin. 

Kedua Koalisi Indonesia Maju yang dipesertai oleh Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat,Partai PAN, Partai PBB, Partai Gelora, Partai PSI dan Partai Garuda yang mengusung pasangan calon Prabowo-Gibran. Ketiga Koalisi Pendukung Ganjar Mahfud dipesertai oleh Partai PDI-Perjuangan, Partai PPP, Partai Perindo dan Partai Hanura yang mengusung pasangan calon Ganjar-Mahfud.

  Dengan adanya warna baru dari politik Indonesia akan membawa perubahan dan kemajuan yang signifikan untuk Indonesia. Serta dapa mensejahterakan rakyat sesuai perintah UUD 1945 dari Sabang sampai Merauke.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun