Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenangan Ibadah Minggu Hari Raya Pondok Daun bersama Bapak di GBKP Surbakti

18 September 2022   10:42 Diperbarui: 18 September 2022   10:54 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan Ibadah Minggu Hari Raya Pondok Daun bersama Bapak di GBKP Surbakti, 2/7/2017 (Dok. Pribadi)

Pada 2 Juli 2017, aku menemani bapak yang melayani ibadah Minggu di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Surbakti. Pukul 07.30 wib, beberapa orang jemaat yang sudah lanjut usia terlihat telah duduk menunggu di gerbang bangunan gereja yang sudah cukup tua itu.

Usia yang telah lanjut bisa jadi membuat orangtua yang di GBKP disebut Saitun itu lebih memahami apa arti pemeliharaan dan kasih sayang Tuhan, sehingga lebih lekas bergegas datang ke gereja menemui sang Pemelihara Kehidupan melalui kebaktian.

Orangtua lanjut usia yang lebih dahulu datang ke gereja, 2/7/2017 (Dok. Pribadi)
Orangtua lanjut usia yang lebih dahulu datang ke gereja, 2/7/2017 (Dok. Pribadi)

Pada hari itu, bapak menceritakan kisah tentang perayaan hari raya pondok daun. Merayakan hari raya pondok daun adalah perintah Tuhan kepada bangsa Israel, supaya umatNya mengingat bahwa mereka dahulu adalah budak di Mesir.

Mereka hidup mengembara di gurun setelah keluar dari Mesir, tidak memiliki tanah, rumah, dan pekerjaan,  bahkan makanan dan minuman. Namun, mereka tetap hidup sekalipun mengembara di padang gurun, tidak lain karena Tuhan sendiri yang menyediakan segala yang mereka perlukan.

Merayakan hari raya pondok daun dalam tradisi Yahudi dilakukan seusai mereka mengumpulkan hasil pengirikan gandum dan pemerasan anggur, setelah panen. Umat bersukacita pada hari raya ini, bersama keluarga, sahabat, hamba laki-laki dan perempuan, dan orang Lewi yang pekerjaannya melayani di rumah persembahan. Orang Lewi karena itu tidak memiliki tanah untuk diusahai.

Hari raya pondok daun juga dirayakan bersama orang-orang asing (kalak pertandang, bhs. Karo), bersama anak yatim piatu dan para janda yang tinggal di kota-kota.
Perayaan ini dilakukan untuk memaknai karya kasih TUHAN yang telah memberkati semua hasil tanah dan semua pekerjaan.

Dengan demikian, berkat persembahan sesungguhnya dirasakan sebagai sukacita bersama seluruh umat, karena Tuhan sudah lebih dulu memelihara dan mencukupkan semua hal yang kita butuhkan.

Persembahan bukan "bantuan" kepada siapa itu ditujukan.

Salam sehat, Tuhan Yesus memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun